Meresponi Berita Kasus Bunuh Diri Dengan Bijak

Description Sepanjang tahun ini, kita banyak mendapat kasus bunuh diri figur publik dan dari kalangan masyarakat. Beberapa komentar yang sering kita dengar, antara lain, adalah, Dia pasti kurang dekat sama Tuhan, makanya harus rajin ibadah, atau Masalahnya cuma kayak gitu masa sampe bunuh diri? Yang masalahnya lebih berat aja nggak sampai begitu. Banyak juga yang bereaksi dengan menyebarkan foto atau video korban beserta penjelasan yang belum tentu akurat mengenai kejadian tragis tersebut di semua grup WhatsApp mereka. Semua ini bukanlah cara yang tepat untuk menanggapi berita bunuh diri, Kalmers.

Tentunya sangat memprihatinkan bahwa masih banyak masyarakat yang menghakimi korban bunuh diri dengan asumsi pribadi. Asumsi tersebut tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik, bagi keluarga yang sedang berduka ataupun bagi orang lain yang mendengar. Lebih baik mencoba berempati daripada menghakimi korban dan keluarganya. Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan orang bunuh diri. Daripada berasumsi, bukankah lebih baik jika kita memberi dukungan dan menghibur keluarga yang berduka serta berusaha meningkatkan awareness tentang pentingnya menjaga kesehatan mental agar kasus bunuh diri tidak terjadi lagi?

Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika mendapatkan berita kasus bunuh diri?


  1. Tidak menyebarkan foto, video, atau informasi negatif mengenai kasus bunuh diri




Penelitian Phillips (1974) menyebutkan bahwa dampak media terhadap perilaku bunuh diri paling mungkin terjadi ketika metode bunuh diri diberitakan secara terperinci atau secara dramatis. Beredarnya foto atau video mengenai konten bunuh diri yang dibesar-besarkan dapat memancing terjadinya kasus yang sama di kemudian hari.


  1. Berhenti mencari tahu alasan korban memutuskan untuk bunuh diri




Investigasi ini bisa jadi tidak berujung dan tidak bermanfaat. Kita tidak akan bisa tahu pasti mengapa hal tersebut terjadi karena kita tidak akan pernah tahu perasaan atau kejadian apa saja yang terjadi di kehidupan korban sehingga ia memilih untuk mengakhiri hidupnya. Daripada sibuk mencari tahu alasannya, lebih baik kita meluangkan waktu untuk mendoakan korban dan keluarga yang ditinggalkan.


  1. Menyebarkan informasi tentang pentingnya menjaga kesehatan mental




Kita dapat mulai dengan informasi atau pengetahuan mengenai langkah pencegahan bunuh diri. Misalnya, cara mengenali tanda-tanda individu yang akan melakukan bunuh diri atau menyebarluaskan informasi mengenai suicide hotline yang berlaku di wilayah masing-masing. Informasi lain mengenai cara mengelola emosi dan mengurangi stres juga dapat berguna bagi orang lain.


  1. Mencari bantuan jika diri merasa terpicu




Individu dengan riwayat depresi dan pencobaan bunuh diri akan lebih mudah terpicu emosi negatifnya oleh berita tentang kasus bunuh diri. Jika kamu terpicu dan mulai merasa down, berhenti membaca berita tersebut dan segera hubungi orang yang kamu percaya dan dapat mendampingi kamu. Jangan ragu untuk kembali konseling atau memulai konseling untuk pertama kali agar kamu dapat memproses segala perasaan yang timbul dan tetap dapat menjalani hari-hari dengan tenang.

Dear Kalmers, daripada menyebar gelisah dan ketakutan, bukankah lebih baik untuk menyebar ketenangan dan informasi yang berguna bagi orang lain di tengah ramainya berita bunuh diri? Yuk, mulai memberitakan hal positif ke orang lain dari sekarang. Think before you share!

Sumber:

Phillips, D. P. (1974). The influence of suggestion on suicide: Substantive and theoretical implications of the Werther effect. Am Sociol Rev 39(3):340-54.

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...