Apakah KALMers familiar dengan istilah Imposter Syndrome? Kamu mungkin sudah mencapai kesuksesan, namun merasa tidak pantas meraih kesuksesan tersebut. Kamu takut apabila orang lain berpikir bahwa kamu tidak layak mendapatkan kesuksesan itu. Diri kamu selalu beranggapan bahwa sebenarnya kamu tidak sepintar, sekuat, dan sehebat yang orang lain katakan dan kamu takut apabila mereka akhirnya tahu “kebenaran” ini.
Jika KALMers merasakan hal tersebut, kamu tidak sendirian. Banyak orang mengalami hal ini juga, lho! Kondisi di mana seseorang merasa mereka adalah seorang “penipu” tersebut disebut sebagai Imposter Syndrome. Yuk, disimak artikel ini!
Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh psikolog Pauline Clance dan Suzanne Imes pada tahun 1970-an. Imposter Syndrome merupakan kondisi psikologis di mana seseorang tidak mampu menerima kesuksesan yang diraihnya. Sindrom ini membuat seseorang seolah merasa takut ketahuan jika dirinya berbuat curang padahal nyatanya keberhasilan yang ia raih itu nyata karena usahanya. Istilah ini tidak terbatas kaitannya dengan pencapaian, tetapi juga perfeksionisme dan konteks sosial. Sindrom ini menyebabkan kamu merasa seolah-olah telah ‘menipu’ orang lain demi mendapatkan kesuksesanmu. Kondisi ini dapat terjadi pada siapapun tanpa memandang status sosial, latar belakang, maupun pekerjaan, lho KALMers!
Imposter Syndrome bukan merupakan gangguan mental yang tercatat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V), namun kondisi ini banyak terjadi pada khalayak umum. Beberapa tanda-tandanya antara lain adalah:
Sindrome menipu ini dapat muncul dalam beberapa jenis. Berikut adalah beberapa tipe orang yang mengalami Imposter Syndrome:
Seseorang yang perfeksionis tidak pernah merasa puas dengan hasil pekerjaannya. Si perfeksionis akan berfokus pada kekurangan dan kelemahannya alih-alih berfokus pada kekuatan dirinya sendiri. Karena itulah para perfeksionis rentan untuk meragukan dirinya dan merasa dirinya adalah orang palsu. Hati-hati ya, KALMers, hal ini dapat berpengaruh pada tingkat kecemasan dan stres yang tinggi.
Tipe ini merasa mereka berada di tengah-tengah orang atau kolega yang luar biasa sehingga mereka merasa harus bekerja lebih keras lagi agar sebanding dengan mereka. Namun sekeras apapun bekerja, mereka tetap merasa tidak pernah cukup. Adanya keraguan akan kompetensi diri inilah yang membuat seseorang bekerja mati-matian untuk membuktikan bahwa dirinya bisa.
The Expert adalah seseorang yang menilai kompetensi mereka dari “apa” dan “sebanyak apa” yang mereka paham akan suatu hal. Mereka takut apabila mereka tidak mengetahui sesuatu hal dan dipermalukan karena ketidaktahuan mereka. Seseorang dengan kondisi ini akan meremehkan kemampuan dirinya sendiri, meskipun sebenarnya keterampilan dan pengetahuan mereka sangat tinggi.
Orang-orang dengan tipe The Natural Genius mengira bahwa mereka harus menjadi seorang genius bawaan, dimana harus bisa melakukan segala sesuatu dengan mudah dan cepat -bukan dari upaya mereka. Lebih dari sang Perfeksionis, dia juga harus bisa melakukannya dengan sempurna pada percobaan pertama. Ketika mereka tidak mampu melakukan sesuatu secepat atau sebaik itu, ketakutan itu pun muncul.
Pada tipe ini, seseorang cenderung bersifat individualistis dan menolak bantuan orang lain. Hal tersebut dikarenakan mereka cenderung menganggap bahwa bantuan dari orang lain menunjukkan ketidakmampuan diri. Ketidakmampuan ini akan membuktikan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka adalah seorang yang ‘palsu’. Karena itu mereka terus menolak bantuan orang lain meskipun mereka membutuhkan.
Berikut adalah beberapa tips yang dapat kamu terapkan untuk mengatasi sindrom ini, antara lain:
Akui setiap kegagalan dan pencapaian yang pernah kamu lalui. Manusia tidak akan pernah bisa menjadi sempurna. Ketika kita bisa menghargai dan menerima kegagalan sebagai pembelajaran, kamu akan bisa mengakui pencapaianmu juga.
Sindrom menipu ini seringkali terjadi karena adanya perasaan tidak cukup baik dibandingkan orang lain. Alih-alih berfokus membandingkan kekurangan diri dengan orang lain, kamu bisa berfokus mengevaluasi kemampuanmu sendiri, KALMers. Dengan melakukan evaluasi diri, kamu bisa berusaha untuk memperbaiki apa yang kurang dalam dirimu. Misalnya kamu gagal dalam sebuah ujian, kamu bisa mengevaluasi hal-hal yang membuatmu gagal. Selanjutnya gunakan bahan evaluasi tersebut untuk meng-upgrade diri supaya tidak gagal di lain kesempatan. Selain menghindarkan diri dari perasaan tak berdaya karena merasa lebih buruk dari orang lain, hal ini juga membuktikan bahwa kamu bangkit dari kegagalan berkat usahamu sendiri. Jadi, bye-bye Imposter Syndrome!
Membuka diri kepada teman, mentor, maupun pihak profesional tentang perasaanmu dapat membantumu mengatasi kondisi ini. Dengan berbagi cerita, kamu akan mendapatkan insight baru mengenai apa yang sedang kamu rasakan.
Baca juga: Sering Prokrastinasi Tanda Orang Sedang Self-Sabotage dan Produktif Atau Malah Toxic Productivity?
Nah, bagaimana menurutmu, KALMers? Apakah kamu sedang mengalami Imposter Syndrome? Jika kamu merasa kesulitan terkait dengan hal tersebut, jangan ragu untuk menghubungi pihak profesional. Kalmselor di Aplikasi KALM siap membantumu mengatasinya. Segera unduh Aplikasi KALM di sini!
Penulis: Dzulfani S
Editor: Lukas Limanjaya
Sumber:
Cuncic, A. (2021, November 23). What Is imposter Syndrome? Very Well Mind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/imposter-syndrome-and-social-anxiety-disorder-4156469#:~:text=imposter%20syndrome%20(IS)%20refers%20to,perfectionism%20and%20the%20social%20context.
Raypole, C. (2021, April 16). You’re Not a Fraud. Here’s How to Recognize and Overcome Imposter Syndrome. Healthline. Retrieved from
https://www.healthline.com/health/mental-health/imposter-syndrome#vs-discrimination
Psychology Today Staffs. imposter Syndrome. Psychology Today. Retrieved from (https://www.psychologytoday.com/us/basics/imposter-syndrome
Travers, M. (2021, October 21). How to Overcome imposter Syndrome. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/social-instincts/202110/how-overcome-imposter-syndrome
Wilding, Melody J. 5 Different Types of Imposter Syndrome (and 5 Ways to Battle Each One). Retrieved from https://www.themuse.com/advice/5-different-types-of-imposter-syndrome-and-5-ways-to-battle-each-one