Anxiety dan Depresi Ternyata Saling Terkait? Ini Penjelasannya!

Description

KALMers, pernah nggak sih kamu merasa cemas dan khawatir berlebihan sampai mengganggu aktivitasmu sehari-hari? Atau sedih banget sampai merasa nggak ada harapan lagi di hidupmu? Atau mungkin bahkan mengalami keduanya secara bersamaan? Kalau iya, kamu bukan satu-satunya yang mengalami itu, KALMers.

Anxiety dan depresi adalah dua masalah kesehatan mental yang berbeda, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa keduanya bisa muncul bersamaan, lho! Kok bisa dan bagaimana cara mengatasinya? Simak artikel ini, ya!

Sebelumnya, Apa sih Anxiety itu?

Anxiety atau kecemasan pada dasarnya adalah respons normal tubuh ketika kita menghadapi hal-hal tak terduga dan berbahaya, KALMers. Ini adalah cara tubuh untuk melindungi kita dari ancaman. Namun, kecemasan bisa menjadi semakin parah dan dianggap sebagai gangguan ketika berlangsung secara terus-menerus hingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan akan merasakan kekhawatiran dan ketakutan intens yang tidak kunjung hilang dan justru bertambah parah. Gejala kecemasan dapat ditandai dengan sulit tidur, pusing, perasaan gugup, khawatir, panik, takut, dan gelisah, detak jantung cepat atau tidak teratur, hingga kesulitan berkonsentrasi.

Baca juga: Kamu Harus Tahu: Tentang Gangguan Kecemasan

Apa itu Depresi?

Berbeda dengan anxiety, depresi merupakan gangguan suasana hati yang ditandai dengan perubahan suasana hati, tingkat aktivitas, maupun konsep diri yang menurun dan menjadi negatif. Penderita depresi biasanya akan mengembangkan pikiran dan keinginan untuk menghukum diri. Perubahan-perubahan ini jika terus berkembang mampu memunculkan keinginan untuk mengakhiri hidup karena menganggap bahwa hidupnya sudah tidak berarti.

Baca juga: Kalmselor Ade: Pengalaman Menangani Klien dengan Kondisi Depresi dan Sedih atau Depresi Klinis, Apa Bedanya?

Bagaimana Hubungan antara Anxiety dan Depresi?

Menurut Sally R. Connolly, seorang pekerja sosial bersertifikat dan terapis di Amerika Serikat, anxiety dan depresi ibarat sebuah siklus. Ketika kamu merasa cemas, kamu cenderung memiliki kekhawatiran mendalam tentang berbagai masalah. Sebagai hasilnya kamu akan merasa nggak cukup baik dalam hal itu. Akhirnya, kamu merasa gagal dan muncullah perasaan depresi dan tak berdaya. 

Berbagai penelitian telah menyebutkan bahwa seseorang berpeluang lebih besar terkena depresi ketika ia memiliki anxiety (gangguan kecemasan) sebelumnya, KALMers. Selain itu, hampir setengah dari orang yang mengalami depresi mayor diketahui juga menderita kecemasan yang parah dan terus-menerus, lho!

Penyebabnya pun Sama!

Selain dilihat sebagai siklus, kedua gangguan ini juga bisa saling terkait karena memiliki penyebab yang sama. Jurnal penelitian yang dipublikasi di American Journal of Psychiatry (2020) menyebutkan bahwa kedua gangguan tersebut memiliki penyebab yang tumpang tindih. Penyebab tersebut meliputi faktor genetika yang berperan sebanyak 40% dan faktor lingkungan yang berperan sebanyak 60% dalam meningkatkan risiko anxiety dan depresi. Wah, gimana menurutmu, KALMers?

Mungkinkah Kamu Merasakan Keduanya?

Berikut adalah beberapa simptom atau gejala yang mungkin kamu rasakan jika kamu memiliki anxiety dan depresi secara bersamaan:

  • Ketakutan yang nggak masuk akal yang sulit dihilangkan,
  • Merasakan gejala fisik seperti kelelahan, sakit kepala, detak jantung cepat, sesak napas, atau sakit perut,
  • Kesulitan untuk tidur atau justru tidur terlalu lama,
  • Perubahan pola makan dari biasanya,
  • Sulit konsentrasi dan membuat keputusan,
  • Perasaan sedih atau tidak berharga yang terus-menerus muncul,
  • Kehilangan minat,
  • Merasakan serangan panik (panic attacks) lebih dari sekali dalam beberapa bulan.

Ingat ya, KALMers gejala-gejala di atas tidak untuk digunakan untuk mendiagnosis diri. Jika kamu merasakan beberapa dari gejala di atas, segera konsultasikan pada profesional kesehatan mental.

Apa yang Bisa Dilakukan?

KALMers, jika kamu merasa mengalami apa yang telah dijelaskan di atas KALM dan Maybelline ingin mengingatkanmu bahwa kamu tidak sendiri. Jangan ragu untuk melakukan konsultasi bersama Kalmselor di aplikasi KALM (unduh di sini), ya!

Dalam rangka mendukung kesadaran kesehatan mental di Indonesia, Maybelline bersama KALM dan Rahasia Gadis bekerja sama menciptakan kampanye BRAVE TOGETHER. Melalui kampanye ini kamu bisa mendapatkan konseling secara gratis bersama Kalmselor di aplikasi KALM dengan menggunakan kode voucher BRAVE-33-33-33-33. Kamu bisa cek di sini: Tutorial Gratis Konseling di Aplikasi KALM Oleh Maybelline Brave Together untuk mengetahui cara menggunakan kode vouchernya, ya!

Ketahuilah KALMers, jika kamu perlu cerita KALM ada di sini untuk kamu.

 

Penulis: Rachma Fitria

Sumber:

Rodriguez, D. (2020, September 29). How to Cope With Anxiety and Depression. Everyday Health. Retrieved from: https://www.everydayhealth.com/anxiety/anxiety-and-depression.aspx 

Sawchuk, C. N. (2017, June 02). Depression and Anxiety: Can I Have Both? Mayo Clinic. Retrieved from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/expert-answers/depression-and-anxiety/faq-20057989 

Tjornehoj, T. (n.d.) The Relationship Between Anxiety and Depression. Hartgrove Hospital. Retrieved from: https://www.hartgrovehospital.com/relationship-anxiety-depression/ 

Baca Artikel Lainnya

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...

Sedang Jadi Trend, Kapan Sebaiknya Mengajarkan Anak Dua Bahasa?

Mengajarkan anak dua bahasa atau lebih rasanya saat ini semakin populer dalam dunia parenting, ya KALM Parents. Banyak orangtua ingin anak-anak mereka tumbuh dengan kemampuan berbahasa lebih dari s...