Apakah Kamu Sudah Mempunyai Batasan Emosional Dengan Pasangan?
Hi, KALMers! Apakah kalian suka nonton film romantis? Seringkali salah satu kalimat yang terdengar di film-film seperti itu adalah, Aku akan lakukan apapun untuk kamu. Di film, tokoh utama rela mengorbankan apa saja untuk si pasangan, rela melakukan hal sehebat atau sekonyol apapun untuk membuat pasangannya tersenyum. Tapi ingat KALMers, jangan biarkan film-film seperti ini memunculkan harapan yang tidak realistis pada pasanganmu, ya!
Pada kenyataannya, pasanganmu tidak akan selalu bersedia atau mampu memenuhi semua keinginanmu. Mengapa? Karena di dunia nyata masing-masing orang perlu merawat dirinya sendiri dan harus mempertimbangkan kenyamanan dan kemampuan diri sebelum melakukan sesuatu untuk pasangan. Inilah yang disebut dengan batasan emosional dengan pasangan. Kamu harus memahami batasan emosional yang mereka miliki dan kamu juga perlu, lho, menetapkan batasan emosional dengan mereka.
Artikel ini adalah bagian 3 dari seri mengenai batasan emosional. Kamu bisa membaca mengenai pentingnya batasan emosional dengan teman di sini dan dengan keluarga di sini.
Mengapa Perlu Ada Batasan Emosional Dengan Pasangan?
Bukannya kita harus selalu terbuka dan bersedia melakukan apapun untuk pasangan? Tentu tidak, KALMers. Pastinya kita semua punya hal yang kita bersedia untuk lakukan dan yang tidak. Namun hanya karena orang tersebut pasangan kita, bukan berarti kita harus mengorbankan diri kita untuknya terus-menerus. Pastinya kita juga enggan kan, apabila harus terus menerus memenuhi keinginan orang lain meskipun terasa sulit atau tidak nyaman untuk kita.
Jadi, jangan marah apabila pasangan tidak membalas pesan kita setiap jam, atau bila mereka menolak untuk menemanimu ke acara pernikahan mantanmu. Bila kita menyayangi pasangan, berarti kita juga harus menghormati pilihan mereka, dan begitu juga sebaliknya. Apabila kita ingin memiliki hubungan yang sehat, batasan emosional juga diperlukan agar hal-hal yang kita lakukan untuk pasangan berasal dari keinginan dalam diri sendiri untuk membahagiakan mereka, bukan karena kita merasa terpaksa atau takut apabila kita tidak memenuhi keinginannya.
Batasan emosional yang sehat dalam hubungan dengan pasangan memungkinkan kita untuk merasa nyaman dengan satu sama lain dan mengembangkan harga diri yang baik. Apabila dikomunikasikan dengan baik dan ditepati oleh kedua belah pihak, batasan emosional bisa membuat hubunganmu lebih kuat, lho!
Bagaimana Menegakkan Batasan Emosional Dengan Pasangan?
Komunikasikan Perasaanmu Dengan Satu Sama Lain.
Bermain kode atau berharap bahwa pasanganmu paham akan keinginanmu bukan cara yang efektif untuk menegakkan batasan emosional, lho. Sampaikanlah kepada pasanganmu mengenai perasaan atau pikiranmu terhadap suatu hal secara jujur dan sopan. Misalnya, Aku akan senang apabila kamu mengabarkan aku bila kamu sudah sampai rumah, atau Aku lebih senang istirahat sebelum jam 10 malam, jadi aku akan balas pesanmu besoknya, ya. Ajak pasangan untuk mengkomunikasikan batasan emosional yang ingin ia terapkan juga. Kalian berdua bukanlah cenayang dan kalian seharusnya tidak perlu menjadi cenayang.
Jangan Mengasumsikan Perasaan Pasanganmu.
Kesalahpahaman dapat muncul apabila kamu berpikir bahwa pasanganmu merasakan perasaan tertentu di saat kamu tidak mengetahuinya dengan betul. Tanyakanlah kepada pasanganmu mengenai perasaannya apabila kamu tidak yakin, meskipun kamu merasa bahwa kamu sudah mengenalnya dengan baik.
Terapkan Batasan Yang Kamu Tentukan.
Apabila kamu telah menyampaikan batasan emosional yang ingin kamu tegakkan, maka terapkanlah sesuai dengan yang kamu ucapkan. Jangan longgarkan batasanmu kecuali dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan spesial. Misalnya, apabila kamu sudah menetapkan bahwa kamu tidak ingin dihubungi pada waktu tertentu namun pasanganmu sangat membutuhkan bantuanmu. Pada saat ini kamu boleh mempertimbangkan untuk melanggar batasanmu tersebut.
Bertanggung Jawab Atas Perbuatanmu.
Apabila kamu merasakan perasaan yang tidak sesuai dengan yang kamu inginkan atau merasa bahwa pasanganmu melakukan suatu hal yang salah, jangan langsung menyalahkan pasanganmu. Cobalah ambil waktu untuk mengintrospeksi diri, apakah mungkin kamu juga ikut berperan dalam timbulnya masalah ini? Apakah ada kesalahpahaman dari pihakmu?
Tunjukkan Rasa Sayangmu Namun Juga Tegaskan Batasan Emosionalmu.
Misalnya, jelaskanlah, "Aku sayang kamu, tapi aku tidak mau berbohong kepada orang tuaku untuk bertemu denganmu. Jangan langsung marah atau bersikap dingin kepada pasanganmu apabila misalnya ada kesalahpahaman. Cobalah untuk bicarakan dengan baik-baik untuk menyelesaikan masalah yang kalian alami dan tegaskan lagi batasan emosionalmu. Buat pasanganmu merasa disayangi dan dihargai dengan menghormati batasan emosional mereka juga, dan mengadakan quality time apabila kalian bersama.
Ketahuilah Kapan Kamu Harus Move On.
Apakah pasanganmu masih menuntutmu untuk memenuhi keinginannya, tapi keinginanmu sendiri tidak dipenuhi? Apabila kamu sudah menegaskan batasan emosionalmu dan pasanganmu tidak mau menaatinya, atau justru meremehkan atau terus melanggarnya secara sengaja, mungkin itu merupakan waktu yang tepat untuk menyudahi hubunganmu dengan dia. Hal ini mungkin bisa menjadi waktu untuk mempertimbangkan kemungkinan apakah hubunganmu dengan pasangan bersifat toxic. Kamu bisa membaca artikel tentang hubungan toxicdi sini.
Batasan Emosional Dengan Pasangan Merupakan Cara Menghargai Satu Sama Lain
Menegakkan batasan emosional dengan pasangan tidak selalu mudah, namun batasan emosional merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita saling menghormati satu sama lain dan mengapresiasi bahwa pasangan kita merupakan seorang individual utuh yang memiliki keinginan dan kebutuhannya tersendiri. Bila kamu masih mengalami kesulitan untuk menegakkan batasan emosional dengan pasangan, jangan segan untuk berkonsultasi dengan salah satu KALMselors di aplikasi KALM.
Jangan lupa KALMers, pasangan yang sehat bukanlah dua individu yang melebur menjadi satu, namun dua individu berbeda yang saling menghargai satu sama lain sehingga mereka dapat tetap bersama!
Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...
Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...
Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...