“Udah nggak bisa senang atau sedih lagi, kayaknya sekarang aku mati rasa deh…” KALMers mungkin merasa tidak asing dengan pernyataan itu. Akhir-akhir ini, orang sering membahas tentang kesulitan dalam berperasaan, entah dalam percakapan sehari-hari, di media sosial, atau bahkan jadi topik tersendiri di podcast terkenal. Ternyata, mati rasa yang dialami banyak orang ini ada istilah psikologisnya, lho, KALMers! Yuk, kita bahas lebih lanjut…
Mati rasa emosional atau emotional numbness mengindikasikan ketidakhadiran perasaan dalam keseharian seseorang. Keadaan ini membuat seseorang sulit untuk merasakan, mengenali, dan mengekspresikan emosinya. Emotional numbness juga sering digambarkan sebagai rasa putus asa dan kehampaan. Orang-orang yang mengalami mati rasa emosional sering kali merasa terkucilkan, lebih sering menyendiri, dan merasa kehilangan harapan untuk menjalankan hidup. Beberapa orang menggambarkan mati rasa emosional sebagai perasaan tidak fokus atau mengambang.
Emotional numbness bisa berbeda-beda bentuknya, KALMers. Sama halnya dengan mati rasa secara fisik, ada orang yang merasakan mati rasa pada bagian tubuh tertentu saja. Kebanyakan kejadian mati rasa juga terjadi dalam kurun waktu yang sementara.
Namun, meskipun berbeda-beda berbagai penelitian di Eropa mengemukakan bahwa orang yang mengalami emotional numbness mungkin merasakan berbagai gejala seperti:
Emotional numbness mungkin terjadi karena adanya luka, baik luka secara fisik maupun luka emosional. Sebagai upaya untuk mempertahankan perlindungan diri, tubuh kita bisa mematikan perasaan terkait situasi yang berbahaya. Jika berjalan dalam waktu yang singkat, KALMers mungkin masih merasakan rasa lega karena mati rasa ini justru melindungimu dari ekspresi emosi intens. Namun, ketika “perisai” pertahanan emosi ini melindungi secara berlebihan, kamu justru mendapatkan banyak kerugian, lho.
Beberapa penyebab di balik terjadinya mati rasa secara emosional yaitu:
Beberapa peristiwa ekstrim yang terjadi seperti dikhianati oleh orang terdekat, meninggalnya anggota keluarga, kecelakaan lalu lintas, bullying, bencana alam, pelecehan seksual, dan sebagainya, bisa membawa dampak yang besar bagimu. Rasa terkejut yang dialami tubuh dapat memicu respon “freeze” sehingga kamu kesulitan untuk merespon kejadian setelahnya.
Berbagai kondisi kesehatan mental mengindikasikan kondisi emosi yang tidak stabil. Beberapa gangguan yang berkaitan dengan rasa hampa yaitu gangguan kecemasan, gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Disorder), depresi, dan sebagainya.
Penyalahgunaan obat-obatan juga berdampak terhadap keberfungsian otak, termasuk performa kerja kesehatan mental. Sistem pada otak yang bekerja untuk melepas hormon-hormon yang berhubungan dengan rasa senang dan stres menjadi terganggu. Hal ini menyebabkan orang yang mengonsumsi alkohol dan obat-obatan lebih sulit untuk merasakan kesenangan tanpa zat tersebut. Penggunaan zat juga mengurangi kemampuan dalam mengenali emosinya sendiri dan minat dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memulihkan kondisi mati rasa ke kondisi yang stabil, hal pertama yang perlu dilakukan KALMers yaitu menyadari dan mengakui kondisi yang sedang dialami. Kamu bisa mencari dukungan dari orang-orang di sekitarmu seperti teman dekat, keluarga, mentor, atau orang yang kamu percaya. Berbagi cerita dengan orang lain dapat membantu kamu mengenali emosi yang dirasakan dan merasa lebih lega.
KALMers juga bisa melakukan teknik grounding untuk membantu memfokuskan perhatian terhadap kejadian yang ada saat ini dan melatih emosi yang kamu rasakan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu:
Baca juga: Emosi Itu Sehat, Lho! dan Hobi Curhat di Media Sosial, Hati-Hati Bahaya Oversharing!
Selain beberapa cara yang dapat dilakukan sendiri, jika KALMers merasa kesulitan dalam mengelola kehampaan ini, jangan ragu untuk menghubungi bantuan profesional. Beberapa bentuk psikoterapi juga diperlukan untuk membantumu mengekspresikan emosi dan kembali kepada kondisi yang stabil. KALMers bisa menghubungi Kalmselor melalui aplikasi KALM (unduh di sini).
Berikut beberapa rekomendasi Kalmselor buat kamu:
Penulis: Tanita
Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya
Sumber:
Lindberg, S. (2021). What is emotional numbness? Very Well Mind: https://www.verywellmind.com/emotional-numbing-symptoms-2797372
Roberts, T. (2019). Feeling nothing: Numbness and emotional absence. European Journal of Philosophy, 27(1), 187-198.