Seberapa sering kamu merasa cemas, KALMers? Pernahkah kamu berpikir bahwa ternyata ada, lho tipe kepribadian tertentu yang memiliki kecenderungan mudah cemas? Nah, di artikel kali ini Kalmselor of the Month Ina Luthfie mau membahas tipe kepribadian dan hubungannya dengan kecemasan. Penasaran? Baca sampai selesai, ya!
Baca juga: Kalmselor Nerissa: Mengulik Pengalaman Masa Kecil yang Menyakitkan dan Kalmselor Dara: Tips Menjalani Long Distance Marriage (LDM)
Kalmselor Ina Luthfie adalah seorang konselor profesional yang sudah memiliki pengalaman praktik lebih dari 8 tahun, KALMers! Ia memutuskan untuk bergabung menjadi Kalmselor di KALM sejak tahun 2019. Ia mengaku senang karena dengan berpraktik di aplikasi KALM ia bisa menangani klien dari mana pun di seluruh Indonesia.
“Senang sekali karena beberapa klien di KALM bilang konseling melalui aplikasi ini sangat membantu mengingat mereka kesulitan reach out profesional di daerahnya, atau terlalu malu untuk ke profesional jadi bisa melalui aplikasi ini,” tanggapan Kalmselor Ina. Oh iya, Kalmselor Ina ini lulusan Freie Universität Berlin Jerman, lho!
Selama berpraktik menjadi konselor, Kalmselor ini sering menangani masalah stres, masalah mood, gangguan kecemasan, masalah hubungan romantis dan orang tua-anak, serta karir dan pendidikan.
Kalmselor Ina menjelaskan bahwa kecemasan sebetulnya adalah reaksi tubuh yang wajar ketika seseorang sedang merasa tidak aman. Manusia pada umumnya butuh perasaan aman jadi ketika kita dihadapkan pada situasi yang mengancam rasa aman tersebut, tubuh akan membunyikan ‘alarm’ sehingga ada respon dari tubuh untuk ‘fight, flight or freeze’ secara otomatis.
Nah, namun kecemasan bisa menjadi tidak wajar dan bisa mengarah pada gangguan jika intensitasnya sudah semakin parah, KALMers. Beberapa kriteria kecemasan yang sudah tidak wajar menurut Kalmselor Ina adalah:
Nah, selanjutnya Kalmselor Ina juga menjelaskan beberapa tipe kepribadian yang rentan mengalami kecemasan, nih KALMers. Apa saja?
Para overthinker punya kebiasaan memikirkan segala hal secara berlebihan. Kebiasaan ini cenderung mengarah pada kekhawatiran yang tidak rasional, KALMers. Nah, makanya penting banget buat para overthinker untuk menyadari bahwa kekhawatirannya tersebut sudah tidak rasional dan mengembalikan rasionalitas kita.
Seorang perfeksionis ingin semua hal berjalan secara sempurna tanpa celah. Nah, obsesi akan kesempurnaan ini yang menjadi pemicu kecemasannya. Ia akan mudah merasa khawatir jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Mirip dengan si perfeksionis, seseorang yang tidak fleksibel cenderung kesulitan beradaptasi dengan situasi yang di luar ekspektasi. Tipikal kepribadian ini cenderung selalu ingin berada di zona nyamannya, alhasil mudah cemas deh kalau dihadapkan pada situasi yang menantang.
Membuat rencana memang baik, KALMers, namun kita juga harus memahami bahwa tidak semua hal bisa berada dalam kendali kita, kan? Apalagi jika itu berhubungan dengan orang lain. Kalau kita terlalu mengharapkan orang lain untuk berperilaku sesuai mau kita yang ada hanya cemas dan kecewa.
Seseorang yang merasa insecure atau tidak aman akan mudah merasa cemas akan penilaian dan pandangan orang lain terhadap dirinya. Mereka ragu dengan kemampuannya karena takut di-judge oleh orang lain.
Namun, jika kecemasanmu mulai mengganggu aktivitasmu sehari-hari jangan ragu untuk berkonsultasi dengan Kalmselor Ina di aplikasi KALM (unduh di sini), ya KALMers! Kamu bisa menggunakan kode INA-374 untuk langsung terhubung dengan Kalmselor Ina Luthfie!
Untuk para KALMers yang mudah cemas, yang terpenting adalah sadari dan terima bahwa rasa itu ada. Coba cari tahu sumber kecemasanmu supaya lebih mudah untuk mengetahui bagaimana cara mengatasinya. Fokus pada apa yang bisa kamu lakukan dan pelan-pelan lepaskan hal-hal yang tidak bisa kamu kontrol. Jangan ragu untuk cari bantuan jika kamu merasa terlalu sulit untuk kamu lalui sendiri, ya. Selalu prioritaskan kesehatanmu, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
Penulis: Rachma Fitria
Editor: Lukas Limanjaya