Kalmselor Puspita Sari: Ketika Suicidal Thought Muncul

Description

Hai, KALMers! Artikel Kalmselor of the Month kembali lagi. Kali ini saatnya Kalmselor Puspita Sari yang akan berbagi pengalaman dan pengetahuannya terkait topik kesehatan mental, nih!
Sebelum ke topik pembahasan, yuk kenalan dulu dengan Kalmselor Puspita Sari!

Kalmselor Puspita Sari

Kalmselor Puspita Sari adalah Psikolog Klinis Dewasa dan Remaja yang sudah menjadi Kalmselor di KALM sejak satu tahun yang lalu, KALMers. Selama berpraktik menjadi psikolog, Kalmselor Ita sering menangani berbagai permasalahan terkait kecemasan, masalah emosi, hubungan, dan trauma.
Nah, pada kesempatan kali ini Kalmselor Ita ingin berbagi ilmu dan wawasan terkait pikiran bunuh diri, KALMers. Gimana penjelasannya? Simak artikel ini sampai selesai, ya!


Trigger Warning: Artikel ini akan membahas topik mengenai pikiran bunuh diri. Jika topik ini membuatmu merasa tidak nyaman atau terpicu (triggered), kamu bisa berhenti membacanya!


Apa itu Suicidal Thought?
Suicidal thought atau dalam bahasa Indonesia berarti pikiran bunuh diri. Pikiran ini biasanya muncul ketika seseorang merasa bahwa hidupnya sudah tidak berarti dan tidak sanggup lagi menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam hidupnya. Akhirnya, pikiran untuk mengakhiri hidup pun muncul. 


Pemicu Munculnya Suicidal Thought?
Berdasarkan pengalaman menangani kliennya, Kalmselor Puspita menjelaskan bahwa biasanya pemikiran ini muncul karena klien sudah merasa bahwa ia tidak lagi mampu menyelesaikan masalah yang ada sehingga menilai perilaku bunuh diri adalah jalan terbaik. Tingginya tingkat stres, situasi yang menekan, dan kurangnya dukungan sosial turut menjadi pemicu seseorang bisa memiliki suicidal thought.
Biasanya seseorang dengan riwayat depresi rentan untuk memiliki suicidal thought. Begitu pula dengan mereka yang memiliki gangguan perubahan mood secara drastis. Ketika fase depresi muncul, individu sangat rentan memiliki suicidal thought karena mood negatif yang dominan di dalam diri. Faktor genetik seperti riwayat keluarga yang pernah melakukan tindakan bunuh diri juga berpengaruh pada risiko suicidal thought.


Gejala yang Biasanya Ditunjukkan
Menurut Kalmselor Puspita Sari berikut beberapa gejala yang terlihat pada seseorang yang memiliki kecenderungan pikiran bunuh diri:

  • Memiliki perasaan putus asa,
  • Memiliki kecemasan tinggi disertai mood yang berubah-ubah,
  • Sering mengisolasi diri sendiri,
  • Sering berbicara tentang penyesalan dan topik-topik terkait tindakan bunuh diri

Apa yang Bisa Dilakukan?
Nah, lalu apa yang bisa dilakukan ketika pikiran-pikiran tersebut muncul? Kamu bisa coba lakukan ini untuk mendistraksi pikiran berbahaya tersebut ya, KALMers.

  1. Pertama dan utama, jauhkan dirimu dari benda-benda tajam yang bisa melukaimu.
  2. Sering-sering berinteraksi dengan orang sekitar, jangan sampai menghabiskan waktu lebih banyak seorang diri karena akan berpotensi untuk melaksanakan tindakan tersebut.
  3. Cari tahu apa yang menyebabkan rasa sakit/sumber masalah dalam hidup, apabila itu bersumber dari seseorang yang toxic maka sebisa mungkin menjauhlah dari orang-orang tersebut.
  4. Sering melatih self-talk ke diri dengan kalimat-kalimat positif seperti, “Aku pasti bisa melewati ini.” atau “Hidupku masih jauh lebih berharga dibandingkan masalah yang kuhadapi saat ini.”
  5. Buat list prestasi yang sudah kamu capai agar kamu tidak merasa bahwa dirinya useless/hopeless.

Namun, apabila cara-cara tersebut masih tidak mampu mengatasi suicidal thought yang kamu miliki maka tandanya kamu harus mulai meminta bantuan psikolog/psikiater untuk membantumu, ya.

Saat ini KALM tidak memiliki layanan hotline pencegahan bunuh diri, jika kamu sedang berada dalam situasi krisis, Kemenkes merekomendasikan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.


Jika Orang di Sekitarmu Mengalami Suicidal Thought
Tentunya jika kita melihat orang sekitar memiliki tanda-tanda suicidal thought, maka sebisa mungkin kita berusaha “hadir” untuk mereka. Beri tanda bahwa mereka tidak sedang berjuang seorang diri melainkan punya tempat untuk bercerita. Tapi ingat bahwa apa yang terjadi pada orang terdekatmu bukanlah tanggung jawabmu, ya KALMers. Jika kamu merasa kewalahan menghadapinya sendiri kamu bisa merekomendasikan mereka untuk berkonsultasi dengan profesional.


KALM hadir dengan layanan Chat Konseling dan Video Konseling yang bisa kamu akses kapan pun dan di mana pun. Download aplikasi KALM di App Store atau Google Playstore (klik di sini) untuk mendapatkan akses ke psikolog dan konselor profesional.
Saat ini KALM lagi ada diskon konseling untuk setiap pembelian voucher konseling-mu melalui Shopee. Kamu bisa banget langsung aja ke Shopee untuk beli Konseling dengan harga diskon dan hemat sampai dengan Rp 75.000!

Pesan Buat KALMers
“Jika kamu sedang mencari pertanda untuk terus berjuang, maka ini adalah salah satunya. Percayalah bahwa kelak di kemudian hari, kamu akan merasa lebih kuat dan bangga atas apa yang telah kamu lalui di masa lalu.”

 

Penulis: Rachma Fitria

Baca Artikel Lainnya

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...

Sedang Jadi Trend, Kapan Sebaiknya Mengajarkan Anak Dua Bahasa?

Mengajarkan anak dua bahasa atau lebih rasanya saat ini semakin populer dalam dunia parenting, ya KALM Parents. Banyak orangtua ingin anak-anak mereka tumbuh dengan kemampuan berbahasa lebih dari s...