Capeknya Hidup dengan Standar Normal dan Nggak Normal

Description

Apa yang terlintas di pikiranmu kalau dengar kata ‘normal’ dan ‘nggak normal’? 
Coba jawab dalam hati, menurutmu normal nggak sih hal-hal yang ada di gambar ini?

 

 

Mungkin kamu merasa hal itu normal karena kamu mengalaminya juga. Atau justru kamu merasa hal itu nggak normal karena kamu nggak relate sama sekali? Kalau gitu, normal itu sebenarnya apa sih?

Pikiran Yang Bikin Dunia Jadi Kotak-Kotak

KALMers pernah nggak melakukan sesuatu yang menurutmu biasa aja, tapi tiba-tiba ada orang yang komentar, “Ih, ngapain kamu kayak gitu? Aneh, deh!”? Hal sesimpel cara makan bubur atau makan sereal, misalnya. Bisa dijadikan bahan perdebatan. Memangnya kenapa kalau sukanya bubur diaduk? Kan jadi lebih praktis. Kenapa juga emangnya kalau makan sereal pengennya dicelup ke sirup? Kan bosen kalau susu terus.

Percaya nggak sih, nyatanya dunia memang terlalu banyak mengkotak-kotakan sesuatu. Hal ini terjadi tanpa kita sadari. Udah semacam naluri untuk bertahan hidup, KALMers. Ketika kita melihat seseorang, informasi yang paling mudah kita dapatkan adalah informasi visual yang biasanya meliputi jenis kelamin, usia, ras, dan gaya penampilannya. Nah, agar efisien dalam memproses informasi tersebut, otak kita sering kali melakukan social categorization (kategorisasi sosial) untuk mengelompokkan orang-orang ke dalam karakteristik tertentu. Dengan begini, kita jadi lebih mudah mengenali orang. Namun, sisi buruknya adalah terciptanya banyak prejudis dan stereotip dalam masyarakat. Munculah stereotip normal dan nggak normal.

Gimana? Sekarang jadi paham kan proses terbentuknya standar normal dan nggak normal yang ada di masyarakat, KALMers?

Lalu, Harus Ngikutin Stereotip yang Ada?

Ngikutin standar ‘normal’ masyarakat mungkin bisa jadi rewarding untuk sementara. Jadi lebih banyak temen, lebih disayang orang-orang, lebih diperhatiin sama bos, nggak disinisin lagi, hmm… Tapi perlu diingat untuk mendapat perlakuan baik itu, kamu harus memasang topeng. Kamu bukan diri kamu yang sebenarnya lagi. Kamu juga jadi kehilangan kesempatan untuk bertemu orang-orang yang akan menerima kamu apa adanya. Dampak buruknya lagi, kamu bisa menjadi orang-orang seperti di bawah ini:

Faktanya, banyak banget hal-hal yang bisa terlihat ‘nggak normal’. Semua itu tergantung dari kacamata siapa kita melihatnya. Bukan aneh, semua itu hanyalah perbedaan yang justru harus kita hargai. Bukan hanya menghargai perbedaan pada diri orang lain, kita juga harus baik sama diri sendiri dan mulai menerima diri apa adanya karena what’s normal anyway?

KALM x People of Happiness

Nah, dalam rangka menghilangkan stereotip normal dan nggak normal yang ada di sekitar kita, KALM berkolaborasi dengan People of Happiness nih, KALMers. Kolaborasi kali ini menghadirkan kaos-kaos dengan pesan ‘What’s normal anyway?’ Buat yang penasaran kaos-kaosnya seperti apa, bisa cek langsung di: https://www.peopleofhappiness.com/poh-x-kalm

Dengan membeli produk kolaborasi ini, selain menyebarkan pesan positif lewat kaos yang dipakai, KALMers juga sudah turut berdonasi untuk menyediakan layanan psikologis bagi yang membutuhkan, lho!

Jika KALMers sedang mengalami kesulitan karena banyaknya standar dan tuntutan yang diterima, ketahuilah bahwa KALM ada di sini untuk kamu.

 

Penulis: Santiara
Editor: Rachma Fitria
 

Baca Artikel Lainnya

Rayakan Ulang Tahun, Mbak Anas Kasih Hadiah Konseling Gratis Buat Kamu!

Bulan September adalah bulan kelahiran mbak Anas! Selamat ulang tahun mbak Anas!🥳🎂 KALM bersama Maybelline Brave Together sangat bersyukur atas kehadiran mbak Anas di dunia ini. Dengan adanya sosok...