KALMers, apa yang terlintas di pikiranmu saat mendengar frasa predator seksual? Pernahkan kamu berpikir tentang hal yang melatarbelakangi perilaku mereka? Apa sebenarnya yang mereka pikirkan dan bagaimana tanda-tandanya jika ada seorang predator seksual di sekitarmu? KALM akan membahasnya di artikel ini!
Perhatian: Artikel ini mungkin mengandung bahasa yang bisa memicu trauma terkait kekerasan atau pelecehan seksual. Jika kamu merasa tidak nyaman dengan topik ini, kamu bisa berhenti membacanya, ya!
Predator seksual adalah orang yang mencari kontak seksual dengan orang lain dengan cara memaksa korban. Perilaku predator seksual ini biasanya ditunjukkan dengan kejahatan seksual seperti pelecehan, penyerangan, pemerkosaan, dan pedofilia.
Tahukah KALMers jika mereka yang mengeksploitasi orang lain secara seksual ternyata tidak hanya bertindak berdasarkan seks atau nafsu semata, lho! Terkadang mereka melihat seks sebagai bentuk dominasi dan kontrol. Nah, beberapa predator seksual ini melakukan kejahatan seksual untuk menunjukkan rasa berkuasa yang mereka miliki.
Kamu mungkin penasaran, “Apa sih yang para predator seksual ini pikirkan sampai tega melakukan perilaku tak bermoral pada korban-korbannya?” Jawabannya sejalan dengan penjelasan di atas bahwa sebenarnya predator seksual melakukan ‘aksinya’ hanya untuk menunjukkan perasaan berkuasanya. Entahlah, mungkin perasaan berkuasanya bisa meningkatkan harga dirinya.
Penegasan kekuasaan dalam serangan seksual terwujud dalam bentuk pemaksaan. Sudah menjadi ciri khas predator seksual bahwa baik dalam berfantasi maupun aksi, mereka merasa lebih menarik untuk menggunakan kekuatan dalam melakukan penaklukan. Buktinya pria yang memiliki kehidupan seksual yang aktif pun masih bisa menyerang wanita lain.
Coba kita lihat kembali beberapa kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan. Dosen yang melecehkan mahasiswanya, seorang ustadz yang memperkosa santri-santrinya, atau seorang pacar yang berprofesi sebagai penegak hukum.
Pada semua kasus tersebut dapat dilihat bahwa pelaku memiliki pengaruh atas korbannya yang dianggap memiliki status lebih rendah. Para pelaku merasa besar kepala, tahu bahwa korban tidak mungkin memberi tahu siapa pun karena mereka pikir tidak akan dipercaya. Korban juga berpikir bahwa orang-orang berkuasa lainnya akan mendukung pelaku, terutama jika dia terkenal dan penting bagi reputasi dan kesuksesan suatu organisasi atau lembaga.
Predator seksual memanipulasi korban dengan cara menciptakan ketergantungan dan keintiman. Pada awalnya, mereka mungkin sangat perhatian, memberi hadiah, pujian, panggilan telepon, atau pesan yang rutin. Hal ini membuat korban merasa bahwa pelaku dapat memberikan sesuatu yang tidak dapat diberikan orang lain dan mereka adalah satu-satunya orang yang memahami, menghargai, dan peduli terhadap korban. Selain membangun loyalitas, metode ini juga menciptakan kerentanan pada korban yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh pelaku untuk keuntungan mereka.
Saat korban sudah masuk dalam perangkapnya, manipulasi yang dilakukan para predator seksual akan lebih agresif. Mereka mungkin akan berkomentar negatif tentang cara berpakaian korban atau hal lain yang tidak sesuai dengan harapannya. Ketika korban mencoba melawan dengan menantang argumennya, dia akan berbohong, memutarbalikkan informasi, menyatakan betapa ia terluka atas pernyataan korban, dan bahwa dia tidak pantas diperlakukan seperti ini karena ia sudah sangat baik pada korban. Pada akhirnya, korban yang kelelahan secara emosional akan meminta maaf. Ini menunjukkan kepada pelaku bahwa dia sudah mulai bisa mengendalikan korbannya. Hati-hati ya, KALMers!
Predator seksual sedikit demi sedikit akan melewati batasan fisikmu. Perilaku ini mungkin dimulai dengan sedikit sentuhan di punggung, tangan, atau kaki. Tapi itu bisa meningkat menjadi sentuhan yang tidak pantas di paha atau bahkan membelai tanpa persetujuan korban. Jika predator sudah menjalin hubungan dengan korban, mereka mungkin melewati batas yang telah ditentukan sebelumnya tanpa meminta persetujuan (consent).
Sebagai bagian dari manipulasinya, predator seksual tidak pernah mengambil tanggung jawab dan selalu memposisikan diri sebagai korban. Mereka akan menggunakan kontrol dan kuasa mereka untuk membuat korban merasa bersalah jika dia menolak permintaan pelaku. Perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual di masa anak-anak mungkin lebih rentan terhadap jenis manipulasi ini akibat trauma yang kembali muncul.
Dalam banyak kasus, predator seksual akan berusaha mengendalikan teman hingga anggota keluarga korban. Mereka mungkin memantau aktivitas media sosial korban, kehidupan pribadi, dan aktivitas sehari-hari. Mereka berusaha membatasi kontak korban dengan orang lain, terutama lawan jenis. Hal ini ia lakukan agar korban tidak bisa mencari pertolongan dan terus bergantung padanya.
Jadi begitu, KALMers. Dalam beberapa kasus, tanda-tanda di atas bisa jadi tidak terdeteksi atau mungkin lebih terlihat seperti tanda-tanda pelecehan emosional daripada pelecehan seksual. Namun kamu tetap harus waspada.
Jika kamu mencurigai seseorang yang kamu kenal sebagai predator seksual atau mungkin korban predator seksual, kamu bisa segera melaporkannya ke polisi dan/atau Komnas Perempuan. Kamu juga bisa menyarankan kepada korban supaya menghubungi pihak profesional di bidang kesehatan mental mengingat dampak psikologis yang mungkin dialaminya. Konseling dan perawatan kesehatan mental dapat membantunya.
Baca juga: Fact Check with KALM: Mitos dan Fakta Pelecehan Seksual, Caramu Membantu Mereka yang Mengalami Pelecehan Seksual
Kalmselor di KALM siap membantu kamu dan/atau orang terdekatmu memproses emosi dan dampak psikologis akibat pelecehan seksual. Cek daftar Kalmselor di https://get-kalm.com/id/daftar-konselor/ untuk memilih dengan siapa kamu ingin melakukan konseling. Kemudian download aplikasi KALM melalui link berikut (ini) untuk memulai konselingmu!
Penulis: Rachma Fitria
Editor: Lukas Limanjaya
Sumber:
Samenow, S. E. (2017, December 15). The thinking processes of sexual predators. Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/inside-the-criminal-mind/201712/the-thinking-processes-sexual-predators
WebMD Editorial Contributors. (2020, November 20). Sexual predators: signs of sexual predators. WebMD: https://www.webmd.com/sex-relationships/signs-sexual-predator