Mengenal Depresi Lebih Dalam (Bagian 1): Disorder Depresi Mayor

Description Beberapa bulan terakhir ini, dunia sering dikagetkan oleh banyaknya kasus figur publik yang mengalami depresi dan meninggal karena bunuh diri. Ada Kate Spade, Anthony B. Bourdain, hinggaKim Jong-Hyun. Kematian mereka mungkin mengejutkan dan membuat kita heran karena mereka kerap tampil ceria dan bahagia di depan layar. Namun faktanya, terdapat banyak sekali figur publik yang menderita gangguan depresi. Menurut WHO, hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya dan menurut American Foundation for Suicide Prevention, lebih dari 50% dari mereka mengalami depresi.

Sayangnya, gejala depresi masih sering tidak dikenali atau dianggap remeh oleh masyarakat luas. Karenanya, banyak penderita gangguan depresi yang tidak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.Padahal sudah ada sedikitnya 300 juta orang depresi di dunia. 9 juta diantara mereka berada di Indonesia. Tidak sedikit dari mereka yang lalu memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui tanda-tanda depresi agar kita dapat menjadi lebih sadar dan menjaga kesehatan mental diri dan orang-orang di sekeliling kita.

Jenis-jenis Gangguan Depresi


Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika, terdapat beberapa jenis gangguan yang berada di bawah payung besar gangguan depresi. Di antaranya adalah Disruptive Mood Dysregulation Disorder, Major Depressive Disorder (Major Depressive Episode), Persistent Depressive Disorder (Dysthymia), Premenstrual Dysphoric Disorder, dan Substance/Medication-Induced Depressive Disorder. Namun, pada artikel ini KALM akan terlebih dahulu membahas gejala-gejala Major Depressive Disorder (MDD) karena gangguan ini merupakan gangguan yang paling klasik dan paling sering dialami oleh banyak orang.

Tanda-tanda Major Depresive Disorder (MDD)


Menurut DSM-5 (APA, 2013), tanda-tanda apabila seseorang mengalami MDD adalah ketika ditemukan5 dari 9 gejala-gejala dibawah ini hampir setiap hari paling selama tidak 2 minggu berturut-turut. Salah satu gejala juga harus mencakup gejala 1 & 2:Merasakan mood depresif hampir sepanjang hari. Hal ini dapat disadari oleh diri sendiri atau oleh orang lain.



    1. Kehilangan ketertarikan dan tidak mendapatkan lagi kesenangan dari semua jenis aktifitas. Bahkan hobimu tidak lagi menyenangkan.

    2. Berat badan turun tanpa melakukan program diet atau naik secara drastis (perubahan dalam sebulan diperkirakan berbeda sekitar 5% dari bobot tubuh biasanya). Ada juga peningkatan atau penurunan nafsu makan.

    3. Insomina (tidak bisa tidur atau kesulitan untuk tetap tidur) atau hypersomnia (terus-menerus ingin tidur).

    4. Terus merasa capai atau tidak berenergi. Bahkan aktivitas sekecil apapun, seperti mandi dan memakai baju, menjadi sangat sulit dan memakan waktu sangat lama.



    1. Perasaan tidak berharga atau bersalah yang berlebihan dan tidak sepatutnya.

    2. Kemampuan berpikir atau berkonsentrasi menjadi berkurang atau menjadi sering ragu-ragu dalam bertindak (terlihat sering bingung atau menjadi sulit mengingat). Hal ini dapat berdasarkan penilaian pribadi atau orang lain.

    3. Pikiran berulang-ulang mengenai kematian dan adanya pikiran bunuh diri.



    1. Terjadinya aktivitas motorik yang berlebihan dan tidak bertujuan hingga menimbulkan kelelahan yang terlihat. Misalnya berjalan bolak balik di dalam ruangan tanpa alasan. Bahkan bila semakin parah maka gerakan dapat menimbulkan potensi bahaya, misalnya menggigit bibir dan kuku hingga berdarah.




Catatan:


  • Gejala-gejala yang disebutkan juga menyebabkan distres dan mengganggu aktivitas sosial, pekerjaan, dan fungsi sehari-hari lainnya.

  • Gejala tidak disebabkan oleh penggunaan obat-obatan ataupun kondisi medis tertentu.

  • Tidak pernah mengalami episode manik (perasaan senang yang berlebihan dan tidak terkontrol).


Gejala-gejala tersebut merupakan jenis dari gangguan MDD kategori depresif episodik. Namun, apabila tidak cepat ditangani dengan baik gangguan ini bisa menjadi lebih parah. Dari gangguan episodik, MDD dapat menjadi gangguan depresi kronik yang sering disebut sebagaidistimia.

Jangan Ragu Mencari Bantuan!


Nah, setelah lebih mengenal ciri-ciri orang dengan MDD apakah Kalmers merasa mengalami gejala-gejala tersebut di dalam diri Kalmers? Ataukah ada orang lain didekatmu yang mengalaminya? Entah dia adalah rekan sekerja atau bahkan keluarga Kalmers sendiri.Jika iya, segera hubungi psikolog terdekat agar Kalmers atau orang tersebut bisa mendapatkan bantuan yang tepat.

Ayo mencoba lebih peka dengan tanda-tanda yang ada pada diri sendiri dan juga orang-orang di sekeliling kita ya, Kalmers. Yuk, sama-sama peduli pada kesehatan mental!

Baca Artikel Lainnya

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...

Sedang Jadi Trend, Kapan Sebaiknya Mengajarkan Anak Dua Bahasa?

Mengajarkan anak dua bahasa atau lebih rasanya saat ini semakin populer dalam dunia parenting, ya KALM Parents. Banyak orangtua ingin anak-anak mereka tumbuh dengan kemampuan berbahasa lebih dari s...