KALMers, puasa diidentikkan dengan rasa lapar dan kontrol diri. Tapi sadar nggak sih kalau sebenarnya kedua hal tersebut saling bertolak belakang? Maksudnya, jika kamu sedang merasa lapar kemungkinan besar kemampuanmu untuk mengontrol diri (dan emosi, dalam hal ini) pun akan menurun. Itulah mengapa mungkin kita justru bertindak lebih emosional dan mudah merasa marah di bulan Ramadan daripada di hari-hari biasa.
Hmm.. iya juga, ya. Lalu mengapa sih hal ini bisa terjadi dan bagaimana solusinya? Simak artikel ini sampai selesai, KALMers!
Tantangan terbesar di bulan Ramadan adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dan menjaga ketenangan. Tantangan ini bahkan lebih sulit dari sekadar menahan lapar dan haus. Kok bisa, sih? Memangnya apa yang terjadi pada tubuh?
Setelah makan, tubuh kita akan mengolah makanan yang dimakan menjadi asam amino, lemak, dan gula sederhana. Nah, ketika cadangan makanan yang semestinya diolah ini habis, tubuh akan mengeluarkan peringatan. Peringatan ini mengarah pada reaksi fisiologis tubuh ketika membutuhkan makanan sehingga muncul rasa lapar.
Selama berpuasa, tubuh diminta menahan diri untuk tidak makan meskipun sinyal ‘lapar’ sudah berkali-kali dikeluarkan. Akhirnya tubuh melepaskan sejumlah bahan kimia untuk melindungi diri dari efek negatif yang terkait dengan tertundanya waktu makan. Bahan kimia ini kemudian memicu perasaan marah yang terkait dengan menunda makan.
Selain itu ada juga beberapa penyebab spesifik lainnya yang memunculkan emosi tidak karuan selama puasa ini, KALMers, di antaranya:
Kecanduan minuman berkafein seperti teh, kopi, dan minuman bersoda membuat orang yang berpuasa mudah merasa gelisah, cemas, dan menurunnya produktivitas akibat rendahnya kadar kafein dalam tubuhnya.
Baca juga: Caffeine Withdrawal Syndrome: Saat Candu Kopi Sulit Dihentikan
Di bulan Ramadan tak jarang orang memilih untuk begadang di malam hari untuk menunggu waktu sahur. Katanya, sih supaya nggak telat bangun untuk sahur. Padahal sebenarnya ini merupakan perilaku yang terbentuk dari kebiasaan menunda tidur (Revenge Bedtime Procrastination).
Baca juga: Revenge Bedtime Procrastination, Alasan Kita Menunda Tidur
Pola makan yang berubah secara drastis menyebabkan gangguan mood serta gangguan kesehatan mental. Peningkatan keton (bahan kimia yang digunakan untuk melindungi otak dari kekurangan glukosa) menyebabkan peningkatan sekresi keton. Hal inilah yang menyebabkan perubahan mood yang signifikan, terutama di awal hari-hari puasa.
Setelah mengetahui beberapa penyebabnya, berikut adalah tips yang bisa kamu lakukan untuk mengendalikan emosimu selama berpuasa:
Jadi bagaimana, KALMers? Semoga tips di atas dapat membantu kamu, ya. Jika kamu masih merasa kesulitan memahami dan meregulasi emosi, kamu bisa cek artikel KALM sebelumnya yang membahas mengenai Wheel of Emotions. Di artikel tersebut kamu akan belajar memahami setiap emosi yang kamu rasakan sehingga dapat memilih tindakan yang tepat untuk menyikapinya.
Kamu juga bisa konsultasikan permasalahanmu pada para Kalmselor di aplikasi KALM. Dengan fitur Ongoing Chat kamu bisa menghubungi Kalmselor kapan pun dan di mana pun kamu butuh. Selanjutnya Kalmselor akan merespons chat kamu minimal 2x dalam 24 jam. Cek daftar Kalmselor di sini untuk mulai konselingmu, ya!
Penulis: Rachma Fitria
Editor: Lukas Limanjaya
Sumber:
ArabiaWheater. (2022, April 03). Mood swings during fasting, their causes and treatments. ArabiaWheater: https://www.arabiaweather.com/en/content/mood-swings-during-fasting-their-causes-and-treatments