Kamu Harus Tahu: Tentang Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)

Description

Pernah dengar istilah Obsessive Compulsive Disorder (OCD), KALMers? Atau kamu sering dicap OCD hanya karena sering mencuci tangan dan menjaga kebersihan?

Memangnya apa itu OCD? Biar nggak asal self-diagnose coba baca artikel ini, deh!

Apa itu Obsessive Compulsive Disorder (OCD)?

Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) adalah kondisi kesehatan mental kronis dan jangka panjang yang ditandai dengan pikiran obsesif atau tertekan dan perilaku berulang yang kompulsif. Mereka yang memiliki gangguan obsesif-kompulsif diketahui memiliki berbagai gejala dan perilaku yang merupakan ciri khas dari gangguan tersebut.

Seseorang dengan OCD biasanya melakukan ritual yang sama (seperti mencuci tangan) berulang-ulang dan mungkin merasa tidak mampu mengendalikan impuls ini. Perilaku berulang ini sering dilakukan dalam upaya mengurangi tekanan dan kecemasan.

Gejala Gangguan Obsesif Kompulsif

Gejala Gangguan Obsesif Kompulsif ditandai dengan pikiran-pikiran obsesif dan juga perilaku kompulsif.

Gejala Obsesif

Pikiran obsesif dalam OCD didefinisikan sebagai pikiran berulang atau desakan impuls yang memicu kecemasan atau perasaan jijik. Obsesi ini dianggap mengganggu karena tidak mampu dinalar dan dihilangkan. Hasilnya orang dengan pikiran obsesif akan mencoba mengabaikan atau menekan pikiran tersebut dengan melakukan tindakan lain, seperti melakukan tindakan kompulsif untuk mengurangi kecemasannya.

Beberapa bentuk obsesi yang sering muncul adalah:

  • Obsesi akan kebersihan hingga takut tertular kuman dengan menyentuh barang yang dianggap terkontaminasi.
  • Kebutuhan yang kuat akan keteraturan yang ditunjukkan oleh perasaan cemas berlebihan ketika ada benda yang tidak teratur atau tidak simetris atau ketika benda-benda dipindahkan oleh orang lain.
  • Pikiran tabu yang membuatnya merasa sangat terganggu dengan topik-topik seperti seks atau agama.
  • Rasa takut menyakiti orang lain atau diri sendiri, takut melontarkan kata-kata kotor atau hinaan yang bermanifestasi sebagai perilaku kompulsif, seperti terobsesi dengan berita tentang kekerasan.
Gejala Kompulsif

Kompulsif dapat didefinisikan sebagai jenis perilaku berulang yang sering dilakukan oleh seseorang dengan OCD, sampai-sampai menjadi ritual sehari-hari. Perilaku berulang ini dilakukan untuk mengurangi tekanan dan perasaan cemas yang berasal dari pikiran obsesif.

Beberapa perilaku kompulsif yang umum misalnya seperti memeriksa barang-barang, mencuci tangan, memeriksa pintu dan jendela untuk memastikannya sudah terkunci, memeriksa kompor untuk memastikannya sudah dimatikan, atau mencari kepastian dari orang lain. 

Bedanya dengan Kebiasaan Normal?

Mungkin KALMers bertanya-tanya, mengecek barang atau rajin mencuci tangan kan hal yang baik. Apa yang menjadikannya tidak normal dan disebut OCD?

Betul sekali KALMers, rajin mencuci tangan apalagi di saat pandemi seperti ini memang hal yang baik, ya! Nah, ada beberapa kondisi khusus yang menyebabkan kebiasaan tersebut dikategorikan sebagai OCD, yaitu:

  • Ketika orang tersebut tidak mampu mengontrol perilakunya, bahkan ketika ia paham jika pikiran obsesifnya adalah hal yang abnormal.
  • Orang tersebut menghabiskan setidaknya satu jam setiap hari pada pikiran obsesifnya. Hal ini sampai mengakibatkan kesusahan atau kecemasan atau menurunkan fungsi normal dari aktivitas penting dalam hidup seperti pekerjaan atau koneksi sosial.
  • Mengalami dampak negatif sebagai akibat langsung dari perilaku ritualistik dan pikiran obsesif dalam kehidupan sehari-hari.

