Produktif Atau Malah Toxic Productivity?

Description

Saat ini, jadi produktif seolah adalah sebuah keharusan bagi para Milenial, ya KALMers? Apalagi buat orang-orang penganut Hustle Culture. Kalau nggak produktif, menyesal. Rasanya seperti menyia-nyiakan hidup saja. Tak jarang bahkan orang-orang yang tidak menggunakan waktu istirahat mereka sama sekali. Biar merasa produktif, gitu. Sampai akhirnya muncul istilah Toxic Productivity ini.

Apa itu Toxic Productivity dan dan bagaimana cara kita mencegahnya? Simak artikel berikut ini!

Toxic Productivity

KALMers mungkin pernah mendengar istilah workaholic? Atau istilah Hustle Culture? Kedua hal ini seolah berjalan berdampingan menciptakan toxic productivity. Jika kamu seorang workaholic yang bekerja di lingkungan penganut Hustle Culture, rasanya bukan tidak mungkin kamu mengalami produktivitas yang beracun ini. Toxic productivity ini disebutkan oleh psikolog klinis Elena Welsh, PhD, adalah kondisi yang lebih parah dari workaholic. Seseorang yang terjebak di dalamnya merasa sangat ingin menjadi produktif setiap saat, tidak hanya di tempat kerja tetapi di semua bidang kehidupan mereka.

Perilaku ini membuat kita merasa tidak pernah cukup. Selain dapat merusak kemampuan untuk membangun harga diri, hal ini tentu saja berdampak pada kesehatan kita. Terlebih, hal ini sebenarnya justru menyebabkan penurunan kinerja kita, lho! Seseorang yang mengalaminya jadi cenderung lebih mudah membuat kesalahan dan malah jadi kurang produktif. Kok, malah jadi paradoks, ya?

Tanda-tanda Toxic Productivity

  • Terlalu mementingkan pekerjaan hingga berdampak negatif pada kesehatan. Jika kamu terlalu sibuk bekerja hingga mengabaikan kebutuhan dasar seperti makan, tidur, bertemu teman dan keluarga, dan melupakan kewajiban dan tanggung jawab yang lain, maka kamu sudah jatuh ke dalam perangkap toxic productivity ini.
  • Punya ekspektasi tidak realistis mengenai karir. Kamu mengharapkan hasil yang sulit dijangkau setiap harinya hingga membuatmu terus merasa kurang jika belum mencapainya.
  • Gelisah dan sulit beristirahat. Jika kamu merasa tidur, menghabiskan waktu untuk bersantai, atau cuti adalah hal tidak seharusnya dilakukan dan membuatmu merasa harga dirimu berkurang, kamu mungkin mengalaminya.

Cara Mencegahnya

Lalu apa yang bisa dilakukan agar kita tidak masuk ke dalam perangkap produktivitas beracun ini?

1. Masukkan Self-Care dalam To-do-list

Jika kamu tipe orang yang sulit beristirahat, maka jadwalkan! Walaupun hanya sekadar minum kopi di pagi hari atau skincare routine. Apapun menu self-care yang kamu sukai, jadwalkan seolah itu adalah agenda penting agar kamu tidak lupa. Saat ini banyak tersedia aplikasi Time Blocking untuk memudahkanmu membuat jadwal.

2. Bebaskan Diri dari Gadget

Sosial media bisa menjadi sangat toxic karena kamu jadi terus membandingkan pencapaianmu dengan orang lain. Selain itu terus melihat pesan masuk dari Bos atau klien membuatmu jadi menghabiskan waktu istirahat dengan gelisah. Jadwalkan waktu setiap minggu untuk mematikan gadget-mu untuk bisa fokus beristirahat dengan benar.

3. Self-Talk Positif

Apakah kamu tipe orang yang mengukur harga diri dengan pencapaian? Hal inilah yang menjadikanmu terjebak toxic productivity yang selalu haus mengejar pencapaian. Gunakan kalimat-kalimat yang lebih positif untuk mendefinisikan diri. Kamu bisa mengisi Gratitude Journal di Aplikasi KALM untuk menulis hal-hal positif yang kamu syukuri tentang dirimu (unduh di sini!).

4. Proses Emosi

Banyak dari perilaku toxic productivity yang didorong oleh ketakutan mendasar akan sesuatu seperti kegagalan, rasa bersalah, rasa tidak layak, dan perasaan tidak berharga. Alih-alih menghindarinya dengan berusaha terus menyibukkan diri, cobalah untuk mengakui dan memproses emosi-emosi tersebut. Kamu bisa meminta bantuan profesional kesehatan mental untuk membantumu mengatasi perasaan-perasaan ini.

Jangan ragu untuk memulai konseling di KALM. Kamu hanya perlu mengunduh Aplikasi KALM di Apps Store atau Google Store untuk konseling dengan para Kalmselor profesional.

Selain itu, untuk perusahaan yang membutuhkan layanan kesehatan mental untuk karyawan, KALM memiliki layanan Kalmporate yang siap membantumu! Layanan Kalmporate kami terdiri dari asesmen kesehatan mental, layanan workshop dan webinar, hingga group konseling. Jika perusahaanmu tertarik dengan layanan ini, kamu bisa menghubungi kami di email [email protected]

Baca artikel hasil kolaborasi KALM dengan perusahaan lain di sini: Produktif Atau Cuman Sibuk Aja? (KALM X OVO Part 1)Mendengarkan Tubuh Kita Sendiri (KALM X OVO Part 2), dan Webinar KALM untuk Populix: Bebaskan Diri Dari Stres

Bersama KALM, mari ciptakan lingkungan kerja yang berfokus pada kesejahteraan dan kesehatan mental karyawan agar tercipta produktivitas yang optimal.

 

Penulis: Rachma Fitria

Editor: Lukas Limanjaya

Sumber:

Andersen, C, H. (2021, June 25). 9 signs toxic productivity is impacting your life. The Health. Retrieved from: https://www.thehealthy.com/mental-health/stress/toxic-productivity/

Prendergast, C. (2021, September 08). Put avoiding toxic productivity at the top of your to-do list. Vogue UK. Retrieved from:https://www.vogue.co.uk/beauty/article/toxic-productivity

Wong, B. (2021, May 04). What is toxic productivity? Here’s how to spot the damaging behavior. Huffpost. Retrieved from: https://www.huffpost.com/entry/toxic-productivity-work_l_606655e7c5b6aa24bc60a566

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...