Kamu Harus Tahu: Tentang Post-traumatic Stress Disorder (PTSD)

Description

KALMers, kamu mungkin sering mendengar istilah Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) di film-film atau di berita. Seseorang yang tinggal di wilayah konflik atau pernah mengalami bencana alam biasanya sangat rentan mengalami PTSD ini. Memangnya apa, sih Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) ini? Kamu bisa membaca artikel ini untuk tahu lebih banyak!

Post-traumatic Stress Disorder (PTSD)

Gangguan stres pasca-trauma (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental yang berkembang sebagai respons atas peristiwa traumatis yang dialami seseorang seperti kekerasan seksual atau bencana alam. Gangguan ini biasa muncul dalam bentuk kilas balik (flashback) mengenai kejadian traumatis, mimpi buruk, pikiran mengganggu, kecemasan, hingga perubahan suasana hati.

Baca juga mengenai Secondary Trauma di sini: Nonton Berita Jadi Trauma? (Mengenal Vicarious Trauma)

Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab PTSD ini bisa berbeda pada masing-masing orang. Namun, berikut adalah beberapa peristiwa traumatis yang paling umum memicu PTSD:

  • Pertempuran militer atau perang
  • Pengalaman dilecehkan di masa kecil
  • Kekerasan seksual
  • Kecelakaan
  • Bencana

Selain pemicu utama, beberapa orang juga lebih berisiko mengembangkan PTSD jika ia memiliki faktor risiko seperti:

  • Depresi dan masalah kesehatan mental lainnya,
  • Memiliki masalah penyalahgunaan obat/zat,
  • Kurang mendapatkan dukungan melewati masa krisis,
  • Memiliki pekerjaan yang meningkatkan paparan terhadap peristiwa traumatis, seperti anggota militer atau pekerja sosial,
  • Gender: Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami PTSD dibanding pria, dan
  • Memiliki riwayat anggota keluarga dengan PTSD.

Gejala dan Diagnosis Post-traumatic Stress Disorder (PTSD)

Menurut DSM-5, terdapat 5 kategori hal dan gejala yang digunakan sebagai acuan dalam  mendiagnosis PTSD, yaitu:

  1. Adanya pemicu stres: Terpapar peristiwa traumatis baik secara langsung maupun tidak langsung seperti dalam media elektronik, televisi, film, atau gambar.
  2. Pengalaman traumatis yang terus berulang: Kilas balik (flashback) merasa seperti merasakan dan mengalami kembali kejadian yang sama terus-menerus, mimpi buruk, dan distress yang intens setelah terpapar pengingat traumatis.
  3. Reaktif secara emosional: Mudah tersinggung atau agresif, perilaku merusak diri sendiri, cemas seperti bahaya mengintai di setiap sudut (hypervigilance), respon kaget yang berlebihan, masalah dalam konsentrasi, dan gangguan tidur.
  4. Perubahan kognitif dan mood: Pikiran negatif tentang diri sendiri, perasaan bersalah, khawatir, kesulitan mengingat bagian penting dari kejadian traumatis, berkurangnya minat pada aktivitas yang pernah disukai, dan kemungkinan mengalami depresi dan serangan panik.
  5. Perilaku menghindar (Avoidant): Menghindari orang, tempat, atau situasi yang mengingatkan pada peristiwa traumatis.

Peringatan: Artikel ini dibuat hanya sebagai sumber informasi dan tidak boleh digunakan untuk melakukan mendiagnosis diri (self-diagnose) tanpa pendampingan profesional di bidang kesehatan mental. Jika kamu mengalami salah satu gejala di atas, segera hubungi psikolog atau psikiater.

Maksud Trigger (Pemicu) dalam PTSD

Istilah ‘triggered’ atau terpicu biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang ketika mengalami reaksi emosional terhadap suatu konten spesifik yang mengganggu, misalnya konten kekerasan atau bunuh diri di media atau lingkungan sosial. Istilah triggered ini berbeda dengan sekedar perasaan tidak nyaman, ya, KALMers. Bagi seseorang yang memiliki riwayat trauma, berada di sekitar apa pun yang mengingatkan mereka pada pengalaman traumatis dapat membuat mereka mengalami trauma lagi. Misalnya seseorang yang memiliki trauma berkaitan dengan perilaku kekerasan seksual, menonton berita mengenai kasus kekerasan seksual bisa men-trigger gejala traumanya muncul kembali. Makanya di media sosial kita sering kali menemukan istilah Trigger Warning untuk memberi peringatan pada konten-konten sensitif yang bisa memicu trauma, KALMers.

Selain pada kasus PTSD, istilah ‘pemicu’ atau trigger juga biasa digunakan dalam konteks penyakit kesehatan mental lain seperti, gangguan penggunaan zat, gangguan makan, dan kecemasan. Dalam kasus ini, pemicu dilihat sebagai segala sesuatu yang dapat mendorong dan memunculkan gejala.

Penanganan

Segera melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater adalah langkah paling tepat yang bisa kamu ambil jika merasakan gejala-gejala PTSD. Psikolog atau psikiater akan membantumu mengidentifikasi pemicu dan mengelola gejala serta menghadapi ketakutanmu secara efektif. Psikolog mungkin akan menyarankan kamu teknik psikoterapi yang dapat digunakan dalam terapi PTSD. 

Jangan ragu untuk memulai konselingmu bersama KALM. KALM memiliki lebih dari 170 psikolog dan konselor profesional yang siap membantumu (lihat daftar Kalmselor di sini). Dengan mengunduh Aplikasi KALM di Google Play, App Store, atau klik di (sini), kamu bisa memilih dengan siapa akan melakukan konseling.

Penulis: Rachma Fitria

Editor: Lukas Limanjaya

Sumber:

Cuncit, A. (2020, December 03). What does it mean to be ‘triggered’? Verywell Mind. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/what-does-it-mean-to-be-triggered-4175432

Donohue, M. (2019, November 11). Post-traumatic stress disorder (PTSD). Verywell mind. Retrieved from: https://www.healthline.com/health/post-traumatic-stress-disorder

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...