Mengadopsi Spirit Doll Berpotensi Gangguan Jiwa?

Description

Jika KALMers rajin membuka media sosial belakangan ini pastinya sudah tidak asing lagi dengan fenomena spirit doll, kan? Beberapa waktu belakangan dunia media sosial dihebohkan dengan sederet public figure yang mengadopsi Boneka Arwah atau spirit doll. Beberapa di antaranya bahkan menganggap boneka tersebut sebagai anaknya dan tidak terima jika bonekanya diperlakukan layaknya benda mati.

Hmm… bagaimana menurutmu, KALMers? Yuk, kita bahas lebih lanjut fenomena spirit doll ini!

Apa itu Spirit Doll?

Melansir CNN Indonesia, dahulunya spirit doll adalah boneka yang digunakan untuk sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal spiritual atau ritual keagamaan seperti doa dan meditasi. Spirit doll ini biasanya berbentuk patung tokoh keagamaan, leluhur, atau dewa dan dewi. Spirit doll ini kemudian diletakkan di altar sebagai objek pengabdian. 

Namun, belakangan orang-orang menjadi tertarik mengadopsi spirit doll yang kemudian diperlakukan layaknya seorang anak. Boneka arwah ini diyakini memiliki kekuatan ‘tertentu’ yang mampu membuat pemiliknya merasakan ketenangan dan kebahagiaan.

Mengapa Orang Mengadopsi Spirit Doll?

Berikut beberapa kemungkinan alasan psikologis seseorang ingin mengadopsi spirit doll:

1. Mengikuti Trend

Tak dapat dipungkiri para public figure nyatanya memang memiliki pengaruh besar dalam memengaruhi masyarakat. Sama halnya dalam konteks viralnya spirit doll ini. Orang menjadi tertarik mengadopsi spirit doll karena ter-influence para public figure yang juga mengadopsi spirit doll, KALMers. Selain itu perasaan FOMO (Fear of Missing Out) atau takut kelewatan ‘trend’ juga bisa berperan. Bukan berdasarkan keinginan sendiri, melainkan mengikuti trend.

2. Rasa Kesepian

Indikasi psikologis seperti kesepian, ketidakpuasan dengan relasi sosial yang ada, keinginan untuk lari dari kenyataan bisa menjadi alasan lainnya. Saat seseorang merasa kesepian, ia membutuhkan sesuatu untuk menghilangkan rasa kesepiannya tersebut. Ketika orang di sekitarnya dirasa tidak cukup bisa memberikan apa yang ia butuhkan, dalam hal ini adalah perasaan ditemani, ia akan mencari media koping lain, misalnya dengan mengadopsi spirit doll ini.

3. Kebutuhan untuk Menyalurkan Kasih Sayang

Orang dewasa, pada tahap perkembangan tertentu akan mengembangkan kebutuhan untuk menyalurkan kasih sayang dan kepedulian. Nah, ketika kebutuhan ini tidak dapat diekspresikan kepada pihak tertentu manapun, ia akan menyalurkannya ke pihak atau objek lain yang dirasa bisa menerima kasih sayang tersebut.

Hal ini bisa terjadi pada orang-orang yang ingin memiliki namun belum dikaruniai anak, ingin menyalurkan kasih sayang pada seorang anak tetapi tidak mau memiliki anak karena dianggap merepotkan, atau orang tua yang anaknya telah meninggal dunia.

4. Proyeksi Diri untuk Healing

Beberapa orang bahkan menggunakan spirit doll sebagai metode untuk healing. Proses healing ini dilakukan dengan membentuk spirit doll menjadi mirip dengan pemiliknya. Kemudian si pemilik akan memperlakukan spirit doll-nya layaknya sedang merawat dirinya sendiri. Proses merawat boneka ini diyakini dapat menyembuhkan luka batin seseorang. Waduh! Bagaimana menurutmu, KALMers?

Berpotensi Gangguan Jiwa?

Berkaitan dengan hal ini, Psikolog Klinis sekaligus Kalmselor KALM, Cut Maghfirah menilai bahwa fenomena spirit doll bisa dianggap wajar atau tidak wajar tergantung kepada masing-masing pemilik. Wajar dalam artian hal tersebut tidak merugikan diri dan orang lain, serta menyadari bahwa boneka hanyalah benda mati yang digunakan untuk menyalurkan afeksi semata. Namun ada kondisi di mana hal ini bisa menjadi tidak wajar, KALMers.

“Wajar atau tidaknya tergantung pada beberapa faktor, ya. Kondisi ini dapat dikatakan tidak wajar jika seseorang tidak bisa lagi membedakan antara kenyataan dan imajinasi; atau dengan kata lain ia meyakini bahwa spirit doll tersebut benar-benar hidup,” jelas Kalmselor Cut Maghfirah.

Apabila seseorang terus meyakini bahwa spirit doll memang benar-benar hidup, dikhawatirkan ke depannya ia dapat mengalami delusi dan halusinasi yang akhirnya berujung pada gangguan kejiwaan. Oleh karena itu seseorang perlu bijak dalam memperlakukan spirit doll dengan sewajarnya dan tetap berusaha menyeimbangkan kualitas relasi sosialnya dengan manusia lain.

Jadi begitu, KALMers. Bagaimana, apakah sudah cukup menjawab rasa penasaranmu? Perlu diingat ya KALMers, alasan-alasan di atas bukanlah alasan yang pasti. Banyak faktor yang bisa memunculkan keinginan untuk mengadopsi boneka arwah ini, yang bisa jadi berbeda pada setiap individu.

Baca juga: Dari FOMO Jadi JOMO, Kamu yang Mana? dan Awas! Inilah Tandanya Jika Kamu Mengalami Decision Fatigue

Mending Konseling

Nah, jika tujuanmu memang ingin mencari ketenangan dan kebahagiaan, lebih disarankan untuk melakukan konseling, ya KALMers. Dengan konseling kamu akan dibantu mencari solusi atas permasalahanmu, bukan membiarkannya menumpuk hingga akhirnya dilampiaskan koping yang tidak efektif.

Kalmselor di Aplikasi KALM (download di sini) aktif setiap hari untuk menemanimu kamu memproses luka yang kamu alami. Pilih Kalmselormu di https://get-kalm.com/id/daftar-konselor/ dan masukkan Kode Kalmselornya untuk mulai konseling.

 

Penulis: Rachma Fitria

Editor: Lukas Limanjaya

Sumber:

BBC News. (2022, January 07). Boneka arwah alias spirit doll: antara kebudayaan impor dan tabrakan dengan agama. BBC News Indonesia: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-59905014

CNN Indonesia. (2022, January 03). Mengenal spirit doll, boneka arwah yang viral. CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220103144439-277-741952/mengenal-spirit-doll-boneka-arwah-yang-viral

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...