KALMers, pernahkah kamu mendengar tentang Binge Eating Disorder? Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar istilah binge eating? Jangan salah ya, KALMers, Binge Eating Disorder (BED) bukan hanya sekedar ‘banyak makan’ ketika stres. Memangnya apa, sih Binge Eating Disorder itu?
Untuk tahu lebih banyak mengenai Binge Eating Disorder, yuk disimak artikel ini hingga akhir, KALMers!
Sebelum membahas mengenai Binge Eating Disorder (BED), KALMers perlu memahami apa itu gangguan makan terlebih dahulu. Gangguan makan merupakan gangguan pada perilaku makan yang ditandai dengan pikiran yang mengganggu tentang berat badan dan kebiasaan/usaha yang keliru untuk mengontrolnya. Gangguan makan ini bermacam-macam, KALMers. Berikut yang tergolong sebagai gangguan makan menurut American Psychiatric Association (APA):
Nah, pada artikel ini, kita akan fokus membahas mengenai Binge Eating Disorder (BED) dulu ya, KALMers! Memangnya apa sih, Binge Eating Disorder itu?
Binge Eating Disorder (BED) merupakan salah satu gangguan makan yang ditandai dengan konsumsi makanan yang lebih banyak dari kebanyakan orang pada waktu dan keadaan yang sama serta perasaan tidak dapat berhenti makan atau mengontrol seberapa banyak makanan yang dimakan. Di Amerika Serikat sendiri BED banyak diderita oleh perempuan dan laki-laki dewasa (usia 18 atau lebih tua) dengan persentase masing-masing adalah 1,6% dan 0,8%. Berbeda dengan bulimia nervosa, perbandingan jumlah penderita binge eating disorder pada laki-laki dan perempuan hampir sama.
BED ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berbeda-beda pada tiap individu, KALMers. Beberapa faktor yang paling sering ditemukan pada penderita binge eating disorder adalah (Hilbert et al., 2014):
Menurut DSM-5, terdapat beberapa kategori hal dan gejala yang digunakan sebagai acuan dalam mendiagnosis BED, yaitu:
Arti overeating disini memiliki definisi dimana seseorang memakan makanan lebih banyak dari orang pada umumnya dan sulit mengontrol keinginan untuk makan pada periode tersebut.
Makan berlebihan dalam hal ini diasosiasikan ketika tiga atau lebih kriteria di bawah terpenuhi:
Berbeda dengan bulimia nervosa, tidak ada “perilaku kompensasi” pada binge eating disorder. Perilaku kompensasi sendiri adalah perilaku berulang yang dilakukan untuk menghindari kenaikan berat badan, misalnya dengan meminum obat pencahar atau pembatasan asupan makanan yang ekstrem.
Penanganan terhadap gangguan makan dapat menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi dengan terapi individual atau kelompok. Terapi-terapi tersebut dianggap lebih efektif dibandingkan program penurunan berat badan yang sering digunakan sebagai treatment pada obesitas. Namun, harus diingat kembali bahwa penanganan tersebut harus didampingi oleh ahli kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater yang memiliki kewenangan untuk melakukan terapi, ya.
KALMers bisa melakukan konsultasi dengan psikolog di Aplikasi KALM (unduh di sini!) jika merasakan gejala-gejala yang mengarah pada gangguan makan, lho!
Baca juga: Jangan Katakan Ini Pada Orang Yang Memiliki Eating Disorder, Bahaya Bulimia Nervosa dan Cara Mencegahnya
Sekian artikel tentang Binge Eating Disorder, KALMers! Semoga artikel ini dapat membantu KALMers untuk memahami Binge Eating Disorder.
Penulis: Dzulfani S. Nisa
Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya
Sumber:
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.)
Barlow, D. H., Durand, V. M., Hofmann, S. G. (2014). Abnormal Psychology: An Integrative Approach (8th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Hilbert, A., Pike, K. M., Goldschmidt, A. B., Wilfley, D. E., Fairburn, C. G., Dohm, F.-A., Walsh, B. T., & Striegel Weissman, R. (2014). Risk factors across the eating disorders. Psychiatry Research, 220(1–2), 500–506. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2014.05.054
Young, J. L. (2014, November 6). Understanding Binge Eating Disorder. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/when-your-adult-child-breaks-your-heart/201411/understanding-binge-eating-disorder