Kalmselor Ummi: Alasan Psikologis Banyaknya Hate Comments Media Sosial

Description

Hai, KALMers! Karena antusiasme KALMers yang pengen kenalan lebih dekat dengan para Kalmselor di KALM, artikel Kalmselor of the Month hadir lagi, nih! Untuk mengawali bulan Maret ini ada Kalmselor Ummi yang mau berbagi cerita masalah hate comments di media sosial.

Siapa nih kadang juga ikutan kesel kalau bacain hate comments dari orang, meskipun komentar tersebut bukan ditujukan ke kita? Nah, di sini Kalmselor Ummi ingin membahas masalah ini dari pandangan psikologi. Penasaran? Baca sampai selesai, ya!

Baca juga: Kalmselor Elis: Ini lho Bahayanya Suka Melakukan Self-Diagnose! dan Kalmselor Patriavi: Bisa Menerawang Kepribadian Lewat Tulisan Tangan?

Kenal Lebih Dekat Kalmselor Ummi

Sebelum ke pembahasan, alangkah lebih baiknya kita kenalan dulu sama Kalmselor Ummi, ya KALMers.

Kalmselor Ummi Nabila Azaria adalah seorang Psikolog Pendidikan yang mulai bergabung menjadi Kalmselor di KALM sejak tahun 2020. Selama berpraktik sebagai psikolog ia sering menangani berbagai permasalahan perkembangan anak dan remaja, pengasuhan, masalah mood dan emosi, masalah hubungan, hingga karir dan pendidikan, lho! Buat kamu yang bingung menentukan jenjang pendidikan atau karir yang mau diambil, bisa banget konseling dengan Kalmselor Ummi, nih!

Untuk konseling dengan Kalmselor Ummi, unduh aplikasi KALM (di sini) sekarang dan masukkan kode Kalmselor UMM-976 ya, KALMers.

Kata Kalmselor Ummi Tentang Hate Comments

Nah, lanjut ke pembahasan mengenai hate comments. Kalmselor Ummi punya pandangan yang menarik soal hate comments ini. Menurutnya banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang secara impulsif memberikan hate comments di media sosial. Salah satunya adalah tidak terbatasnya informasi.

Dengan banyaknya jenis aplikasi di media sosial, tentunya membuat akses untuk melihat dunia dari berbagai sisi jadi lebih cepat, luas, dan beragam sudut pandang. Tapi ternyata hal ini justru menjadi salah satu faktor manusia bisa melakukan hate comments, lho.

“Apalagi medsos ada dalam kendali kita sendiri. Kita bisa bebas beraktivitas di dalamnya. Contoh aja, misal kita sedang membaca suatu info yang ada di medsos. Ketika ternyata info yang kita baca tidak sesuai dengan preferensi kita, karena tidak ada kontrol akhirnya reflek yang muncul adalah mengirimkan komentar jahat,” ungkap Kalmselor Ummi.

Semakin cepat kita memperoleh informasi yang ada di medsos, kemungkinan informasi itu kredibel dan lengkap justru semakin kecil, KALMers. Karena belum mendapatkan full version dari suatu informasi, kita kesulitan untuk melihat kondisi secara utuh dari suatu peristiwa. Akhirnya kesimpulan pendek yang kita buat adalah menuliskan hate comments.

Ternyata Regulasi Emosi Berperan Penting!

Selain tidak terbatasnya informasi, faktor dalam diri kita juga berperan penting dalam membentuk kebiasaan menuliskan hate comments, lho! Faktor dalam diri ini adalah regulasi emosi.

Kalmselor Ummi mengatakan bahwa orang-orang memberikan hate comments bisa jadi karena memiliki pengaturan emosi yang buruk. Mereka cenderung reaktif dan impulsif dalam menanggapi sesuatu. Jadi ketika mendapatkan informasi tertentu, alih-alih memprosesnya dulu, ia langsung menanggapi tanpa mendengarkan/membaca penjelasan lebih lanjut. Orang impulsif cenderung bertindak sesuai mood tanpa berpikir panjang.

Tips Bijak Bersosmed ala Kalmselor Ummi

Nah, terus harus gimana supaya kontrol diri kita tetap terjaga saat bermain media sosial? Ini dia tips dari Kalmselor Ummi:

1. Tingkatkan Kematangan Emosi

Hal yang paling perlu diperhatikan dalam bermedia sosial adalah kita harus memiliki kematangan emosi yang baik sehingga bisa bijak dalam bermain media sosial. Biasakan diri untuk kritis, menerima perbedaan perbedaan, dan berusaha berempati serta memahami berbagai sudut pandang orang lain.

2. Hindari Bermain Media Sosial Saat Dikuasai Emosi

Hindari bermain media sosial ketika sedang dalam keadaan marah, kesal, atau merasakan emosi yang meledak-ledak lainnya. Hal ini dapat memicu seseorang melakukan hate comments karena dirinya sedang dikuasai emosi sehingga sulit berpikir jernih.

3. Saring Informasi

Gunakan fitur block dan mute dalam upaya penyaringan di media sosial tentang apa saja yang ingin kita baca/lihat/dengar, termasuk terkait pertemanan. Ini dilakukan supaya kita juga bisa mengatur informasi yang kita konsumsi.

4. Refleksi Diri

Ketika kita terbiasa merefleksikan nilai, kelebihan, dan kekurangan diri, maka ketika melihat ada yang tidak pas pada individu lain di medsos, kita jadi lebih bisa menerimanya. Kita bisa mengkaji lebih dalam penyebabnya lalu aplikasikan pada diri agar tidak seperti itu.

Pesan untuk KALMers

KALMers, dampak psikologis yang ditimbulkan akibat hate comments ini bisa jadi sangat berbahaya, bahkan korban bisa merasakan trauma karenanya. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk lebih bijak mengungkapkan pendapat kita, walaupun hanya di konteks media sosial supaya tidak menyakiti orang lain.

 

Penulis: Rachma Fitria

Editor: Lukas Limanjaya

Baca Artikel Lainnya

Fakta tentang Mitos Konseling yang Sering Kamu Temui

Memang saat ini banyak orang yang sudah mulai terbuka tentang perjalanan pulihnya, termasuk menjalani sesi konseling. Banyak orang juga sudah mulai menormalisasi keberadaan penyakit mental (mental ...

KALM Tips: Menanti Jodoh dengan Tenang menurut Kalmselor Dina

Memasuki usia 20-an bukan cuma pusing karena tuntutan buat punya pekerjaan yang mapan, tapi juga harus segera punya pasangan. Apalagi saat teman atau saudara seumuran sudah mulai berpasangan bahkan...

Ini tanda kamu menyimpan luka di hatimu!

Luka di hati pastinya tidak terlihat secara fisik, tapi jelas bisa kamu rasakan. Entah luka tersebut disebabkan karena dihina, diremehkan, dilecehkan, atau hal lain yang membuatmu sakit dan luka te...

Temukan topik yang sesuai denganmu

Ikuti update artikel psikologi dari KALM