KALMers sering dengar istilah ‘gaslighting’ dan ‘love-bombing’ belakangan ini? Seringnya istilah itu muncul ketika membicarakan tentang bentuk hubungan yang tidak sehat. Banyak korban yang merasa hanyut dalam tipu daya si pelaku gaslighting dan love-bombing ini. Tapi, sebenarnya gimana sih, mekanisme di balik itu semua? Nah, Kalmselor Puspita siap menjawab lewat artikel kali ini!
Supaya lebih mantap, mari kita kenalan dulu sama Kalmselor of the Month bulan Desember ini, Kalmselor Puspita Sari. Telah bergabung dengan KALM sejak Oktober 2021, Kalmselor Puspita sering menangani permasalahan relasi interpersonal, overthinking, stres, sulit mengendalikan perasaan, hingga trauma akibat kekerasan fisik dan psikologis. Makanya, Kalmselor Puspita cocok banget untuk kita tanyain seputar manipulasi emosi ini, nih!
Beberapa dari kita mungkin pernah berpikir, "Kok bisa ya, mereka tahan sama pasangannya padahal udah jelas sering diperlakukan kasar?" Apakah karena para korban punya sikap tangguh? Sabar? Kuat? Atau karena terlanjur cinta?
Jawabannya adalah tidak. Menurut Kalmselor Puspita Sari, seseorang akhirnya bisa terjebak dalam hubungan toxic disebabkan oleh adanya manipulasi emosi dari pasangan. Korban sedemikian rupa diperdaya sehingga selalu menolerir kesalahan-kesalahan pasangan, bak lingkaran setan.
Biasanya, manipulasi emosi dilakukan dalam bentuk perkataan atau perilaku yang mengintimidasi, mengendalikan, hingga mempermalukan seseorang. Hal ini dilakukan pelaku supaya dia mendapatkan kendali atas orang lain. Korban dibuat tunduk sesuai dengan keinginannya. Apabila tidak menurut, korban biasanya akan dibuat merasa bersalah.
Penting, nih! Kamu harus tau macam-macam rupa manipulasi emosi supaya kamu bisa lebih tanggap dalam mengidentifikasi orang sekitarmu yang manipulatif.
Membuat orang lain merasa bersalah kalau nggak ikutin maunya dia. Misalnya, dia bilang "Masa kamu nggak mau nraktir aku padahal abis gajian? Aku udah susah payah jemput kamu, lho."
Awalnya menghujani dengan segala bentuk perhatian dan kasih sayang, tapi setelah itu diungkit-ungkit setiap kali dia minta sesuatu.
Para pelaku gaslighting paling hobi bikin targetnya jadi meragukan pemikiran atau persepsinya sendiri. Contohnya dia bilang "Aku nggak pernah teriakin kamu, lho. Itu perasaan kamu aja."
Ngediemin orang kalau dia nggak senang atas sesuatu yang orang itu lakukan. Orang lain jadi harus berusaha sendirian untuk memperbaiki keadaan.
Demennya melimpahkan kesalahan ke orang lain dan bertingkah seolah dia yang menjadi korban. Seringnya bilang gini, "Aku begini juga karena kamu", "Bukan salah aku kalau…", atau "Kamu nggak ngertiin keadaan aku."
Titik rasa tidak percaya diri orang lain dijadikan senjata andalan, sehingga korban merasa segala yang dikatakannya ada benarnya.
Kalmselor Puspita punya beberapa tips untuk menghadapi orang manipulatif dengan bijak:
Bukan tugas kamu untuk memperbaiki dia. Ingat, sulit mengubah orang lain jika keinginan untuk berubah bukan muncul dari dirinya sendiri. Lebih baik, kamu fokus pada kebutuhanmu sendiri.
Kamu juga harus menghargai dirimu sendiri. Jangan terlalu sering menyalahkan diri atas perbuatan yang sebenarnya bukan salahmu.
Mulai tetapkan batasan interaksi dengannya. Lalu, perlahan mulai hindari interaksi yang berkepanjangan dengannya, bahkan sebisa mungkin meminimalisir menjalin kontak.
Perlahan namun pasti, tumbuhkan keberanian untuk keluar dari hubungan yang sudah mulai menuju arah tidak baik. Carilah lingkungan yang aman dan tulus memberimu dukungan.
Kalau kamu sudah mulai merasakan lebih banyak sedihnya daripada bahagianya bersama orang ini dan tidak lagi melihat sisi positif dalam diri, segera cari bantuan profesional, salah satunya Kalmselor.
“Your feelings are valid. You don’t have to apologize for having emotions”
Jangan biarkan orang lain membuatmu merasa terpuruk. Percayalah pada kemampuan yang kamu miliki dan raihlah kebahagiaan sebanyak mungkin.
Kalau berada dalam suatu hubungan hanya membuatmu lebih banyak bersedih dan menyalahkan diri sendiri, maka segera akhiri. Kamu berhak untuk bahagia dan terus bertumbuh, bukan sebaliknya.
Memang tidak mudah menghadapi orang terdekat yang ternyata manipulatif, apalagi untuk keluar dari hubungan tersebut. Karena itu, KALMers tidak perlu ragu untuk membicarakannya dengan Kalmselor. KALMers bisa berkonsultasi dengan Kalmselor Puspita melalui aplikasi KALM (unduh di sini) dengan menggunakan kode PUS-522.
Penulis: Santiara
Editor: Rachma Fitria