Dari FOMO Jadi JOMO, Kamu yang Mana?

Description

KALMers, sepertinya kamu sudah familiar dengan istilah FOMO, ya? Seiring dengan peningkatan penggunaan media sosial perasan FOMO rasanya sulit dihindari. Tapi tahu nggak sih kalau ada istilah untuk menggambarkan keadaan kebalikan dari FOMO? JOMO namanya, KALMers. 

Memangnya apa sih JOMO itu? Di artikel ini, kita akan membahas mengenai apa itu JOMO dan tips untuk berhenti merasa FOMO. Simak artikel hingga akhir ya, KALMers!

Apa Itu JOMO? 

Sejalan dengan istilah FOMO (Fear Of Missing Out) yang banyak digunakan secara luas, istilah JOMO (Joy Of Missing Out) kini mulai banyak menjadi bahan perbincangan. JOMO didefinisikan sebagai rasa “puas” dan nyaman ketika seseorang melewatkan informasi. Dengan kondisi media sosial yang kini semakin padat memuat berbagai jenis informasi, bagi sebagian orang JOMO adalah solusi dari FOMO yang mereka alami. JOMO menekankan pada keputusan seseorang secara sadar untuk mengendalikan penggunaan media sosial itu sendiri. Jadi, tidak bisa online hanya karena susah sinyal belum termasuk JOMO, ya. 

Istilah JOMO juga merujuk pada sikap seseorang yang sengaja memilih untuk tidak terlibat dalam kegiatan tertentu, terutama dalam konteks media sosial, hiburan, dan kegiatan lain yang dianggap menyenangkan. Orang yang berhasil menikmati Joy Of Missing Out tidak merasakan keharusan untuk mengikuti tren dan memamerkan hal yang sedang ia lakukan. 

Efek Negatif FOMO

FOMO atau Fear Of Missing Out sendiri semakin menjadi salah satu konsep yang familiar, terlebih dengan intensitas penggunaan media sosial yang semakin meningkat. Orang yang mengalami FOMO akan terus-menerus merasakan keharusan untuk selalu up to date dengan tren yang sedang ramai diperbincangkan, khususnya di Internet. 

Memang FOMO tidak selamanya buruk, KALMers. Namun, perlu diingat bahwa kita tidak harus selalu mengikuti tren. FOMO dalam skala kecil dapat ‘berguna’ sebagai motivasi untuk mencapai apa yang diinginkan. Tetapi kita harus hati-hati ya, KALMers, karena secara umum FOMO memberikan dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak positifnya, baik secara mental maupun sosial. 

Mengubah Kebiasaan FOMO Jadi JOMO

Untuk bisa mengurangi dampak negatif FOMO, kita dapat membiasakan diri untuk JOMO dengan menerapkan beberapa langkah di bawah ini: 

1. Fokus pada panca indera

Dengan memfokuskan panca indera pada sensori di sekitar akan membantu kita untuk terkoneksi dengan apa yang sedang terjadi di sekitar kita. Memperhatikan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita juga dapat membantu kita untuk lebih fokus lho, KALMers. Kamu bisa mencoba teknik grounding untuk melakukan langkah ini.

2. Berinteraksi dengan dunia sekitar

Alih-alih berinteraksi melalui dunia maya, interaksi dengan dunia sekitar dapat membantumu untuk fokus dengan di mana kamu berada. KALMers dapat memulai aktivitas ini dengan jalan-jalan santai atau mengobrol dengan orang lain yang berada di dekatmu. 

3. Kurangi penggunaan media sosial

Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari FOMO adalah dengan tidak membuka media sosial. Pengurangan intensitas ini dapat dilakukan secara bertahap ya, KALMers. Seperti candu, intensitas penggunaan media sosial yang berlebihan bisa menyebabkan kamu sulit melepaskannya, oleh karenanya lakukan secara sedikit demi sedikit.

4. Berhenti multitasking

Fokuslah pada satu kegiatan dalam satu waktu dan hindari melakukan dua aktivitas yang dapat menghambat aktivitas satu sama lain, contohnya makan sambil menonton YouTube.

5. Terapkan mindfulness

Alokasikan waktu yang kamu miliki minimal tiga menit untuk berlatih melakukan meditasi. Hal ini akan membantumu untuk lebih fokus dan menikmati hal yang kamu lakukanKALMers!

Baca juga: Revenge Bedtime Procrastination, Alasan Kita Menunda TidurCara Menentukan Menu Self-care yang Tepat Untukmu

Bagaimana menurutmu, KALMers? Jadi begitu pembahasan mengenai FOMO vs JOMO, ya. Jika KALMers sedang merasakan perasaan-perasaan negatif berkaitan dengan FOMO dan/atau JOMO, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan Kalmselor di Aplikasi KALM yang dapat kamu unduh di sini!

Penulis: Dzulfani S Nisa 

Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya

Sumber: 

Phil, R. (2019, December 31). The Joy of Missing Out. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/digital-world-real-world/201912/the-joy-missing-out 

Aurel, J. G. & Paramita, S. (2021). FoMO and JoMO Phenomenon of Active Millennial Instagram Users in 2020 in Jakarta. Social Science, Education and Humanities Research, 570, 722-729

Winnick, K. (2020, August 17). How to Turn FOMO Into JOMO. Psycom. Retrieved from https://www.psycom.net/fomo-to-jomo 

John, D. (2020, February 7). Why you should embrace the joy of missing out. BBC. Retrieved from https://www.bbc.com/worklife/article/20200207-why-you-should-embrace-the-joy-of-missing-out 

Baca Artikel Lainnya

Bertumbuh Setelah Pulih dari Trauma Menurut Kalmselor Jessica

Peristiwa traumatis memang sebuah pengalaman yang tidak mudah dan sering membuat kita ingin menghapus ingatan tentangnya begitu saja. Tapi menurut Kalmselor Jessica, manusia itu selalu punya kapasi...

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...