Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas mengenai apa itu love languages dan jenis-jenisnya. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa terdapat lima love languages berbeda sesuai dengan cara seseorang mengekspresikan kasih sayangnya. Namun, apakah KALMers tahu bahwa love language-mu ternyata merupakan cerminan masa lalu? Bagaimana penjelasannya?
Yuk, kita bahas lebih lanjut mengenai love languages ini!
Untuk mendapatkan penjelasan akan hal ini, beberapa waktu lalu KALM sengaja langsung melakukan interview dengan Kalmselor sekaligus Co-founder KALM, Karina Negara, nih! Tentu supaya jawabannya lebih valid, KALMers.
Nah, pada kesempatan tersebut Kalmselor Karina Negara mengemukakan bahwa love language sejatinya adalah proses mengenal diri sendiri dan pasangan secara lebih mendalam. Jadi tidak hanya berguna dalam hubungan romantis aja, nih. Tapi juga sebagai alat untuk kita lebih paham akan diri kita, apa yang kita mau, dan tidak mau.
“Love language merupakan suatu hal yang kita inginkan dari orang lain dengan harapan bahwa kita bisa merasa dicintai. Oleh karena itu, proses dan faktor yang mempengaruhi terbentuknya love language pada tiap individu berbeda-beda,” jelas Kalmselor Karina Negara.
Secara garis besar, Kalmselor Karina menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya love language seseorang, yaitu:
Love language dapat terbentuk sebagai respon dari apa yang kurang atau tidak kita dapatkan semasa kecil, KALMers. Hal ini juga berkaitan dengan upaya seseorang untuk mengenal dan berdamai dengan inner child mereka. Sebagian besar dari kita setidaknya pernah merasakan bahasa cinta physical touch terlebih saat masih bayi, tetapi defisit sentuhan dapat dialami pada sebagian orang yang kurang atau tidak mendapatkan kasih sayang dalam bentuk tersebut. Nah, kurangnya sentuhan fisik semasa kecil inilah yang bisa menciptakan love language physical touch saat seseorang telah dewasa.
Berkebalikan dengan faktor sebelumnya, dari kacamata ini love language pada seseorang justru terbentuk karena familiaritasnya akan bahasa cinta tertentu sedari kecil. Dengan adanya familiaritas tersebut, seseorang akan merasa dicintai. Contohnya pada individu yang terbiasa diberi kalimat cinta dan afirmasi seperti, “Kamu keren sekali, nak!” atau “I love you,” kemungkinan besar akan terbiasa dengan bahasa cinta words of affirmation.
Hmm.. Menarik, ya!
Setelah mengetahui love language-nya, seseorang cenderung hanya akan berfokus pada love language yang paling dominan. Padahal nyatanya penting juga lho untuk memperhatikan tiga love language terbawah kita. Memangnya buat apa, sih?
Menurut Kalmselor Karina, tiga love language terbawah dapat kita gunakan untuk mengidentifikasi trauma masa lalu kita. Contohnya dalam kasus tertentu, seseorang yang pernah mengalami kekerasan secara fisik semasa kecil cenderung tidak nyaman dengan physical touch dan menganggap sentuhan fisik tersebut bukan sebagai bahasa cinta, melainkan ancaman. Sama halnya dengan individu yang tidak nyaman dengan bahasa cinta receiving gift karena semasa kecil orang tuanya kerap memberi hadiah sebagai bentuk permintaan maaf atas ketidakhadirannya dalam kehidupan si anak.
Mengacu pada hal di atas, dua love language teratas kita bisa jadi merupakan perpaduan antara hal yang kurang/tidak kita dapatkan semasa kecil maupun sesuatu yang familiar dengan kita. Begitupun pada tiga love language terbawah kita, KALMers. Bagaimana? Jadi lebih paham, kan?
Terakhir, kalau sudah memahami bahasa cintamu dan pasangan, jangan lupa untuk menyampaikannya, ya KALMers.
“Kunci dari love language adalah mengenali love language diri sendiri dan orang lain, serta berusaha mengkomunikasikan love language tersebut. Dengan begitu, kasih sayang yang ingin kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain,” tutur Kalmselor Karina Negara.
Jadi, bagaimana menurutmu KALMers? Apakah faktor-faktor di atas cukup menjelaskan love language yang kini kamu miliki? Perlu diingat ya KALMers, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya love language yang kemungkinan berbeda-beda tiap individu.
Jika kamu ingin mengulik lebih dalam akan hal ini, jangan ragu untuk menghubungi konselor profesional di aplikasi KALM (unduh di sini!), ya. Kamu juga bisa langsung terhubung dengan Kalmselor Karina Negara dengan memasukkan kode kalmselor KAR-522.
Saat ini KALM juga memiliki layanan Couple Counseling yang bisa kamu gunakan untuk berdiskusi bersama pasanganmu! Akses di https://bit.ly/KALMCoupleCouns! Berikut beberapa rekomendasi Kalmselor yang bisa menemani kamu dan pasangan untuk berdiskusi:
Selamat mencoba Couple Counseling di KALM!
Penulis: Dzulfani S Nisa
Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya
Sumber:
Celeste, N. (2020, May 14). Love Languages and the Psychology Behind It. Psychreg. Retrieved from https://www.psychreg.org/love-languages/
Gordon, S. (2022, January 23). What Are The Five Languages? Very Well Mind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/can-the-five-love-languages-help-your-relationship-4783538