“Dirasa-rasa kok toxic ya hubunganku ini? Tapi nggak juga, sih… Ada momen bahagianya juga, kok.”
KALMers tentunya nggak asing lagi dengan istilah “toxic relationship” yang kian sering dibicarakan akhir-akhir ini. Hubungan yang tidak sehat ini seolah menjadi racun bagi orang yang terlibat di dalamnya. Akibatnya, malah merasa kelelahan dan terus dirugikan selama menjalin hubungan ini.
Nah, kali ini Kalmselor Angellia Lestari sebagai Kalmselor of the Month untuk bulan Agustus akan membahas tentang hubungan yang tidak sehat, nih! Gimana sih, cara mendeteksi hubungan yang sudah beracun untuk kita dan bagaimana cara keluarnya? Yuk, kita cari tau langsung dari Kalmselor Angellia!
Kenalan sama Kalmselor Angellia Dulu, Yuk!
Kita ucapkan selamat dulu yuk, untuk Kalmselor Angellia yang udah terpilih menjadi Kalmselor of the Month 3 bulan berturut-turut, lho! Keren banget nggak sih? Kalmselor kesukaannya siapa, nih?
Kalmselor Angelia adalah Psikolog Klinis Dewasa. Konsentrasi bidang permasalahan yang digelutinya adalah seputar hubungan romantis, pengembangan diri, dan orientasi seksual. Wah, cocok banget nih sama kawula muda. Emang zaman sekarang tuh banyak deh yang diomongin kalau urusan percintaan dan usaha membangun diri, xixixi.. Gimana, KALMers? Tertarik ngobrol bareng Kalmselor Angellia? Kita simak dulu pembahasan tentang hubungan tidak sehatnya, ya!
Emangnya Hubungan yang Toxic Itu Kayak Apa, Sih?
Mungkin ada KALMers yang merasa hubungannya semakin bergerak ke arah yang tidak nyaman. Atau mungkin ada KALMers yang ngeri denger zaman sekarang banyak banget orang terjebak hubungan nggak sehat, jadi pengen antisipasi. Wah, ini sih bagus banget!
Kalau kata Kalmselor Angellia:
“Kita nggak akan pernah tau apa yang salah, kalau nggak tau yang benernya tuh apa.”
Wah… ngena banget ya, KALMers. Siapa yang setuju dengan pernyataan Kalmselor Angellia? Penasaran nggak kira-kira apa aja sih yang jadi pembeda antara hubungan sehat dan tidak sehat? Yuk, simak!
1. Aspek Sosial
Ketika menjalin hubungan yang sehat dengan pasangan, pada umumnya teman dan keluarga kita juga bertambah karena kini kita mengenal teman dan keluarga si dia. Sebaliknya, lingkar sosial kamu jadi semakin sempit ketika berada di dalam hubungan yang tidak sehat karena dia merasa punya hak atas waktu kamu. Dikit-dikit harus bareng dia, ketemu teman atau keluarga juga dilarang. Alhasil kamu seringkali terpaksa batalin janji ketemuan, lama-lama ditinggal, deh.
2. Aspek Fisik
Hubungan yang sehat seharusnya diiringi dengan adanya kedekatan fisik yang bertambah karena kamu disayang sama dia secara fisik juga. Atau bahkan jadi menumbuhkan kebiasaan hidup sehat yang bisa dijalani bersama, misalnya olahraga bareng. Lain cerita kalau kamu berada di hubungan yang toxic, nih. Jadi kurang tidur karena sering berantem sama dia, dikomentarin terus fisiknya jadi insecure, atau bahkan kamu mengalami kekerasan secara fisik dari dia. Wah, kalau sudah begini, nggak ada alasan lain lagi untuk kamu bertahan sama dia, KALMers!
3. Aspek Ekonomi
Hubungan yang sehat seharusnya membantumu membangun kebiasaan yang baik juga, KALMers. Nggak terkecuali juga urusan keuangan. Bersama-sama, kalian berdua mungkin malah termotivasi untuk menabung, berinvestasi, apapun deh yang bisa memupuk masa depan kalian hidup berdua. Tapi kalau rasanya kamu jadi semakin mengering karena harus bayarin kebutuhan dia yang bermacam-macam, belum lagi kalau dia minta dibeliin hape dan barang branded, hati-hati karena itu sinyal kurang baik, KALMers.
