Cerita Kalmselor: Efek Catcalling pada Psikologis Korban!

Description

KALMers, terkhusus yang perempuan, pernahkan kamu disapa secara tiba-tiba oleh orang tak kamu kenal di jalan? Atau lebih parah lagi digoda dengan kata-kata yang berbau seksual? Tahukah kamu jika ternyata hal tersebut salah satu bentuk pelecehan seksual, lho!

Nah, kali ini Kalmselor Dwi akan bercerita dan menjelaskan masalah ini. Disimak ya!

Cerita Korban Catcalling

Berikut adalah ilustrasi cerita yang dialami oleh klien Kalmselor Dwi:

“Namaku S. Aku tinggal di salah satu kota di Kalimantan Barat. Pada suatu hari di jalan, aku dikejar oleh 2 orang laki-laki. Mereka terus mengikuti dan menggangguku. Aku sangat takut. 

Aku merasa badanku yang berisi lah yang membuat mereka menggodaku. Akhirnya aku tidak mau makan supaya badanku jadi kurus. Selain itu, aku juga selalu memakai jas hujan saat keluar rumah. Bagiku tak masalah dipandang aneh karena memakai jas hujan saat cuaca sedang terik asalkan aku merasa aman.

Namun, kejadian semacam itu kembali terjadi. Saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang dari rumah sepupuku. Tiba-tiba ada 2 orang laki-laki mengendarai motor besar dan memakai jaket mendekatiku. Aku tidak mengenali siapa mereka tapi mereka bersiul-siul dan menggodaku dengan menanyakan aku tinggal di mana serta meminta nomor hpku. Mereka bilang akan mengantarkanku. Mereka terus melihat ke arahku dan menggodaku walaupun saat itu aku sudah memakai jas hujan.”

Apa itu Catcalling?

Catcalling adalah wujud ucapan/perkataan kasar yang mengarah pada pelecehan seksual yang dilakukan dengan tujuan menggoda di tempat umum. Ekspresi verbal dari catcalling bisa berupa komentar yang mengarah pada penampilan wanita atau bentuk tubuh. Sedangkan bentuk non verbalnya sering kali mencakup gerakan-gerakan tubuh yang mengarah pada pelecehan.

Di Indonesia, bentuk-bentuk catcalling biasanya berupa siulan-siulan atau komentar-komentar merendahkan dan tidak sopan seperti, “Hai cantik, mau ke mana?” atau, “Cewek, sendirian aja, nih? Mau ditemenin, nggak?”. Selain itu, sapaan-sapaan tidak masuk akal seperti, “Kok, cemberut aja, Neng? Lagi sedih, ya?” juga sering terjadi. Biasanya jika korban bersikap acuh, catcalling ini akan berkembang menjadi komentar komentar seperti, “Ih, sombong banget, sih?” atau, “Jangan malu-malu, dong,” dst.

Perilaku-perilaku Catcalling

Menurut N.K. Endah Triwijati (Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Savy Amira Women’s Crisis Center), catcalling dapat berwujud seperti: 

  1. Bercandaan, godaan, ataupun pertanyaan seputar seksual di dalam diskusi atau obrolan yang tidak dikhususkan untuk membahas seputar seksual yang dilakukan baik terhadap lawan jenis atau sejenis.
  2. Bersiul-siul yang berorientasi seksual dan dilakukan dengan sengaja untuk menggoda.
  3. Menyampaikan atau menanyakan tentang keinginan secara seksual yang membuat orang lain merasa tidak nyaman. 
  4. Mengkritik atau mengomentari bentuk fisik yang mengarah pada bagian-bagian seksualitas, misalnya bentuk pantat ataupun ukuran kelamin seseorang.

Dampak Psikologis pada Korban

Dampak pelecehan seksual, terkhusus terhadap perempuan, bervariasi tergantung pada bentuk kasusnya. Dampak psikis terbagi menjadi dua yakni dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dialami sesaat atau beberapa hari setelah kejadian. Korban biasanya marah, jengkel, terhina, dan merasa malu. Mereka mungkin membatasi pergerakan mereka, menghindari jalan-jalan tertentu, mengubah rute perjalanan reguler mereka, atau merasa terasingkan dari masyarakat. Beberapa bahkan mungkin berhenti mengenakan pakaian yang lebih terbuka untuk meminimalkan terjadi catcalling. Walaupun nyatanya tidak membantu apapun. Korban juga bisa mengalami gejala sulit tidur dan berkurangnya selera makan (loss of appetite).

Selain dampak pendek, dampak panjangnya adalah berubahnya sikap atau persepsi korban terhadap laki-laki karena trauma. Korban, terkhusus perempuan akan mengembangkan penilaian yang buruk terhadap lawan jenis dan takut berada di dekat mereka. Jika trauma ini berlangsung lebih dari 30 hari, korban mungkin bisa mengalami Post-traumatic Stress Disorder (PTSD), KALMers!

Jika Kamu Mengalaminya

Catcalling merupakan bentuk pelecehan seksual yang sudah seharusnya dianggap sebagai hal yang serius, mengingat dampaknya pada korban. Saat kamu mengalaminya, yang perlu kamu lakukan pertama kali adalah cobalah memvalidasi respons emosionalmu.  Berikan diri waktu dan ruang untuk memproses apa yang kamu alami. Kamu bisa berbicara dengan teman yang kamu percayai untuk menemanimu. Dalam jangka panjang, jika trauma berkembang, bantuan profesional mungkin dibutuhkan. Tidak apa-apa untuk mencari bantuan jika hal tersebut sudah mencegahmu beraktivitas dengan normal. Psikolog akan membantumu memproses trauma yang kamu alami agar tidak menjadi lebih buruk lagi.

Baca juga: Ketika Kita Mengalami Pelecehan SeksualPelaku Kekerasan Seksual Kok Diberi Panggung?, dan KATANYA CINTA: Kekerasan Oleh Pasangan

Jangan ragu untuk mulai konseling di Aplikasi KALM bersama Kalmselor Dwi. Kamu bisa  mengunduh Aplikasi KALM di sini dan memasukkan kode Kalmselor DWI-888 untuk memulai konseling.

 

Penulis: Kalmselor Dwi

Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya

Sumber:

Colleen O’Leary, Catcalling As a “Double Edged Sword”: Midwestern Women, Their Experiences, and The Implications of Men’s Catcalling Behaviors, (Illinois State University, 2016), hal. 32

Eli Nur Hayati, Panduan untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan: Konseling Berwawasan Gender (Yogyakarta: Rifka Annisa dan Pustaka Pelajar. 2000), hal. 46-47

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...