Apa yang terlintas di benak KALMers jika mendengar tentang kekerasan/pelecehan seksual? Jika kamu pernah menerima sentuhan yang tidak pantas atau dipaksa untuk berhubungan seks dengan orang lain, itu adalah bentuk kekerasan seksual. Sedangkan catcalling adalah salah satu contoh pelecehan seksual. Semua tindakan tersebut seharusnyat tidak diperbolehkan atau dibenarkan dan dapat memberikan dampak negatif pada kondisi emosional dan psikis korban!
Seseorang yang pernah dilecehkan secara seksual rentan mengalami beberapa masalah emosional seperti penyangkalan/penolakan, diselimuti rasa bersalah, kecemasan, hingga lebih parah dapat mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD) hingga depresi. Selain itu, stigma terkait dengan pelecehan/kekerasan seksual juga dapat menyebabkan mereka merasa malu.
Lalu, apa yang bisa dilakukan penyintas kekerasan seksual untuk mengurangi dampak negatif yang dialami? Untuk mengetahuinya kamu dapat menyimak artikel ini KALMers!
Namun sebelumnya pernahkah KALMers mendengar komentar orang seperti, “Kenapa tidak melawan?” atau “Seharusnya kamu lari,” pada korban pelecehan seksual? KALMers, komentar semacam itu sangatlah tidak bijaksana lho!
Segala bentuk kekerasan seksual adalah pengalaman yang menakutkan dan memalukan. Menurut Jessica Klein, seorang pekerja sosial klinis berlisensi di University of Southern California, selama serangan seksual, bagian otak yang merespon rasa takut berada dalam mode hyperreactive. Selama trauma, sistem limbik (bagian otak yang memproses emosi dan bertanggung jawab atas mekanisme perlawanan) akan mengambil alih bagian logis otak. Alhasil respon yang terjadi adalah freeze (membatu). Nah, respon inilah yang justru disalahgunakan oleh pelaku.
Bukannya mereka tidak mau melawan, tapi tidak bisa.
Mengutip dari Verywell Health (2020), berikut adalah beberapa hal yang dapat segera kamu lakukan jika mengalami pelecehan/kekerasan seksual:
Hal pertama dan terpenting adalah memastikan dirimu merasa aman. Kamu bisa berdiam diri di rumah untuk sementara waktu. Untuk beberapa orang mengunci pintu dan berbaring di tempat tidur sudah memberi rasa aman. Namun jika menurutmu itu belum cukup, kamu juga bisa memanggil teman atau keluarga yang dapat kamu percaya untuk menemanimu.
Langkah selanjutnya adalah mencari dukungan. Perasaan syok akibat kekerasaan seksual seringkali diikuti dengan perasaan cemas dan disosiasi. Disosiasi adalah salah satu mekanisme pertahanan diri dengan memutus ingatan atau emosi tidak menyenangkan dengan kesadaran. Dukungan dibutuhkan agar hal ini dapat diatasi. Carilah orang yang dipercaya untuk mendengarkan ceritamu. Orang yang bisa mendengarkan dengan penuh perhatian dan menawarkan dukungan emosional. Tidak sekadar mencoba menyelidiki rincian penyerangan atau justru menyalahkanmu.
Kamu dapat menerima pertolongan medis dengan langsung menuju pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau Rumah Sakit. Disana kamu bisa menerima pemeriksaan forensik (jika kamu mengalami pemerkosaan) yang dirancang untuk mengumpulkan DNA dan bukti lainnya. Selain itu kamu juga bisa menerima dukungan emosional dari penyedia layanan kesehatan terlatih.
Salah satu alasan mengapa korban kekerasan seksual tidak mengambil jalur hukum adalah karena sering pelaku kekerasan seksual adalah orang yang mereka kenal. Hal ini membuat mereka malu dan takut jika harus melapor. Belum lagi sulitnya mencari barang bukti. Oleh karena itu bantuan medis penting untuk dilakukan.
Ketika seseorang memutuskan untuk mengambil tindakan hukum terhadap pelaku, terutama pemerkosaan, usahakan menahan diri untuk tidak mandi, menyisir rambut, berganti pakaian, atau buang air kecil sebelum melakukan pemeriksaan forensik ya. Hal ini dilakukan agar barang bukti tidak hilang.
Note: Kami sadar bahwa proses ini bisa panjang dan sangat sulit dan kami bangga denganmu apabila kamu memutuskan untuk mengambil langkah penting ini. Namun, kami juga ingin memberitahukan bahwa kami tidak akan menghakimi apabila kamu memutuskan untuk tidak mengambil jalan hukum. Keputusan apapun yang kamu ambil, KALM hanya ingin memastikan kamu akan menjadi baik-baik saja.
Setelah mengalami kekerasan seksual seseorang cenderung ingin segera melupakan kejadian tersebut tanpa memproses emosi yang dialami. Padahal penting untuk untuk menghadapi emosi tersebut agar kita dapat melakukan mekanisme koping yang sehat untuk menghadapi dampak psikologis yang mungkin terjadi. Pemrosesan emosi ini dapat dilakukan dengan journaling tentang insiden tersebut, membicarakannya dengan orang lain, atau melakukan konseling. Konseling dan perawatan kesehatan mental dapat membantumu mengurangi efek psikologis negatif dari pengalaman traumatis.
Apabila kamu ingin tahu sedikit gambaran seperti apa proses konseling, kamu bisa membacanya di artikel "Konseling Itu Kayak Gimana, Ya?".
Self-care penting untuk menjaga kestabilan kondisi mental. Jika dilakukan secara rutin, self-care akan membantumu pulih dari emosi-emosi negatif yang biasa dialami oleh korban kekerasan seksual. Kamu bisa mulai dengan melakukan basic self-care secara rutin seperti tidur yang cukup, mempertahankan pola makan yang seimbang, memulai program olahraga teratur, hingga belajar menggunakan teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi.
Itulah beberapa hal penting bisa dilakukan jika kamu mengalami pelecehan/kekerasan seksual. Perlu kamu ketahui jika apa yang terjadi bukanlah kesalahanmu. Jadi kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri.
Kamu tidak sendiri. KALM hadir sebagai tempat yang aman untukmu bercerita. Jika kamu sudah siap untuk bercerita, KALM akan selalu ada untuk mendengarkan ceritamu, ya.
Penulis: Rachma Fitria
Editor: Lukas Limanjaya
Sumber:
Christiansen, S. (2020, May 19). What to do if you are sexually assaulted. Verywell Health. Retrieved from: https://www.verywellhealth.com/what-to-do-if-you-are-sexually-assaulted-4799104