Hai, KALMers! Kalmselor of the Month bulan November sudah diumumkan. Siapa, nih, Kalmselor favorit KALMers? Kali ini KALM berkesempatan mewawancarai Kalmselor Fira sebagai salah satu Kalmselor of the Month, lho!
Dalam rangka mengapresiasi para Kalmselor yang telah memberikan pelayanan terbaiknya untuk KALMers, KALM mempersembahkan penghargaan Kalmselor of the Month. Ke depannya akan ada 3 Kalmselor yang dipilih setiap bulannya untuk menjadi Kalmselor of the Month. Pemilihan ini didasarkan pada penilaian kinerja dan review dari pengguna layanan konseling di Aplikasi KALM pada bulan sebelumnya. Jadi, misalkan saat ini bulan November, kinerja di bulan Oktober lah yang dinilai untuk bisa meraih gelar Kalmselor of the Month.
Cut Maghfirah Faisal atau biasa dikenal dengan Kalmselor Fira adalah salah satu yang terpilih menjadi Kalmselor of the Month bulan November ini, KALMers! Siapa, nih, yang pernah berkonsultasi dengan Kalmselor Fira?
Kalmselor Fira merupakan seorang Psikolog Klinis Dewasa lulusan S1 dan S2 Profesi Psikologi Universitas Indonesia. Saat ditanya alasannya memilih spesialisasi Klinis Dewasa, ia menjawab karena ia juga merasa related dengan masalah-masalah klinis dewasa seperti kesepian, kecemasan, atau masalah interpersonal. Hal ini membuatnya lebih mudah berempati pada klien karena paham apa yang klien rasakan.
Kalmselor Fira sudah ingin menjadi psikolog sejak ia SMP, lho KALMers! Ia mengaku, motivasinya adalah ingin mempelajari ilmu yang bermanfaat untuk membantu orang dalam kehidupan sehari-hari. Keren!
Kalmselor Fira sudah bergabung di KALM sejak awal tahun 2019, tepat setelah ia menamatkan gelar S2 profesi Psikolog-nya. Menurutnya, berpraktik di Aplikasi KALM adalah salah satu pilihan tepat bagi psikolog karena waktunya yang fleksibel sehingga psikolog bisa menyusun respons secara matang sebelum disampaikan kepada klien.
Tak hanya bermanfaat bagi Kalmselor, Kalmselor Fira menjelaskan bahwa metode ini juga bermanfaat bagi Klien dalam berefleksi diri. “Misal, saat kita ditanya secara spontan, ‘Kira-kira apa yg membuatmu sedih?’ Kamu mungkin tidak langsung tahu kenapa. Nah, dengan sistem ongoing chat, Klien bisa merenung dulu. Ada kejadian apa ya kemarin? Kejadian apa yang membuat saya seperti ini? Jadi saat dia sudah mendapat pencerahan dia bisa membalas,” ungkapnya saat diwawancarai KALM beberapa waktu lalu.
Saat ditanya mengenai tantangan menjadi seorang psikolog, self-healing adalah salah satunya. Menurut Kalmselor Fira, self-healing memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan mental dan emosional seorang psikolog. Hal ini dikarenakan terkadang saat menghadapi klien atau masalah-masalah tertentu, ada kasus yang mengingatkan psikolog pada masalahnya sendiri.
“Mungkin orang bilang kalau psikolog harus 100% berdamai sama diri sendiri, nggak punya masalah mental sama sekali. Menurut saya nggak gitu, ya. Psikolog kan juga manusia yang dalam hidupnya pasti menghadapi berbagai masalah. Jadi tujuan sebenarnya bukan 100% berdamai sama diri sendiri tapi terus berproses melakukan self-healing gitu.”
Baca artikel lainnya di sini: Cara Menentukan Menu Self-care yang Tepat Untukmu, Kapan, Sih, Waktu yang Tepat untuk Kamu Konseling?, dan Caffeine Withdrawal Syndrome: Saat Candu Kopi Sulit Dihentikan
Momen ketika psikolog memberi konseling itu sebenarnya bukan hanya klien yang belajar dari psikolog, tetapi psikolog juga belajar dari klien. Psikolog tidak hanya berperan membantumu mencari solusi atas berbagai permasalahan melainkan juga teman diskusi untuk membicarakan topik-topik lain dalam hidup untuk mendapatkan ide-ide baru dalam mengembangkan diri.
Tidak perlu menunggu masalah parah dulu untuk konseling ke psikolog. Teman-teman bisa mendiskusikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pasti akan ada pelajaran-pelajaran baru yang bisa dipetik untuk membantu kita menjadi manusia yang lebih baik.
Download Aplikasi KALM untuk mulai konseling di sini (download link)!
Penulis: Rachma Fitria
Editor: Lukas Limanjaya