Cinderella Complex… Apa Itu?

Description

Apa yang terlintas di pikiran KALMers jika mendengar tentang dongeng Cinderella? Gadis cantik yang baik hati? Seorang perempuan yang tegar menghadapi kekejaman ibu tirinya? Atau jangan-jangan KALMers ingin menjadi sosok seperti Cinderella ini?

Eits! Tunggu dulu!

Tahukan KALMers ternyata dongeng Cinderella ini melatarbelakangi kondisi psikologis yang banyak terjadi pada wanita di zaman modern ini lho! Fenomena ini disebut dengan istilah Cinderella Complex. Ingin tahu? Simak penjelasannya berikut!

Apa itu Cinderella Complex?

Sebelumnya, apakah KALMers ingat cerita dongeng ini? Sosok Cinderella dalam dongeng klasik karya Charles Perrault ini digambarkan sebagai seorang gadis yang hidup merana di bawah siksaan dan kekejaman ibu dan saudara tirinya semenjak kepergian sang ayah. Hidup Cinderella tiba-tiba berubah menjadi keberuntungan yang luar biasa saat bertemu dengan pangeran idaman di sebuah pesta dansa. Kisahnya dan keajaiban tongkat ibu peri membuat kisah dongeng satu ini tak lekang oleh zaman.

Lalu apa hubungannya dengan fenomena Cinderella Complex?

Secara sederhana, fenomena Cinderella Complex membuat wanita menilai diri dan kualitas hidup mereka berdasarkan kepada sosok pelindungnya - dalam hal ini sang pasangan. Wanita dengan sindrom ini memiliki rasa takut akan kemandirian dan menggantungkan kebahagiaan mereka pada pasangannya. Alih-alih mencari kebahagiaan mereka sendiri, mereka yakin mereka butuh “Sang Pangeran Menawan” untuk terlebih dulu datang untuk menyediakan mereka kebahagiaan tersebut.

Apa Penyebab Cinderella Complex?

Ternyata sindrom ini dapat disebabkan oleh perbedaan pola asuh antara anak laki-laki dan perempuan, lho, KALMers!

Kebanyakan pola asuh menyebabkan anak perempuan lebih sedikit menerima dorongan menjadi mandiri. Mereka diberikan pola asuh orang tua yang lebih protektif serta kurangnya dorongan untuk membangun identitas diri. Hubungan antara anak perempuan dan orang tua yang cenderung lebih harmonis juga memiliki andil kuat dalam eksplorasi anak yang kurang memadai terhadap nilai-nilai kemandirian. Akibatnya, anak perempuan cenderung memiliki keterampilan hidup yang alakadarnya dan kepercayaan diri yang kurang, karena hanya tahu cara menggantungkan hidup pada orang lain.

Penyebab terbesar lainnya adalah kebiasaan memanjakan anak perempuan. Pengidap sindrom Cinderella Complex ini biasanya memiliki masa kecil yang dimanja sehingga tidak diajarkan untuk menerima kenyataan hidup. Mereka diberikan banyak harapan tentang kisah yang berakhir bahagia tanpa mengetahui bahwa akhir yang bahagia adalah hasil dari perjalanan atau proses panjang dari suatu upaya dan perjuangan.

Bagaimana Kriteria Wanita yang Mengidap Cinderella Complex?

1. Patuh terhadap pilihan dan keputusan Pasangan

2. Merasa cemas hidup sendiri

3. Merasa kesulitan dan tidak mungkin membuat keputusan besar dalam hidupnya

4. Kesulitan menghidupi dirinya sendiri

5. Lebih menyukai peran menjadi ibu rumah tangga

6. Jarang atau tidak pernah berada di luar zona nyamannya

7. Secara terbuka mengutarakan keinginannya untuk selalu diperhatikan

Tips Mengatasi Cinderella Complex

Sebelumnya, perlu KALMers ingat bahwa yang dapat kita kendalikan di dunia ini hanyalah diri kita sendiri. Pola asuh yang diberikan orang tua kita bukanlah hal yang dapat kita pilih atau kendalikan. Oleh karena itu, tips ini berlaku untuk kamu, KALMers yang merasa mengalami fenomena ini. It’s okay. It's not your fault. But you still can do something to better yourself!

1. Mengenal dan Memahami Diri

Mengedukasi diri adalah upaya nyata untuk menjadi pribadi yang mandiri dan terlepas dari “sokongan” lawan jenis. Perbanyak pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahanmu, serta apa yang baik untuk dirimu. Semakin kita mengenal diri kita, semakin kita tahu bagaimana cara memperbaiki, mengembangkan dan membahagiakan diri tanpa bergantung pada orang lain.

2. Membangun Rasa Percaya Diri

Cara membangun dan meningkatkan kepercayaan diri tak lain dengan membekali diri dengan pengetahuan, fokus pada mimpi dan tidak selalu memaksakan diri menjadikan kita pusat perhatian. Ini bisa dilakukan dengan menemukan hobi untuk meningkat kemampuan intelektual dan kreativitas kita. Hal ini akan lebih mudah dilakukan apabila kita sudah mengambil langkah-langkah untuk lebih mengenal dan memahami diri kita terlebih dahulu.

3. Terkoneksi dengan Orang Lain

Sama halnya dengan kisah Cinderella, budaya patriarki juga mengajarkan bahwa wanita cukup menunggu seorang pria datang untuk membebaskan diri dari masalah. Hal ini cenderung membuat wanita cenderung pasif. Padahal nyatanya, kebahagiaan terletak di tangan kita masing-masing. Jadi, tidak perlu selalu menunggu dan menutup diri ya KALMers. Buka kesempatan untuk terkoneksi dengan orang lain, tidak ada salahnya untuk menjemput bola kok!

4. Motivasi dan Keberanian untuk Mengambil Tindakan

Ketahuilah, tidak ada sesuatu di dunia ini yang tanpa resiko dan kegagalan bukan berarti dunia kita akan berakhir. Kuncinya adalah dengan pelan-pelan belajar mengelola resiko dan kegagalan serta secara aktif berani bertindak. Mulai dengan memberanikan diri untuk mengambil tindakan-tindakan kecil dan pelan-pelan belajar untuk mengambil tindakan-tindakan yang lebih besar.

Kamu bisa baca soal bagaimana caranya untuk menghadapi kegagalan di artikel “Gagal Sukses Atau Sukses Gagal”.

Jadi begitu penjelasan mengenai fenomena Cinderella Complex ini KALMers. Semoga informasi ini bermanfaat!

Bagi KALMers yang merasa memiliki kecenderungan Cinderella Complex dan membutuhkan bantuan professional. Jangan ragu untuk mendownload aplikasi KALM (link). KALMers bisa gunakan kode Kalmselor DWI-888 untuk berkonsultasi dengan Kalmselor Dwi Purwanti.

Penulis: Kalmselor Dwi Purwanti

Editor: Rachma Fitrianing Lestari & Lukas Limanjaya

Sumber:

Hapsari, A. (2014). Cinderella complex pada mahasiswi di Universitas Negeri Semarang. Developmental and Clinical Psychology, 3(1).Iswantiningrum, F. (2013).

Hubungan antara kematangan kepribadian dengan kecenderungan cinderella complex pada mahasiswa di asrama putri universitas negeri. Jurnal Mahasiswa Psikologi, 2(1).

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...