Marah, Boleh Nggak Sih?

Description

KALMers, kapan terakhir kali kamu merasa marah? Hal apa yang biasanya membuatmu marah dan apa yang kamu lakukan ketika marah? Marah adalah salah satu emosi yang familiar dan sering kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sayangnya kita sering menekan dan tidak ingin menunjukkannya pada orang lain karena marah dianggap sebagai emosi yang destruktif.

Tetapi apakah semua marah itu buruk? Bagaimana kita tahu bahwa amarah yang kita rasakan adalah emosi sehat? Di artikel ini, KALM akan membahas tentang emosi marah, penyebab, dan proses yang terjadi saat kita marah. Yuk, simak artikel ini sampai selesai!

Yang Terjadi dalam Tubuh Ketika Kita Marah

Pusat limbik, yaitu pusat emosional otak, adalah bagian otak yang aktif ketika kita marah. Sebaliknya, korteks di mana otak kita memproses penilaian dan logika, cenderung tidak aktif ketika kita marah. Nah, di dalam sistem limbik, terdapat struktur kecil yang disebut amigdala, area ingatan emosional yang bertanggung jawab atas reaksi ‘fight or flight’ yang terpicu ketika kita marah. Hal inilah yang menyebabkan kita untuk mengekspresikan emosi marah secara agresif, seperti berteriak, mengucapkan kata-kata menyakitkan, hingga frustrasi. 

Marah yang terlalu sering dan berlebihan membawa dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemarahan dapat merusak hubungan pertemanan dan kesehatan fisik jangka panjang. Marah memicu pelepasan hormon stres yang dapat merusak neuron di area otak yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, memori jangka pendek, dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Mengapa Orang Marah?

Marah dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, KALMers. Beberapa penyebab kemarahan adalah konflik yang belum terselesaikan atau beberapa alasan di bawah ini: 

  • Mendapat perlakuan tidak adil
  • Merasa putus asa dan tidak berdaya 
  • Merasakan ancaman tertentu
  • Tingkat stres dan kecemasan yang tinggi 

Kita semua merasakan amarah di waktu dan tingkat emosi yang berbeda, begitu pula dengan cara kita mengekspresikannya. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan kita marah juga dapat membantu mengendalikan dan mengungkapkan emosi marah tersebut sesuai pada tempatnya. 

Cara Mengelola Marah  

Marah tidak selamanya bersifat negatif, KALMers. Marah adalah respon adaptif terhadap ancaman terhadap diri sendiri atau hal/ orang lain yang kita perdulikan. Emosi marah memberitahu dan memberi kita letupan energi tambahan agar bisa membela diri dan melawan ancaman tersebut. Oleh karena itu, marah memang juga dibutuhkan di situasi tertentu, lho.

Contohnya, ketika kita merasa selalu diperlakukan secara tidak adil oleh atasan kita. Tanpa emosi marah, kita mungkin hanya akan sekedar menghindar atau berdiam diri agar bisa menghindari konflik. Namun rasa marah bisa menjadi dorongan energi untuk kita melakukan intervensi dan berusaha mengoreksi keadaan tersebut. 

Marah yang bersifat ‘sehat’ membuatmu mengidentifikasi akar penyebab kemarahan. Hal tersebut lalu dilanjutkan dengan pencarian bentuk ekspresi marah yang baik dan tepat sasaran. Jadi bukan sekedar melepaskan ekspresi marah dengan perbuatan yang merugikan hanya untuk bisa melepaskan emosi tersebut. 

Misalnya mungkin kita tergoda untuk berteriak marah ke atasan atau langsung berhenti dari perusahaan. Namun apakah ekspresi marah tersebut bisa membantu kita mencapai keinginan kita? Bukankah lebih baik apabila kita menggunakan energi marah tersebut untuk lebih mengasah kemampuan kita atau bahkan mulai mencari kesempatan pekerjaan lain yang lebih baik?

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk bisa belajar mengelola marah secara sehat antara lain menulis jurnal, menetapkan batasan-batasan tindakan yang kita lakukan saat marah, mengenali konflik yang belum terselesaikan, mengobrol dengan orang terdekat, dan mencari bantuan profesional. 

Jangan ragu untuk menghubungi konselor profesional yang dapat diakses melalui layanan pada aplikasi KALM. Berikut beberapa rekomendasi Kalmselor yang memiliki keahlian dalam masalah emosi dan mood:

Poppy Nenta Benitha, M. Psi., Psikolog (POP-730)

Nerissa Wijaya, S.Psi., M.Psi., Psikolog (NER-210)

Bernike Jacinta Effendi, S.Psi, B.A., MCouns (BER-663)

Bagaimana menurutmu, KALMers? Semoga artikel ini dapat membantu KALMers yang kesulitan mengungkapkan amarah secara sehat. Jika kamu masih penasaran tentang jenis emosi yang satu ini dan ingin tahu cara manajemen emosi yang baik, nantikan di artikel selanjutnya, ya!

 

Penulis: Dzulfani S Nisa

Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya

Sumber

American Psychology Association. (2005). Controlling anger before it controls you. American Psychology Association. Retrieved from https://www.apa.org/topics/anger/control

Fuller, K. (2021, May 28). Why Am I Always Angry? Very Well Mind. Retrieved from https://www.verywellmind.com/why-am-i-always-angry-5184554

Luster, R. (2012, June 17). Understanding The Anger and Rage. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/more-feeling/202106/understanding-the-anger-impulse-and-rage 

Psychology Today’s editorial team. (2009). Anger. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/basics/anger 

Baca Artikel Lainnya

5 Bahaya Fixed Mindset yang Bisa Membuatmu Menyesal

Pernahkah kamu merasa bahwa kemampuanmu sudah terbatas, atau bahwa kesuksesan hanya untuk orang lain? Jika ya, kamu mungkin terjebak dalam fixed mindset. Sebuah keyakinan kalau kecerdasan dan bakat...

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...