Kalmselor Ade: Pengalaman Menangani Klien dengan Kondisi Depresi

Description

Hai, KALMers! Bagaimana bulan Maret-mu? Meskipun udah akhir bulan, semangat belajar kesehatan mental masih tetap ada, dong! KALM masih punya satu cerita dari Kalmselor of the Month bulan Maret, nih! Yup, sekarang giliran Kalmselor Ade yang akan berbagi pengalaman dan pengetahuannya mengenai depresi. Penasaran dengan ceritanya? Simak sampai selesai, ya!

Baca juga: Kalmselor Maya: Remaja, Pengelolaan Emosi, dan Self-Injury dan Kalmselor Ummi: Alasan Psikologis Banyaknya Hate Comments Media Sosial

Kenalan dengan Kalmselor Ade

Kalmselor Ade Meilasari adalah seorang Psikolog Klinis Dewasa dengan bidang keahlian gangguan kecemasan, mood dan emosi, depresi, masalah dengan keluarga, hingga hubungan interpersonal. Selain itu ia juga mengaku sangat berminat pada bidang Psikologi Positif, KALMers! Buat yang belum tahu, Psikologi Positif adalah salah satu cabang ilmu dalam psikologi yang berfokus pada kekuatan dan emosi-emosi positif dalam diri untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Kalmselor Ade mengaku bahwa gangguan depresi, kecemasan, dan self-harm merupakan beberapa permasalahan yang paling sering ia tangani selama berpraktik menjadi psikolog. Menurutnya permasalahan tersebut, terutama depresi, awalnya muncul akibat stres yang tidak tertangani. Alhasil lambat laun stres tersebut berkembang menjadi masalah yang lebih serius. Wah! Perlu diwaspadai ya, KALMers!

Depresi itu…

Depresi merupakan gangguan suasana hati yang ditandai dengan perubahan mood/suasana hati, tingkat aktivitas, maupun konsep diri yang menurun dan menjadi negatif. Penderita depresi biasanya juga akan mengembangkan pikiran dan keinginan untuk menghukum diri. Perubahan-perubahan ini jika terus berkembang mampu memunculkan keinginan untuk mengakhiri hidup karena menganggap bahwa hidupnya sudah tidak berarti.

Seperti yang telah disebutkan di atas, menurut Kalmselor Ade masalah depresi sebenarnya bisa muncul dari stres sehari-hari yang tidak tertangani. Stres berkepanjangan, ditambah dengan stigma mengenai gangguan mental yang masih berkembang di masyarakat menambah kompleksitas masalah ini. Mereka yang membutuhkan bantuan menjadi enggan karena takut akan menerima stigma negatif. Alhasil, semakin banyak orang yang menyimpan perasaan stres hingga depresinya sendiri.

Emang Benar Genetik Berpengaruh?

Gangguan depresi dipengaruhi oleh banyak faktor, KALMers. Salah satunya, genetik. Menurut penjelasan Kalmselor Ade, genetik bisa menjadi salah satu faktor risiko seseorang mengembangkan gangguan depresi, namun bukan satu-satunya. Faktor lain yang bisa berpengaruh misalnya perubahan serotonin di dalam otak, pengalaman tidak menyenangkan dalam hidup, hingga lingkungan yang stressful.

“Jadi tidak mungkin disebabkan oleh satu hal saja, tapi interaksi antara berbagai faktor yang saling terkait,” simpul Kalmselor Ade.

Pengalaman Kalmselor Ade Menangani Klien Depresi

Kalmselor Ade mengaku sering menggunakan teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dalam menangani kasus depresi, KALMers. Menurutnya teknik ini bisa memberikan pemahaman kepada klien mengenai mekanisme munculnya pikiran-pikiran negatif. Dengan memahami hal tersebut, klien dapat melakukan strategi pencegahan supaya pikiran-pikiran negatif tersebut tidak menguasai dirinya. Teknik ini juga bisa membantu klien menggali lebih dalam potensi-potensi yang ada dalam diri, alih-alih berfokus pada hal-hal negatif dan kekurangan diri. Wah, menarik ya!

Buat KALMers yang ingin berkonsultasi dengan Kalmselor Ade, jangan lupa untuk menggunakan kode kalmselor ADE-420, ya supaya bisa langsung terhubungnya di aplikasi KALM (unduh di sini)!

Pesan untuk KALMers

Self-awareness itu penting sekali. Dengan self-awareness kita bisa memahami kondisi diri, dan tahu kapan kita butuh pertolongan. Jika kamu sedang merasa tidak baik-baik saja, sadari itu dan ekspresikan apa yang kamu rasakan. Kamu tidak perlu ragu untuk menghubungi profesional jika gejala-gejala yang kamu rasakan sudah sulit kamu hadapi sendiri.

 

Penulis: Rachma Fitria

Editor: Lukas Limanjaya

Baca Artikel Lainnya

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...

Sedang Jadi Trend, Kapan Sebaiknya Mengajarkan Anak Dua Bahasa?

Mengajarkan anak dua bahasa atau lebih rasanya saat ini semakin populer dalam dunia parenting, ya KALM Parents. Banyak orangtua ingin anak-anak mereka tumbuh dengan kemampuan berbahasa lebih dari s...