Job Loss Grief: Lika-liku Emosi Akibat Kehilangan Pekerjaan

Description

Apakah KALMers pernah kehilangan pekerjaan? Rasanya pasti rumit, ya? Wajar kok kalau kamu membutuhkan waktu untuk memproses kejadian itu.

Sebelumnya, kita sudah bahas tahap-tahap berduka secara umum (baca di sini: Five Stages of Grief: Berduka pun Ada Caranya). Seperti yang kita tahu, berduka tidak hanya identik dengan meninggalnya seseorang saja. Nah, di artikel ini kita akan membahas mengenai lika-liku kesedihan akibat kehilangan pekerjaan!

Apa itu Job Loss Grief?

Kondisi berduka setelah kehilangan pekerjaan dikenal sebagai Job loss grief. Bagi sebagian besar orang, pekerjaan bukan hanya sekadar proses memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan sering kali dikaitkan dengan identitas, passion, bahkan tujuan hidup. Makanya, sangat wajar jika kamu merasa kaget dan sedih ketika kehilangan pekerjaan.

Selain itu, kamu juga mungkin kehilangan relasi dengan rekan kerja yang menyenangkan, posisi jabatan yang kamu sukai, bahkan lokasi tempat kerja yang strategis. Lebih dari itu semua, dan mungkin menjadi alasan utama kenapa Job loss grief ini jadi begitu menyakitkan, kamu jadi kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari karena hilangnya sumber pendapatan.

Tahap-Tahap Job Loss Grief

Serupa dengan tahap berduka secara umum, Job loss grief juga memiliki lima tahap:

Stage 1: Denial

Saat berada di tahap ini pikiranmu secara alami akan berusaha menolak kenyataan. Tahap ini mungkin berlangsung lebih lama jika kamu merupakan tulang punggung keluarga. Semakin besar harapan dan beban yang kamu tanggung makin besar pula rasa tak kuasa menghadapi Job loss grief.

KALMers, coba berikan dirimu waktu untuk memproses kejadian dan menghadapi realita yang baru setelah kamu kehilangan pekerjaanmu. 

Stage 2: Anger

Tahap berikutnya yaitu anger. Kamu mulai merasa marah, kesal, dan kecewa karena kejadian tersebut. Wajar bila ada pikiran seperti, “Kok bisa ya atasanku memecatku begitu saja? Lihat saja kalau suatu hari nanti dia butuh bantuan, aku nggak akan bantu!”

Pada tahap ini, kamu mungkin memikirkan kembali kinerjamu selama bekerja. Kamu yang lebih sering lembur daripada rekan kerjamu, kamu yang sudah bekerja lama di perusahaan itu, kamu sudah mengorbankan banyak hal untuk pekerjaan ini.

Stage 3: Bargaining

Ketika mengalami situasi yang memutuskan harapan, tak jarang reaksi yang ditimbulkan adalah negosiasi. KALMers mungkin berpikir, seandainya kamu melakukan usaha yang lebih keras lagi, maka hal ini tidak akan terjadi. Rasa menyesal mungkin akan menghantuimu berulang kali pada tahap ini. Kamu mungkin berpikiran untuk melakukan penawaran ulang dengan atasanmu, atau bahkan memohon pada rekan kerjamu untuk membantu mempertahankan pekerjaanmu. 

Stage 4: Depression

Setelah melewati tahap-tahap bimbang yang terkesan meledak-ledak, kamu akan sampai pada tahap yang cukup hening, yaitu tahap depression. Kamu mungkin sudah mulai mencari lowongan pekerjaan, tetapi rasa sedihnya masih menemani hari-harimu. Selain sedih, ketakutanmu untuk berinteraksi dengan orang-orang terdekatmu juga wajar untuk dialami pada masa ini.

