Kamu Harus Tahu: Tentang Binge Eating Disorder (BED)

Description

KALMers, pernahkah kamu mendengar tentang Binge Eating DisorderApa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar istilah binge eatingJangan salah ya, KALMers, Binge Eating Disorder (BED) bukan hanya sekedar ‘banyak makan’ ketika stres. Memangnya apa, sih Binge Eating Disorder itu?

Untuk tahu lebih banyak mengenai Binge Eating Disorder, yuk disimak artikel ini hingga akhir, KALMers!

Gangguan Makan (Eating Disorder)

Sebelum membahas mengenai Binge Eating Disorder (BED), KALMers perlu memahami apa itu gangguan makan terlebih dahulu. Gangguan makan merupakan gangguan pada perilaku makan yang ditandai dengan pikiran yang mengganggu tentang berat badan dan kebiasaan/usaha yang keliru untuk mengontrolnya. Gangguan makan ini bermacam-macam, KALMers. Berikut yang tergolong sebagai gangguan makan menurut American Psychiatric Association (APA):

  1. Anorexia Nervosa
  2. Bulimia Nervosa
  3. Binge Eating Disorder
  4. PICA
  5. Rumination Disorder
  6. Avoidant/ Restrictive Food Intake Disorder

Nah, pada artikel ini, kita akan fokus membahas mengenai Binge Eating Disorder (BED) dulu ya, KALMers! Memangnya apa sih, Binge Eating Disorder itu?

Binge Eating Disorder (BED)

Binge Eating Disorder (BED) merupakan salah satu gangguan makan yang ditandai dengan konsumsi makanan yang lebih banyak dari kebanyakan orang pada waktu dan keadaan yang sama serta perasaan tidak dapat berhenti makan atau mengontrol seberapa banyak makanan yang dimakan. Di Amerika Serikat sendiri BED banyak diderita oleh perempuan dan laki-laki dewasa (usia 18 atau lebih tua) dengan persentase masing-masing adalah 1,6% dan 0,8%. Berbeda dengan bulimia nervosa, perbandingan jumlah penderita binge eating disorder pada laki-laki dan perempuan hampir sama.

Penyebab dan Faktor Risiko 

BED ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berbeda-beda pada tiap individu, KALMers. Beberapa faktor yang paling sering ditemukan pada penderita binge eating disorder adalah (Hilbert et al., 2014):

  • Obesitas ketika masa kecil,
  • Kebiasaan perilaku makan berlebihan dalam keluarga,
  • Komentar dan kritik terkait kelebihan berat badan,
  • Pengalaman diet berlebihan pada masa kecil,
  • Konsep diri dan self-image yang rendah,
  • Kecenderungan depresi, dan
  • Pengalaman kekerasan fisik atau seksual saat masa kecil.

Gejala dan Diagnosis BED

Menurut DSM-5, terdapat beberapa kategori hal dan gejala yang digunakan sebagai acuan dalam  mendiagnosis BED, yaitu:

1. Makan berlebihan (overeating) secara periodik.

Arti overeating disini memiliki definisi dimana seseorang memakan makanan lebih banyak dari orang pada umumnya dan sulit mengontrol keinginan untuk makan pada periode tersebut.

Makan berlebihan dalam hal ini diasosiasikan ketika tiga atau lebih kriteria di bawah terpenuhi:

  • Kecepatan makan lebih dari normal
  • Makan hingga kenyang yang berlebihan
  • Mengonsumsi makanan dengan jumlah yang sangat banyak padahal tidak lapar
  • Lebih memilih untuk makan sendirian karena malu jika makan terlalu banyak
  • Merasa jijik, depresi, atau sangat bersalah dengan diri sendiri setelah makan
2. Muncul distress setelah binge eating
3. Makan berlebihan terjadi minimal sekali seminggu selama 3 bulan.

Berbeda dengan bulimia nervosa, tidak ada “perilaku kompensasi” pada binge eating disorder. Perilaku kompensasi sendiri adalah perilaku berulang yang dilakukan untuk menghindari kenaikan berat badan, misalnya dengan meminum obat pencahar atau pembatasan asupan makanan yang ekstrem.

Penanganan

Penanganan terhadap gangguan makan dapat menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi dengan terapi individual atau kelompok. Terapi-terapi tersebut dianggap lebih efektif dibandingkan program penurunan berat badan yang sering digunakan sebagai treatment pada obesitas. Namun, harus diingat kembali bahwa penanganan tersebut harus didampingi oleh ahli kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater yang memiliki kewenangan untuk melakukan terapi, ya. 

KALMers bisa melakukan konsultasi dengan psikolog di Aplikasi KALM (unduh di sini!) jika merasakan gejala-gejala yang mengarah pada gangguan makan, lho!

Baca juga: Jangan Katakan Ini Pada Orang Yang Memiliki Eating DisorderBahaya Bulimia Nervosa dan Cara Mencegahnya

Sekian artikel tentang Binge Eating Disorder, KALMers! Semoga artikel ini dapat membantu KALMers untuk memahami Binge Eating Disorder

Penulis: Dzulfani S. Nisa 

Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya

Sumber: 

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.)

Barlow, D. H., Durand, V. M., Hofmann, S. G. (2014). Abnormal Psychology: An Integrative Approach (8th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.

Hilbert, A., Pike, K. M., Goldschmidt, A. B., Wilfley, D. E., Fairburn, C. G., Dohm, F.-A., Walsh, B. T., & Striegel Weissman, R. (2014). Risk factors across the eating disorders. Psychiatry Research, 220(1–2), 500–506. https://doi.org/10.1016/j.psychres.2014.05.054

Young, J. L. (2014, November 6). Understanding Binge Eating Disorder. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/when-your-adult-child-breaks-your-heart/201411/understanding-binge-eating-disorder 

Baca Artikel Lainnya

Bertumbuh Setelah Pulih dari Trauma Menurut Kalmselor Jessica

Peristiwa traumatis memang sebuah pengalaman yang tidak mudah dan sering membuat kita ingin menghapus ingatan tentangnya begitu saja. Tapi menurut Kalmselor Jessica, manusia itu selalu punya kapasi...

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...