Penyebab

Gangguan psikologis memang biasanya disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Begitu pula dengan OCD ini. Tidak jelas apa yang menyebabkan OCD. Sejumlah faktor yang berbeda mungkin berperan, termasuk di dalamnya:

  1. Riwayat keluarga: Seseorang lebih mungkin mengembangkan OCD jika ada anggota keluarga yang memilikinya juga. Gen juga bisa berpengaruh dalam hal ini.
  2. Perbedaan struktur di otak: Beberapa orang dengan OCD memiliki area aktivitas tinggi yang tidak biasa di otak mereka
  3. Pengalaman masa lalu: OCD lebih sering terjadi pada orang yang mengalami peristiwa traumatis seperti pelecehan atau pengabaian.
  4. Kepribadian: Orang dengan standar pribadi yang tinggi akan kerapian, ketelitian, dan detail lebih rentan untuk mengembangkan OCD. Selain itu orang-orang yang memiliki kecenderungan cemas atau memiliki rasa tanggung jawab yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri dan orang lain juga rentan akan hal ini.

Diagnosis dan Penanganan

Tidak ada tes laboratorium atau tes formal lainnya untuk mendiagnosis OCD. Diagnosis bisa ditentukan dengan asesmen wawancara oleh psikolog atau psikiater. Jika perilaku yang muncul sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, diagnosis OCD mungkin ditegakkan.

Untuk penanganannya sendiri, OCD biasanya dapat disembuhkan dengan obat-obatan, psikoterapi, atau kombinasi keduanya. Meskipun sebagian besar orang merespons pengobatan, gejala bisa muncul kembali di beberapa pasien.

Terkadang penderita OCD juga memiliki gangguan mental lain, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan dismorfik tubuh (gangguan dimana seseorang percaya bahwa bagian tubuhnya ada yang tidak normal). Penting untuk mempertimbangkan gangguan lain ini ketika membuat keputusan tentang pengobatan, KALMers. Karena hal inilah mengapa penderita OCD sangat membutuhkan pendampingan profesional yang tepat. 

Baca juga artikel tentang Gangguan Kecemasan, PTSD, dan Bipolar di discovery-mu ya!

Jika kamu menduga bahwa kamu atau seseorang di sekitarmu mungkin menderita OCD, pastikan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater sesegera mungkin, ya! Kamu juga bisa berkonsultasi di Aplikasi KALM dengan mengunduh di sini. KALM memiliki lebih dari 100 Kalmselor yang siap membantumu (lihat daftar Kalmselor di https://get-kalm.com/id/daftar-konselor/). Kalmselor KALM merupakan psikolog berlisensi yang terus dipantau profesionalitasnya oleh KALM, jadi kamu tidak perlu khawatir! Apabila dibutuhkan, Kalmselor juga dapat membantu untuk mengarahkanmu ke psikolog atau psikiater tatap muka untuk mendapatkan penanganan yang lebih menyeluruh. 

Penulis: Rachma Fitria

Editor: Lukas Limanjaya

Sumber:

Christiansen, S. (2021, February 07). Obsessive Compulsive Disorder. Verywell Mind: https://www.verywellhealth.com/obsessive-compulsive-disorder-ocd-5084138

Baca Artikel Lainnya

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...

Pertanda Kamu Mengalami Post Traumatic Relationship Stress

Mungkin istilah ini terdengar asing, tapi pernahkah KALMers mendengar ada orang yang habis putus dari mantannya yang toxic lalu jadi butuh konseling karenanya? Nah, Post Traumatic Relationship Stre...