Setelah kemarin Kalmselor Ummi sharing masalah regulasi emosi dalam bermain sosial media, kali ini Kalmselor Maya hadir untuk berbagi pengalamannya menangani klien dengan kasus self-injury, KALMers. Kamu tahu belum apa itu self-injury? Simak penjelasan Kalmselor Maya di artikel ini, ya!
Baca juga: Kalmselor Ummi: Alasan Psikologis Banyaknya Hate Comments Media Sosial dan Kalmselor Elis: Ini lho Bahayanya Suka Melakukan Self-Diagnose!
Perhatian! Artikel ini mungkin memuat konten/topik yang membuatmu merasa tidak nyaman. Jika kamu merasa terganggu atau terpicu segeralah berhenti membacanya!
Kalmselor Maya Dwiayuningtiyas merupakan seorang Psikolog Klinis Dewasa lulusan Universitas Padjadjaran, KALMers. Ia telah menjadi Kalmselor di KALM sejak tahun 2019. Selama berpraktik sebagai seorang psikolog, ia sering menangani permasalahan terkait kecemasan, depresi, masalah hubungan interpersonal, dan keluarga. Selain itu, ia juga sering menangani klien dengan permasalahan emosi yang berujung pada self-injury, KALMers.
Self-injury adalah perilaku melukai diri yang dilakukan dengan sengaja namun tanpa keinginan untuk bunuh diri, melainkan sebagai ungkapan dari emosi negatif yang tidak mampu ekspresikan. Menurut Kalmselor Maya, bentuk-bentuk self-injury ini bisa bervariasi mulai dari cutting/menyayat bagian tubuh (biasanyanya tangan), memukul diri, atau bahkan mengonsumsi obat/racun.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang melakukan self-injury, “Bisa karena pengelolaan emosi yang nggak adaptif, atau kurangnya keterampilan dalam menyelesaikan masalah,” penjelasan lebih lanjut dari Kalmselor Maya.
Sedangkan, faktor pemicunya juga beragam, KALMers. Misalnya pengalaman traumatis di masa lalu seperti kekerasan baik fisik, psikologis, maupun seksual. Pengalaman-pengalaman traumatis ini membuat seseorang menjadi kesulitan mengungkapkan apa yang ia rasakan karena perasaan takut, malu, bahkan rendah diri. Alhasil mereka lebih memilih untuk meluapkan emosinya dengan cara melukai diri.
Banyak di antara klien self-injury yang ditangani oleh Kalmselor Maya adalah remaja. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang mengatakan bahwa kebanyakan kasus self-injury memang diderita oleh remaja.
Kalmselor Maya menjelaskan bahwa hal ini bisa dikaitkan dengan kematangan emosi di tahap perkembangan remaja. Seorang remaja memiliki tugas perkembangan mencari jati diri. Mereka dalam masa proses pencarian mengenai ‘siapa diri mereka?’ dan ‘apa yang mereka inginkan dalam hidup?’. Saat ini terjadi, tentu dukungan dari orang terdekat seperti keluarga dan teman sangat dibutuhkan. Nah, ketika dukungan dan penerimaan dari lingkungan tersebut tidak bisa didapatkan tentu akan berdampak pada self-esteem dan regulasi emosi mereka.
“Kebanyakan dari mereka merasa tidak diterima. Saat mereka ingin mengungkapkan kesedihan atau kemarahan yang mereka alami, mereka malah ditolak. Kadang diremehkan atau dibanding-bandingkan: apa yang kamu rasakan itu belum ada apa-apanya, dan sebagainya. Akhirnya karena penolakan tersebut, mereka memilih untuk melampiaskan rasa sedih dan marahnya ke self-injury. Demi mendapatkan rasa lega yang mereka butuhkan,” jelasnya.
Seseorang yang sampai rela melukai dirinya (self-injury) sebenarnya hanya butuh didengar, diperhatikan, dan diterima. Oleh karenanya, hal yang bisa dilakukan orang terdekat pun sebetulnya mudah dan sederhana, yaitu menemani mereka. Jika orang terdekatmu melakukan self-injury, hal terpenting yang bisa kamu lakukan adalah hadir untuk menemaninya. Dengarkan keluh kesah yang ia rasakan tanpa penghakiman. Kamu tidak perlu mencemaskan respon apa yang harus kamu berikan. Cukup dengarkan dan validasi apa yang mereka rasakan. Jika kamu mulai merasa bingung atau kewalahan, jangan ragu untuk merekomendasikan bantuan profesional.
Bagaimana menurutmu, KALMers? Jika kamu membutuhkan penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini, kamu bisa tonton video Kalmselor Maya di channel Youtube KALM, ya! Di video tersebut Kalmselor Maya menjelaskan lebih detail mengenai cara menghadapi perilaku self-injury ini.
Kamu juga bisa berkonsultasi langsung dengan Kalmselor Maya di aplikasi KALM (unduh di sini) dengan menggunakan Kode Kalmselor MAY-928, ya.
Saat ini, bisa curhat dan sharing mengenai keluh kesah pada orang lain rasanya sulit sekali. Saat kita sudah berusaha terbuka, eh yang kita dapatkan justru judgement dari orang yang sudah kita percayai untuk mendengarkan cerita kita. Untuk itu Kalmselor dan KALM ada di sini untuk mendengarkan ceritamu, KALMers.
Penulis: Rachma Fitria
Editor: Lukas Limanjaya