Di awal tahun 2020 ini kita dikejutkan dengan mulai mewabahnya Coronavirus (Covid-19) ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Virus yang pertama ditemukan di Wuhan, Tiongkok ini memang telah menimbulkan kepanikan dan keresahan masyarakat. Bahkan, berbagai sektor ekonomi dan pemerintahan ikut terganggu oleh berbagai respon panik orang-orang dalam situasi ini.
Bagi kamu yang memiliki gangguan kecemasan, atau mungkin OCD (Obsessive Compulsive Disorder), serangan virus Covid-19 mungkin tampak sebagai suatu hal yang menyeramkan untukmu. Kegelisahanmu meningkat tajam, rasa takutmu semakin menjadi-jadi. Kamu mungkin berusaha meyakinkan diri bahwa tanganmu sudah bersih dari kemungkinan terpapar virus dan itu menyebabkan kamu semakin sering mencuci tangan untuk memastikannya. Kamu menimbun hand sanitizer demi merasa aman karena dapat menjaga higienitas, namun rasa aman itu tak selalu datang.
Apa yang Harus Kamu Lakukan Dengan Perasaan-Perasaan Ini
Cemas, sedih, marah, kecewa, bingung, frustasi, dan berbagai emosi lainnya wajar dirasakan oleh siapapun saat ini. Penting untuk dipahami bahwa tidak ada emosi yang salah, terutama dalam menghadapi serangan virus Covid-19. Lagipula, 'merasa' adalah hak asasi manusia. Kami mengerti perasaanmu, KALMers. Namun kita harus belajar mengelola emosi secara efektif agar tetap dapat beraktivitas dengan baik sambil menjaga kesehatan mental dan fisik kita. Kita perlu menanggapi situasi ini dengan bijak.??
Terutama dalam hal kesehatan mental, serangan virus Covid-19 ini memang dapat mengancam kesejahteraan mental kita sebagai manusia. Beberapa kemungkinan yang bisa terjadi, misalnya:
Situasi tidak menentu dapat menyebabkan cemas dan panik
Kerugian finansial dapat menimbulkan stres
Ruang gerak yang dibatasi dapat menyebabkan frustas.
Tidak bisa menjalani aktivitas keseharian seperti biasa membuatmu bingung atau bosan
Anjuran physical distancing dari pemerintah mungkin menyebabkan separation anxiety pada sebagian orang
Orang yang disayang dikarantina atau bahkan meninggal sudah pasti akan membuatmu sedih dan kehilangan
Masa depan tampak seolah-olah tak ada harapan dapat menyebabkan depresi
Pengalaman traumatik dapat menyebabkan Post-Traumatic Syndrome Disorder (PTSD)
Terlebih bagi kamu yang memiliki kondisi kesehatan mental seperti OCD (Obsessive Compulsive Disorder) atau kondisi lainnya, peristiwa mewabahnya Covid-19 dapat membuat intensitas dan frekuensi gejala cemasmu meningkat, serta mendorongmu untuk terus memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Nah, sebaiknya kamu segera menangani kecemasanmu. Hubungi profesional yang selama ini mendampingimu melawan cemas dan temukan opsi konseling yang paling tepat. Kamu juga dapat melakukan konseling online di aplikasi KALM. Para Kalmselor kami siap membantu kamu mengenali penyebab rasa cemasmu dan mengambil langkah-langkah yang bijaksana untuk mengatasinya.
Beberapa Tips Mengelola Emosi yang Efektif
Penting untuk diketahui bahwa semua perasaan yang muncul saat ini, seperti cemas, panik, stres, marah, takut, frustasi, dan sebagainya, bila tidak dikelola dengan efektif justru akan membuat sistem imun tubuh menjadi lebih lemah, yang malah dapat membuatmu lebih rentan terhadap serangan virus Covid-19. Nah, itu sebabnya kamu perlu mengelola emosimu secara efektif, yaitu dengan:
Mengenali wujud emosi pada diri sendiri dan selalu mengakui atau memvalidasi setiap emosi tersebut.
Cari tahu apa saja yang dapat secara efektif meredakan emosi negatif dan memicu emosi positifmu.
Lalu, lakukan hal-hal ini saat perlu. Tidak usah menunggu emosi negatif muncul:
Bericara dengan Kalmselor di aplikasi KALM yang bisa di-download di Playstore dan Apple Appstore
Menyikapi Pemberitaan Tentang Coronavirus dengan Bijaksana
Siapa di antara kamu yang terus-menerus memantau pemberitaan soal Coronavirus, baik di media massa ataupun di media sosial? Masalahnya tak semua pemberitaan itu benar, lho! Bahkan tak sedikit hoaks yang beredar tentang Coronavirus. Berita-berita yang tidak benar justru akan menyulut perasaan takut dan khawatir yang berlebihan. You don't need that right now. Jadi kamu perlu dengan teliti menyimak dan memilah berita-berita yang muncul, agar tidak mengganggu kesehatan fisik dan mentalmu sendiri. Ini beberapa hal yang dapat kamu lakukan:
Hanya akses dan konsumsi informasi dari sumber yang resmi dan terpercaya
Kritis dalam menyerap informasi dan jangan hanya membaca headline
Pahami terminologi yang relevan, antara lain: ODP = Orang Dalam Pemantauan PDP = Pasien Dalam Pengawasan Suspect = Orang yang diduga positif Coronavirus
Langsung akui dan validasi setiap emosi yang muncul ketika mengakses berita agar lebih cepat merasa tenang
Batasi frekuensi dan durasi konsumsi berita tentang Coronavirus, tidak perlu mengaksesnya sehari penuh.
Tidak usah mengakses informasi tentang Coronavirus sama sekali jika emosi negatif sedang sulit diregulasi
Usahakan tetap up to date dengan berita lain karena Coronavirus bukan satu-satunya peristiwa yang sedang terjadi di dunia
Lebih banyak membagikan berita yang membangkitkan harapan atau kisah yang menginspirasi. Percayalah ini juga bermanfaat untukmu.
Sesekali konsumsi konten yang lucu karena humor dan tawa itu baik untuk kita, serta membantu mengalihkan pikiran kita dari hal-hal yang mengkhawatirkan.
Betul-betul pahami bahwa Coronavirus adalah pandemi dunia, bukan masalah negara tertentu saja.
Hal terbaik yang dapat kamu lakukan dalam situasi ini adalah menjaga kesehatan mentalmu agar tidak terpengaruh oleh kondisi yang ada. Jangan lupa juga menjaga kebaikan hatimu seperti kata artikel KALM sebelumnya juga (link).
Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...
Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...
Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...