Kalmselor Linota: Sibling Rivalry, Persaingan Saudara Normal Kah?

Description

Halo, KALMers! Apa kabar minggu ini? Setelah minggu lalu kita membahas toxic workplace bersama Kalmselor Siska, kali ini giliran Kalmselor Linota sebagai Kalmselor of the Month bulan Desember yang mau berbagi ilmu. KALMers yang memiliki saudara kandung di rumah mungkin akan merasa relate dengan pembahasan kali ini. Disimak ya!

Baca juga: Kalmselor Siska Mithalia: Terjebak Toxic Workplace, Resign Nggak Ya?Kalmselor Khairi Wardi: Mengenal Lebih Jauh Tentang Hipnoterapi

Mengenal Kalmselor Linota

Karena tak kenal maka tak sayang, jadi kita kenalan dulu dengan Kalmselor Linota, ya! Kalmselor Linota atau bernama lengkap Linota Dasril Mamayo adalah seorang Psikolog Klinis Dewasa, KALMers. Ia sudah aktif menjadi Kalmselor di Aplikasi KALM sejak tahun 2020 lalu.

Sejak SMA, Kalmselor Linota sudah tertarik mengenai dunia psikologi. Karena memiliki perbedaan usia yang cukup jauh dengan kakak-kakaknya, ia merasakan betapa sulit dan sepinya menghadapi masalah seorang diri. Dari situlah Kalmselor Linota bertekad untuk bisa membantu orang lain. Ia ingin bisa mendampingi orang-orang melalui masa-masa.

Salah satu topik yang menarik perhatian Kalmselor Linota selama menjadi seorang psikolog adalah topik mengenai sibling rivalry, KALMers. Ada yang tahu?

Sibling Rivalry, Normal atau Tidak?

Sibling rivalry atau bisa diartikan sebagai persaingan antar saudara biasanya terjadi untuk memperoleh perhatian dari orang tua akibat rasa iri dan cemburu, atau demi mendapatkan hal yang diinginkan.

Menurut Kalmselor Linota, sibling rivalry ini sangat wajar terjadi dalam keluarga. Apalagi bila anak belum pernah diberikan pengertian terkait apa sih arti keberadaan saudaranya. Namun, bisa menjadi sesuatu yang tidak biasa/tidak normal jika orang tua tidak berusaha mengevaluasi perilaku sibling rivalry ini meski mereka tahu anaknya saling bersaing.

“Ada kasus yang anak-anaknya sampai berkata kasar/kotor, atau bahkan memukul saudaranya, namun orang tuanya hanya membiarkan. Yang seperti itu sudah tidak wajar dan melewati batas,” tambah Kalmselor Linota.

Penyebab Sibling Rivalry

Beberapa faktor berikut ini turut berkontribusi memunculkan persaingan antar saudara:

1. Jarak Usia Terlalu Dekat

Anak yang memiliki jarak usia terlalu dekat cenderung memiliki kebutuhan yang sama. Terutama dalam hal kebutuhan emosional seperti perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu apa yang mereka perebutkan pun biasanya sama karena dari segi kebiasaan pun mereka akan saling mencontoh satu sama lain.

2. Jarak Usia Terlalu Jauh

Tidak hanya jarak usia yang terlalu dekat, terlalu jauh pun juga bisa memicu sibling rivalry, KALMers. Seorang kakak yang sudah terbiasa menjadi anak bungsu, lalu kemudian lahir adiknya, jika orang tua tidak bisa memberikan pengertian dengan baik, sang kakak akan menganggap adiknya sebagai perebut kasih sayang orang tua. Akhirnya timbullah rasa benci terhadap adiknya.

3. Jenis Kelamin Berbeda

Terkadang ada orang tua yang memfavoritkan anak dengan jenis kelamin tertentu. Misal, ayah lebih suka anak laki-laki, hingga anak perempuannya merasa bahwa ayah kurang memperhatikannya. Selain itu juga bisa terkait dengan peran gender seperti, anak perempuan yang harus bantu tugas rumah, tapi anak laki-laki tidak perlu. Hal ini juga akan menimbulkan perasaan benci, tidak suka, dan tidak adil.

Sibling Rivalry di Usia Dewasa

Kalmselor Linota mengatakan jika sibling rivalry ini bisa mereda dan hilang seiring berjalannya waktu ketika anak telah dewasa. Namun tidak menutup kemungkinan hal ini terus berlanjut. Jika sibling rivalry terjadi di usia dewasa dampaknya bisa terlihat lebih besar. Mungkin anak bisa pergi dari rumah, menghilang, atau memutus kontak dengan keluarga.

Sedangkan pada anak yang mengalami langsung sibling rivalry bisa timbul tindak kekerasan baik verbal maupun fisik. Mereka akan kesulitan mengendalikan emosi dan rasa benci, bahkan merasa tidak dianggap sebagai anak.

Tips dari Kalmselor Linota

Jika kamu mengalami sibling rivalry dan orang tuamu tidak menjadi penengah, maka tidak ada cara lain selain mencoba menurunkan ego dan bicara lebih dulu. Orang dewasa yang mengalami sibling rivalry biasanya sudah bisa hidup mandiri, jadi jika ada masalah keluarga sebenarnya akan lebih mudah untuk menjauh dari situasi tersebut. Tapi jika memang masih ingin berhubungan baik, harus ada yang mengalah.

Bagaimana pendapatmu, KALMers? Jika kamu butuh saran profesional terkait masalah ini, kamu bisa konseling dengan Kalmselor Linota di Aplikasi KALM (download di sini). Masukkan Kode Kalmselor LIN-418 untuk terhubung dengannya!

Pesan untuk KALMers

Jika menurutmu tidak ada orang yang bisa dijadikan support system, konseling dengan ahli merupakan keputusan tepat. Kami, psikolog, tidak memiliki kepentingan lain selain menjadi pendengar yang baik. Kami pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan saran berdasarkan cerita yang telah klien sampaikan. Rahasia pun terjamin karena kami terikat oleh kode etik profesi. Jadi jangan ragu konseling!

 

Penulis: Rachma Fitria

Editor: Lukas Limanjaya

Baca Artikel Lainnya

Bertumbuh Setelah Pulih dari Trauma Menurut Kalmselor Jessica

Peristiwa traumatis memang sebuah pengalaman yang tidak mudah dan sering membuat kita ingin menghapus ingatan tentangnya begitu saja. Tapi menurut Kalmselor Jessica, manusia itu selalu punya kapasi...

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...