Kalmselor Riska: Banyak Teman tapi Tetap Kesepian?

Description

KALMers, siapa yang sering merasa kesepian? Menurutmu kenapa, sih rasa kesepian itu bisa muncul? Kamu mungkin juga sering mendengar orang-orang yang memiliki keluarga utuh, punya banyak teman, pasangan juga ada tapi tetap merasa kesepian. Bagaimana bisa?

Nah, di artikel kali ini Kalmselor Riska akan mengulik lebih dalam mengenai masalah ini, KALMers. Disimak, ya!

Siapa Sih Kalmselor Riska?

Kalmselor Riska Rahmananda adalah seorang Psikolog Klinis lulusan Universitas Gadjah Mada, KALMers. Ia sudah berpengalaman menjadi psikolog selama kurang lebih 2 tahun ini. Selama menjadi seorang psikolog, permasalahan yang sering ditangani Kalmselor Riska adalah masalah gangguan kecemasan, stres, depresi, hingga masalah pertemanan dan hubungan romantis.

“Sejak menjadi psikolog, mendengar, mengetahui, dan ikut memaknai cerita banyak orang membuat saya ikut terus bertumbuh menjadi manusia seutuhnya,” cerita Kalmselor Riska. Menurutnya perasaan kesepian, merasa tidak berharga, dan kecemasan juga membuatnya merasa lebih manusiawi.

Asal Mula Rasa Kesepian

Menjawab pertanyaan di awal tadi, mengapa orang bisa merasa kesepian meskipun memiliki banyak teman atau keluarga, Kalmselor Riska menjelaskan, “Kesepian atau loneliness itu erat kaitannya dengan keterhubungan diri kita dengan orang lain, misalnya orang tua, teman, pasangan. Nah, rasa sepi muncul akibat tidak memiliki hubungan sosial yang memuaskan atau tidak sesuai ekspektasi.”

Jadi, meskipun kita memiliki banyak teman bukan berarti kita bisa lepas dari rasa kesepian, KALMers. Rasa sepi akan tetap bisa muncul ketika hubungan kita dengan orang-orang terdekat kurang berkualitas. Kesepian bukanlah masalah ketidakhadiran orang terdekat, namun ketidakadaan koneksi antara satu dengan lainnya. Itulah kenapa ada lirik lagu, “Di tengah keramaian pun aku tetap merasa sepi,” Ternyata hal itu benar adanya, lho! Siapa, nih yang merasa relate dengan lirik tersebut?

Kesepian pun Ada Jenisnya!

Menurut Kalmselor Riska, kesepian bisa dikategorikan menjadi 3 jenis, lho KALMers!

1. Kesepian Eksistensial

Adalah rasa sepi yang membuat seseorang mempertanyakan eksistensinya. Ia merasa bahwa keberadaanya di dunia sendiri tidak ada artinya lagi. Hal ini bisa dikarenakan perasaan tidak berguna untuk orang lain. Tipe ini biasanya dapat diatasi dengan menemukan makna hidup dan tujuan.

2. Kesepian Emosional

Muncul ketika seseorang merasa terasingkan dan terpisahkan dari org lain. Contoh pemicu perasaan sepi emosional misalnya, teman-teman yang lain sudah punya pasangan tetapi kita belum, merasa tertinggal dari orang lain, merasa tidak ada yang bisa dipercaya dan diajak berbagi, atau kematian orang tercinta.

3. Kesepian Sosial

Adalah perasaan tidak terhubung dalam kelompok sosial yang lebih besar, misalnya tidak memiliki komunitas yang mendukung, sedang berada di acara reuni tetapi tidak ada yang mengajak bicara, atau ditinggalkan dan tidak tergabung dalam grup rekan kerja.

Tips Atasi Rasa Sepi dari Kalmselor Riska

Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi perasaan kesepian, KALMers:

  • Tetap terhubung dengan sekitar: Berusaha reconnect/reachout teman lama atau kenalan baru dan cari hubungan yang bermakna dan long lasting.
  • Kenali diri dengan gali ekspektasi diri dalam suatu hubungan dan kendala dalam mencapai ekspektasi tersebut.
  • Self-improvement: Selesaikan masalah yang belum selesai akarnya, misalnya belum bisa memaafkan seseorang, dll.

“Takutnya mau mulai punya relasi baru eh ternyata kita masih punya trust isue dari masa lalu. Itu akan menjadi masalah di masa depan yang juga membuat kita semakin sulit mengatasi rasa kesepian yang ada,” tutup Kalmselor Riska.

Jika kamu merasa butuh bantuan untuk mengatasi rasa sepimu, jangan sungkan untuk menghubungi Kalmselor Riska dengan menggunakan kode kalmselor RIS-887 di aplikasi KALM (unduh di sini), ya!

Baca juga: Kalmselor Ina: Tipe Kepribadian dan Kecemasan? dan Kalmselor Nerissa: Mengulik Pengalaman Masa Kecil yang Menyakitkan

Pesan buat KALMers

Merasa kesepian adalah hal yang wajar sekali untuk dirasakan, siapa pun dapat merasakannya. Untuk kalmers usia produktif, terus kenali diri, sadari proses demi proses, dengan begitu kita akan tetap terus tumbuh dan belajar mengembangkan diri kita. Kamu tidak sendiri. Bila perlu cerita ada KALM yang siap membantu.

 

Penulis: Rachma Fitria

Editor: Lukas Limanjaya

Baca Artikel Lainnya

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...

Sedang Jadi Trend, Kapan Sebaiknya Mengajarkan Anak Dua Bahasa?

Mengajarkan anak dua bahasa atau lebih rasanya saat ini semakin populer dalam dunia parenting, ya KALM Parents. Banyak orangtua ingin anak-anak mereka tumbuh dengan kemampuan berbahasa lebih dari s...