4. Aspek Spiritual
Aspek ini bukan tentang agama atau kepercayaan ya, KALMers. Tapi tentang bagaimana kamu bisa belajar hal-hal baru yang baik dari dia dalam suatu hubungan yang sehat, misalnya prinsip kebaikan yang dia pegang. Sebaliknya, dalam hubungan yang tidak sehat, nggak ada pertumbuhan dalam diri yang kamu rasakan sejak mengenal dia. Bahkan, kamu merasa kamu jadi kehilangan kepedulian tentang prinsip-prinsip baik yang dulu kamu pegang.
5. Aspek Psikologis
Menjalani hubungan yang sehat tentunya menyenangkan bagi kedua belah pihak. Dampaknya, kamu jadi lebih bahagia dan bersemangat dalam menjalani hidup. Hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan yang tidak sehat adalah bisa jadi menyiksa kamu secara psikologis karena dipenuhi masalah yang silih berganti. Akhirnya kamu jadi lebih sering merasa stres, bahkan kamu jadi tidak mengenali dirimu lagi.
Kenapa Kita Bisa Terjebak di Hubungan yang Beracun (Toxic)?
1. Memilih Pasangan yang Salah
Kita perlu berhati-hati nih, Kalmers. Jangan sampai sejak awal memang sudah memilih pasangan yang memiliki kualitas tidak baik, tapi tetap dilanjutkan. “Aku memang sukanya bad boy, kalau good boy kurang menarik.” Lho, udah tau buruk kok malah tertarik?
2. Adanya Distorsi
Tanpa disadari, mungkin kamu mendistorsi pasangan kamu menjadi seperti sosok yang kamu harapkan. Kamu jadi tidak lagi melihat dia sebagaimana kenyataannya. Akibatnya kamu jadi terlena dengan imajinasimu sendiri.
3. Merasa Layak Mendapatkan Pasangan dengan Kualitas Buruk
Bisa jadi kamu secara sengaja memilih pasangan dengan kualitas buruk karena kamu merasa memang sepantasnya kamu mendapatkan pasangan seperti itu karena adanya alasan-alasan negatif dalam diri kamu. Kalau begini, kamu jadi secara sengaja menolak orang-orang dengan kualitas yang baik karena merasa tidak pantas.
Terus Mesti Gimana Untuk Mengatasi Hubungan yang Toxic Ini?
1. Choose Your Battle Wisely
Tanyakan pada dirimu sendiri, apakah kamu mau berjuang dalam hubungan ini? Atau justru lebih baik untuk ditinggalkan? Dalam setiap hubungan pastinya tidak dapat terhindar dari konflik ya, Kalmers. Tapi kalau hal itu terjadi terus-menerus, perlu dipikirkan ulang, nih!
2. Check-in with Yourself
Coba selidiki lagi ke dalam dirimu dengan segala kekhawatiran dan ekspektasi yang ada, apakah kamu bisa bertahan jika dia sama sekali tidak berubah hingga akhir hubunganmu nanti?
3. Know Your Values
Coba kenali nilai-nilai mendasar yang kamu pegang selama ini, misalnya tentang keluarga atau attachment. Lalu tanyakan kepada diri sendiri, “hubunganku sekarang sudah sesuai dengan nilai-nilai yang kuyakini belum, ya?”
Memang terkadang tidak semudah itu untuk memahami hubungan yang sedang dibina. Tidak jarang juga merasa kesulitan untuk memutus tali hubungan yang telah dijalin. Oleh karena itu, KALMers tidak perlu ragu untuk membicarakan hal ini dengan tenaga profesional di bidangnya, ya! KALMers bisa berkonsultasi dengan Kalmselor Angellia melalui aplikasi KALM dengan menggunakan kode ANG-723.
Saat ini KALM lagi ada diskon konseling untuk setiap pembelian voucher konseling-mu melalui Shopee. Kamu bisa banget langsung aja ke Shopee untuk beli Konseling dengan harga diskon dan hemat sampai dengan Rp 75.000!
Pesan Kalmselor Angellia
“Jadi, nomor satunya tuh check-in dan tanyakan kepada dirimu sendiri. Sejatinya, hubungan yang sehat seharusnya membuatmu bisa bertumbuh.”
Penulis: Santiara
Editor: Rachma Fitria