Caffeine Withdrawal Syndrome: Saat Candu Kopi Sulit Dihentikan

Description

KALMers, seberapa suka kamu dengan kopi? Kopi memang pilihan terbaik saat kita butuh asupan kafein, ya. Untukmu si pecinta kopi, rasanya pasti ada yang kurang kalau nggak memulai hari dengan minum segelas kopi. Akhirnya jadi candu.

KALMers pasti juga paham kalau terlalu banyak minum kopi itu nggak baik bagi kesehatan. Ingin mengurangi konsumsi kopi tapi kok sulit? Ternyata ada istilah Caffeine Withdrawal Syndrome, lho! Apa itu? Baca artikel ini sampai selesai!

Caffeine Withdrawal Syndrome

Caffeine Withdrawal Syndrome adalah kondisi gejala putus obat (dalam hal ini kafein) yang terjadi setelah seseorang berhenti mengkonsumsinya secara tiba-tiba setelah konsumsi kafein harian yang berkepanjangan.

Tahukah KALMers jika istilah Caffeine Withdrawal Syndrome ini bahkan sudah masuk dalam pedoman diagnosis DSM-5, lho! Mengutip dari Majalah Time, gangguan ini seperti yang dijelaskan dalam DSM-IV lama dan DSM-5 baru, berada di bawah kategori “Gangguan Terkait Kafein (Caffeine-Related Disorders),” tetapi dalam DSM-5, bagian itu mencakup entri baru, yaitu caffeine withdrawal. Menurut DSM-5, gejala penarikan kafein termasuk kelelahan, sakit kepala dan kesulitan fokus.

Gejala yang Muncul

Sakit Kepala

Sakit kepala atau pusing adalah salah satu gejala yang paling umum. Kafein menyebabkan pembuluh darah di otak menyempit, yang memperlambat aliran darah. Karena konsumsi kafein menyebabkan pembuluh darah menyempit, mengurangi atau menghentikannya memungkinkan pembuluh darah terbuka dan meningkatkan aliran darah ke otak. Perubahan aliran darah yang tiba-tiba ini menyebabkan sakit kepala. Sakit kepala akan mereda saat otak beradaptasi dengan peningkatan aliran darah ini.

Kelelahan

Kafein membantu meningkatkan kewaspadaan dan mengurangi kelelahan dengan cara memblokir reseptor adenosin, neurotransmitter yang dapat membuatmu mengantuk. Namun, menghilangkan konsumsi kafein ternyata dapat memberikan efek sebaliknya, menyebabkan kantuk dan kelelahan. Hal ini dapat menyebabkan ketergantungan pada kafein dan membuat gejala withdrawal jadi lebih buruk.

Cemas

Kafein adalah stimulan yang dapat meningkatkan detak jantung, tekanan darah dan hormon stres. Pada orang yang sensitif terhadap kafein, satu cangkir kopi saja dapat menyebabkan mereka gelisah dan cemas. Meskipun mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan cemas, menghentikannya juga dapat menyebabkan efek samping ini. Tubuh yang sudah biasa bergantung pada kafein dalam kopi jadi merasa jika tidak mendapatkan asupannya.

Sulit Konsentrasi

Alasan utama orang mengkonsumsi kafein dalam bentuk kopi adalah untuk meningkatkan konsentrasi. Kafein meningkatkan kadar adrenalin dan juga meningkatkan aktivitas neurotransmitter, merangsang dopamin, dan norepinefrin. Kombinasi reaksi ini meningkatkan detak jantung dan tekanan darah dan merangsang otak, menyebabkan peningkatan kewaspadaan dan fokus. Menghentikan kafein dapat berdampak negatif pada konsentrasi karena tubuhmu berjuang untuk terbiasa berfungsi tanpanya.

Tremor

Mereka yang memiliki ketergantungan pada kafein dapat mengalami tremor saat mengalami withdrawal. Hal ini disebabkan kafein adalah stimulan sistem saraf pusat yang efek sampingnya membuat perasaan gelisah, cemas, dan tangan gemetar. Makanya, mereka yang memiliki gangguan kecemasan sering disarankan untuk tidak mengonsumsi kafein untuk menghindari cemas yang semakin parah, KALMers.

Hal yang Bisa Kamu Lakukan

Cobalah tips berikut untuk mengurangi atau sepenuhnya menghindari gejala Caffeine Withdrawal Syndrome:

  • Kurangi perlahan: Berhenti mengkonsumsi kafein secara tiba-tiba dapat mengejutkan tubuh. Menyapih kafein secara bertahap dapat mengurangi kemungkinan mengalami efek samping yang tidak menyenangkan.
  • Tetap terhidrasi: Minum cukup air sangat penting saat mengurangi kafein. Dehidrasi dapat memperburuk gejala withdrawal, seperti sakit kepala dan kelelahan.
  • Tidur cukup: Untuk mengatasi kelelahan, cobalah tidur tujuh hingga sembilan jam yang direkomendasikan per malam.
  • Tingkatkan energi secara alami dengan self-care: Jika tingkat energi menurun setelah berhenti mengkonsumsi kafein, cobalah memasukkan sumber energi lain dengan olahraga, makanan bernutrisi, dan istirahat yang cukup.

Baca artikel KALM lainnya di sini: Codependent Relationship: Apa itu & Bagaimana Tandanya? dan Languishing: Perasaan Stuck, Hampa, & Hilang Semangat Kerja

Masalah ini mungkin terlihat sepele, namun jika tidak ditangani dengan baik bisa jadi masalah serius dan mengganggu aktivitasmu, KALMers. Jika kamu kesulitan mengatasi gejala Caffeine Withdrawal Syndrome sendiri, jangan tunda untuk menghubungi profesional, ya.

Unduh aplikasi KALM (di sini) untuk berkonsultasi dengan Kalmselor profesional. Kalmselor akan membantumu mencari coping yang tepat untuk mengatasi hal ini.

 

Penulis: Rachma Fitria

Editor: Lukas Limanjaya

Sumber:

Kubala, J. ( 2018, April 24). 8 symptoms of Caffeine Withdrawal. Healthline. Retrieved from: https://www.healthline.com/nutrition/caffeine-withdrawal-symptoms#TOC_TITLE_HDR_11

Lu, S. (2015, November) Too much coffee? American Psychological Association. Retrieved from: https://www.apa.org/gradpsych/2015/11/coffee

Peckham, M. (2013, May 21). Caffeine Withdrawal is now a mental disorder. Time Magazine. Retrieved from: https://newsfeed.time.com/2013/05/31/caffeine-withdrawal-is-now-a-mental-disorder/

Baca Artikel Lainnya

Bertumbuh Setelah Pulih dari Trauma Menurut Kalmselor Jessica

Peristiwa traumatis memang sebuah pengalaman yang tidak mudah dan sering membuat kita ingin menghapus ingatan tentangnya begitu saja. Tapi menurut Kalmselor Jessica, manusia itu selalu punya kapasi...

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...