KALMers pernahkah kamu menonton film yang memiliki karakter berperilaku self-injury atau melukai diri? Apa kejadian seperti itu memang ada? Sebenarnya kenapa orang bisa melukai diri mereka sendiri (self-injury)? Nah, di artikel Cerita Kalmselor kali ini Kalmselor Dwi akan memberikan cerita dan informasi mengenai masalah ini. Disimak, ya!
Perhatian: Artikel ini mungkin memuat konten/topik yang membuatmu merasa tidak nyaman. Jika kamu merasa terganggu atau terpicu segeralah berhenti membacanya!
Seperti Apa sih Self-Injury ini?
Berikut adalah ilustrasi cerita yang dialami oleh klien Kalmselor Dwi:
“Nama saya adalah W. Saya punya pacar bernama D. Saya sering bertengkar dengannya karena D selalu berselingkuh di belakang saya sehingga membuat saya sakit hati. Sakit hati tersebut membuat saya menyakiti diri dengan menyayat tangan menggunakan silet. Hal tersebut saya lakukan agar pacar saya peduli dan mau menyayangi saya lagi dengan tulus. Setiap kali bertengkar saya mencoba menyakiti diri dengan menyayat tangan dengan silet.”
Apa Itu Self-Injury?
Self-Injury adalah perilaku melukai diri yang dilakukan dengan sengaja sebagai mekanisme koping tanpa maksud untuk bunuh diri. Hal ini dilakukan untuk meredakan kesedihan yang tak tertahankan atau mati rasa emosional. Contoh-contoh perilaku self injury adalah:
- Menyayat bagian kulit tubuh dengan pisau/silet
- Memukul diri sendiri
- Membakar bagian tubuh tertentu
- Menjambak rambut
- Membenturkan kepala pada benda keras
- Mengkonsumsi zat-zat yang berbahaya bagi tubuh (seperti racun)
Mengapa Seseorang Bisa Melakukannya?
Self-Injury sebenarnya adalah kondisi kompleks yang sulit dijelaskan. Kebanyakan orang melakukan self-injury sebagai mekanisme koping dari stres yang ia rasakan. Karenanya, seseorang yang tumbuh dalam keluarga yang melarang ekspresi emosi “negatif”, korban kekerasan, atau diabaikan cenderung lebih rentan akan hal ini.
Mereka yang tumbuh dalam kondisi tersebut akan kesulitan mengekspresikan atau mengkomunikasikan emosinya. Akibatnya self-injury dipilih sebagai salah satu cara untuk menahan dan/atau melampiaskan emosi tersebut. Mereka melakukannya untuk menghukum diri ketika merasa merasa dirinya buruk atau justru ingin memperlihatkan kepada orang lain betapa berat penderitaannya.
Self-Injury V.S. Pikiran Bunuh Diri
Bunuh diri adalah tindakan melarikan diri dari penderitaan dengan mengakhiri hidup. Seseorang yang ingin bunuh diri biasanya dilatarbelakangi oleh perasaan putus asa atau hilangnya minat dan keinginan untuk hidup. Berbeda dengan self-injury yang dilakukan karena seseorang tidak mampu mengekspresikan rasa sakit dan emosinya. Tujuan mereka adalah untuk menghilangkan perasaan tertekan bukan mengakhiri hidup.
Namun beberapa orang yang melakukan self-injury juga rentan bunuh diri. Tidak mudah untuk membedakannya. Satu-satunya cara adalah dengan bertanya langsung kepada orang tersebut apakah mereka ingin bunuh diri. Jangan ragu untuk menanyakan kepada mereka secara langsung.
Penting diketahui saat ini di Indonesia tidak memiliki hotline atau layanan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri. Jika kamu berada dalam situasi darurat, kamu bisa langsung menghubungi fasilitas kesehatan terdekat seperti Puskesmas atau Rumah Sakit.
Baca lebih lanjut mengenai sebab dan bagaimana cara membantu seseorang dengan keinginan bunuh diri di artikel ini.
Siapa yang Berisiko Melukai Diri Sendiri?
Meskipun siapa saja bisa melakukan kebiasaan ini, ada beberapa kategori orang yang lebih berisiko. Berikut adalah orang-orang yang memiliki faktor risiko cukup tinggi melakukan self-injury berdasarkan banyaknya kasus yang ditemui saat ini:
- Remaja,
- Perempuan,
- Orang dengan riwayat kekerasan fisik, emosional, dan seksual,
- Orang yang memiliki trauma dalam hal mengekspresikan emosi,
- Orang yang memiliki riwayat gangguan mental lain seperti Borderline Personality Disorder, gangguan mood, dan gangguan kecemasan,
- Orang dengan gangguan perilaku seperti, kecanduan, gangguan makan, atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD).
Cara Penanganan
Orang yang memiliki perilaku self-injury disarankan untuk segera menemui tenaga profesional SAAT INI JUGA. Dengan menemui tenaga profesional maka akar permasalahan bisa diketahui. Umumnya, pemicu perilaku self-injury adalah trauma. Apabila tidak ditangani dengan terapi yang tepat trauma yang mendalam sering berujung kepada perilaku negatif seperti self-injury. Cara penanganan self-injury ini secara berkala bisa dilakukan dengan konseling dan psikoterapi. Terapi yang bisa dilakukan yaitu terapi CBT, terapi emosi (CTC), dan hipnoterapi.
Nah, jadi begitu penjelasan Kalmselor Dwi mengenai self-injury ini, KALMers. Jika kamu mendapati orang terdekatmu mengalami hal ini kamu bisa membantunya dengan merekomendasikan konseling dan terapi ke profesional kesehatan mental ya.
Kamu juga bisa melakukan konseling secara online dengan Kalmselor Dwi di Aplikasi KALM (unduh di sini) dengan memasukkan kode kalmselor DWI-888. Jangan ragu untuk melakukan konseling jika kamu membutuhkan pertolongan.
Penulis: Kalmselor Dwi
Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya
Sumber:
Afnida. 2021. Apa Itu Self Injury?. Retrieved from: http://awalbros.com/kejiwaan/apa-itu-tindakan-self-injury/
Shabrina, Astri. (2021, July 14). “Nonsuicidal Self injury”. Retrieved from: http://astrishabrina.blogspot.com/2011/07/te s.html
Mental Health First Aid USA. (2020, March 5). Suicide vs self-injury knowing the difference and how to get help. Retrieved from: https://www.mentalhealthfirstaid.org/2020/03/suicide-vs-self-injury-knowing-the-difference-and-how-to-get-help/
Trackback URL: https://get-kalm.com/id/2021/09/13/self-injury/trackback/
0 Comments
Leave a comment