Apakah KALMers familiar dengan candaan seperti "Aku kelihatan jelek di foto tapi kalo kamu lihat langsung, aku bakal keliatan lebih jelek hahaha," atau "Ngapain aku peduli sama hate orang lain kalau yang paling benci aku juga diriku sendiri?" Lelucon yang secara tidak langsung ditujukan untuk mencela diri sendiri itu disebut self-deprecating, KALMers!
Perilaku self-deprecating ini banyak muncul dalam percakapan sehari-hari bersama teman, keluarga, maupun orang terdekat kita lho, KALMers. Sebenarnya apa tujuan kita melakukan hal tersebut? Artikel ini akan membahas mengenai hal tersebut, simak hingga akhir, yuk!
Self-deprecating adalah pernyataan berbentuk lelucon/candaan yang secara tidak langsung ditujukan untuk meremehkan dan mencela diri sendiri. Perilaku ini seringkali menimbulkan lebih banyak dampak negatif dibandingkan dampak positif. Hal tersebut dikarenakan tindakan self-deprecating ini membuat kita memusatkan perhatian kita pada rasa malu, menonjolkan perasaan tidak berharga, kelemahan, dan perasaan negatif lainnya di dalam diri kita.
Ada berbagai alasan mengapa seseorang melontarkan self-deprecating jokes, antara lain lelucon yang ditujukan sebagai coping mechanism atau cara seseorang menghadapi situasi yang menekan. Self-deprecating menjadi langkah seseorang dalam mengatasi perasaan tidak nyaman yang dialaminya. Selain itu, tindakan ini dimaksudkan agar seseorang dapat tampak rendah hati dan disukai oleh orang lain yang merasa relate dengan candaan tersebut. Self-deprecating joke juga seringkali dilakukan dengan tujuan mencairkan suasana dan usaha meninggalkan impresi yang baik pada lawan bicara, meskipun seringkali seseorang harus mencela diri sendiri.
Di sisi lain, tindakan self-deprecating yang berlebihan dapat mengarah pada self-sabotage, lho KALMers! Perilaku self-deprecating juga menimbulkan dampak-dampak negatif pada kemampuan pengambilan keputusan dan hilangnya kepercayaan diri. Lalu, sebenarnya apa saja dampak negatif yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut?
Berikut adalah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan self-deprecating.
Self-deprecating yang berlebihan akan membuat kamu sulit menerima pujian dari orang lain, nih. Perilaku self-deprecation akan membuat kita fokus pada hal-hal yang negatif yang ada dalam diri kita. Seseorang memang cenderung menolak suatu pujian untuk menghindari kesan angkuh dengan memberikan respon berupa bantahan terhadap berbagai bentuk pujian yang diberikan orang lain. Namun, jika berlebihan hingga kamu kesulitan melihat kelebihan dalam diri, tidak baik juga, lho KALMers!
Terus-menerus merendahkan diri dapat berpengaruh pada self-esteem yang berpotensi menurun lho, KALMers. Tindakan ini mungkin saja dimaksudkan untuk membuat orang lain merasa nyaman dengan keberadaan kita, tetapi dapat memberikan dampak sebaliknya pada orang yang sering melakukan hal tersebut. Menurunnya self-esteem pada individu yang sering terlibat dalam self-deprecating juga dipengaruhi oleh berubahnya persepsi terhadap diri sendiri tanpa disadari.
Ketika KALMers terbiasa melakukan self-deprecation, kamu akan sulit untuk memberikan validasi terhadap apa yang sudah dicapai. Tindakan ini juga sedikit banyak mengurangi kegembiraan dan sense of accomplishment atas pencapaian-pencapaian tersebut.
KALMers patut hati-hati apabila dampak-dampak negatif di atas dirasa sudah mengganggu keseharianmu. Untuk mengurangi dampaknya, kamu bisa mulai mencoba melakukan hal ini:
Jika kamu mulai merasa self-esteem kamu menurun dan sulit untuk menanganinya sendiri, kamu bisa konsultasi dengan para Kalmselor di aplikasi KALM. Berikut beberapa rekomendasi Kalmselor yang memiliki keahlian dalam menangani masalah self-esteem, KALMers:
Jadi bagaimana menurutmu, KALMers? Itu tadi sekilas mengenai self-deprecation ya. Semoga artikel ini dapat membantumu agar lebih bijak dalam menggunakan self-deprecation dalam percakapan sehari-hari!
Penulis: Dzulfani S. Nisa
Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya
Sumber:
McMullin, C. (2019, April 2). Self-Deprecation: Why We Do That? Arcadia. Retrieved from https://www.arcadia.edu/blogs/backpacks-briefcases/post/self-depreciation-why-do-we-do-it
Plumptre, E. (2021, June 23). Self-Deprecation: Harmless Habit or Unhealthy Behavior? Very Well Mind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/what-is-self-deprecation-5186918
Speer, S. (2019). Reconsidering self‐deprecation as a communication practice. British Journal of Social Psychology, 58(2)