Stage 5: Acceptance

Setelah mengalami berbagai tahap yang sulit dilalui, pada akhirnya kamu akan sampai pada tahap acceptance! Pada tahap ini, kamu akan menerima bahwa kegagalan yang kamu alami memang menyakitkan, namun kamu dapat melaluinya. Kamu mulai menerima bahwa kehilangan pekerjaan hanyalah salah satu dari berbagai perubahan hidup yang kamu alami. Di sini juga masa di mana kamu mulai bisa melihat sisi positif dari hal yang kamu alami. Kamu lebih siap untuk move-on dan segera mencari pekerjaan baru yang sesuai dengan impian dan kebutuhanmu.

Apa yang Bisa Dilakukan saat Mengalami ini?

1. Berikan dirimu waktu

Ketika kita kehilangan bagian penting dalam hidup, kita tentunya perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Jangan forsir dirimu untuk terlihat baik-baik saja, ya, KALMers. Ingat bahwa setiap perasaan yang muncul valid.

2. Cari bantuan profesional

Pengalaman ini mungkin sulit dan kamu tidak mampu menghadapinya sendiri. Tak apa untuk coba membuka diri dan bercerita ke profesional. Luapkan semua keresahan, kesedihan, dan rasa tak nyaman yang bergejolak. Dukungan dari orang lain dapat membantumu untuk berproses lebih cepat.

Sekarang kamu bisa berkonsultasi dengan profesional secara GRATIS melalui aplikasi KALM. Download aplikasi KALM (di sini) dan gunakan kode BRAVE-33-33-33-33 dari Maybelline Brave Together untuk akses konseling gratis bersama Kalmselor, ya!

3. Kembangkan potensi dan cari peluang baru

Kamu bisa meminta saran dan kritik dari orang-orang di sekitarmu, mulai dari atasan, mentor, hingga teman-teman terdekatmu. Kamu juga bisa mulai memeriksa kembali skill-skill yang kamu miliki. Kemampuan mana yang perlu dikembangkan, bidang pekerjaan apa yang dikuasai dengan baik, dan sebagainya. Hal ini perlu kamu lakukan sebelum mencari lowongan pekerjaan baru.

KALMers, rasa sedih dan tak berdaya karena kehilangan pekerjaan wajar untuk dialami. Namun penting untuk diingat, bahwa bagaimana pun juga karirmu bukanlah satu-satunya hal yang mendefinisikan keberhargaan dirimu. Kamu perlu memisahkan pandangan tentang keberhargaan dirimu dengan pencapaian karir. Kegagalan adalah hal yang manusiawi dan siapa pun bisa mengalaminya. Jadi, yuk, kita sama-sama bangkit lagi!

 

Penulis: Tanita

Editor: Rachma Fitria

Sumber:

Climent-Rodríguez, J. A., Navarro-Abal, Y., López-López, M. J., Gómez-Salgado, J., & García, M. E. A. (2019). Grieving for job loss and its relation to the employability of older jobseekers. Frontiers in psychology, 10, 366.

Kerr, M, & Cirino, E. (June 2020). Depression after a job loss: Statistics and how to cope. Healthline: https://www.healthline.com/health/depression/job-loss 

Va-Eersel, J. H., Taris, T. W., & Boelen, P. A. (2020). Complicated grief following job loss: Risk factors for its development and maintenance. Scandinavian Journal of Psychology, 61(5), 698-706.

Baca Artikel Lainnya

5 Bahaya Fixed Mindset yang Bisa Membuatmu Menyesal

Pernahkah kamu merasa bahwa kemampuanmu sudah terbatas, atau bahwa kesuksesan hanya untuk orang lain? Jika ya, kamu mungkin terjebak dalam fixed mindset. Sebuah keyakinan kalau kecerdasan dan bakat...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Mengenal Apa itu Career Cushioning dari Kalmselor Yudha Heka

Hai, KALMers! Buat kamu yang sudah bekerja saat ini, kira-kira pernah nggak kepikiran ingin resign? Kalau ya, mungkin sudah saatnya kamu mengenal Career Cushioning. Apa sih Career Cushioning itu? P...