KALMers, kamu mungkin sering mendengar istilah Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) di film-film atau di berita. Seseorang yang tinggal di wilayah konflik atau pernah mengalami bencana alam biasanya sangat rentan mengalami PTSD ini. Memangnya apa, sih Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) ini? Kamu bisa membaca artikel ini untuk tahu lebih banyak!
Gangguan stres pasca-trauma (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental yang berkembang sebagai respons atas peristiwa traumatis yang dialami seseorang seperti kekerasan seksual atau bencana alam. Gangguan ini biasa muncul dalam bentuk kilas balik (flashback) mengenai kejadian traumatis, mimpi buruk, pikiran mengganggu, kecemasan, hingga perubahan suasana hati.
Baca juga mengenai Secondary Trauma di sini: Nonton Berita Jadi Trauma? (Mengenal Vicarious Trauma)
Penyebab PTSD ini bisa berbeda pada masing-masing orang. Namun, berikut adalah beberapa peristiwa traumatis yang paling umum memicu PTSD:
Selain pemicu utama, beberapa orang juga lebih berisiko mengembangkan PTSD jika ia memiliki faktor risiko seperti:
Menurut DSM-5, terdapat 5 kategori hal dan gejala yang digunakan sebagai acuan dalam mendiagnosis PTSD, yaitu:
Peringatan: Artikel ini dibuat hanya sebagai sumber informasi dan tidak boleh digunakan untuk melakukan mendiagnosis diri (self-diagnose) tanpa pendampingan profesional di bidang kesehatan mental. Jika kamu mengalami salah satu gejala di atas, segera hubungi psikolog atau psikiater.
Istilah ‘triggered’ atau terpicu biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang ketika mengalami reaksi emosional terhadap suatu konten spesifik yang mengganggu, misalnya konten kekerasan atau bunuh diri di media atau lingkungan sosial. Istilah triggered ini berbeda dengan sekedar perasaan tidak nyaman, ya, KALMers. Bagi seseorang yang memiliki riwayat trauma, berada di sekitar apa pun yang mengingatkan mereka pada pengalaman traumatis dapat membuat mereka mengalami trauma lagi. Misalnya seseorang yang memiliki trauma berkaitan dengan perilaku kekerasan seksual, menonton berita mengenai kasus kekerasan seksual bisa men-trigger gejala traumanya muncul kembali. Makanya di media sosial kita sering kali menemukan istilah Trigger Warning untuk memberi peringatan pada konten-konten sensitif yang bisa memicu trauma, KALMers.
Selain pada kasus PTSD, istilah ‘pemicu’ atau trigger juga biasa digunakan dalam konteks penyakit kesehatan mental lain seperti, gangguan penggunaan zat, gangguan makan, dan kecemasan. Dalam kasus ini, pemicu dilihat sebagai segala sesuatu yang dapat mendorong dan memunculkan gejala.
Segera melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater adalah langkah paling tepat yang bisa kamu ambil jika merasakan gejala-gejala PTSD. Psikolog atau psikiater akan membantumu mengidentifikasi pemicu dan mengelola gejala serta menghadapi ketakutanmu secara efektif. Psikolog mungkin akan menyarankan kamu teknik psikoterapi yang dapat digunakan dalam terapi PTSD.
Jangan ragu untuk memulai konselingmu bersama KALM. KALM memiliki lebih dari 170 psikolog dan konselor profesional yang siap membantumu (lihat daftar Kalmselor di sini). Dengan mengunduh Aplikasi KALM di Google Play, App Store, atau klik di (sini), kamu bisa memilih dengan siapa akan melakukan konseling.
Penulis: Rachma Fitria
Editor: Lukas Limanjaya
Sumber:
Cuncit, A. (2020, December 03). What does it mean to be ‘triggered’? Verywell Mind. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/what-does-it-mean-to-be-triggered-4175432
Donohue, M. (2019, November 11). Post-traumatic stress disorder (PTSD). Verywell mind. Retrieved from: https://www.healthline.com/health/post-traumatic-stress-disorder