Memasuki usia 20-an bukan cuma pusing karena tuntutan buat punya pekerjaan yang mapan, tapi juga harus segera punya pasangan. Apalagi saat teman atau saudara seumuran sudah mulai berpasangan bahkan menikah dan punya anak, tentu tekanannya semakin terasa. Tapi, nggak perlu khawatir karena kamu tetap bisa hidup tenang walaupun belum punya pasangan. Yuk, simak tips dari Kalmselor Dina Wulandari berikut ini agar bisa tetap tenang walaupun jodoh tak kunjung datang!
Menurut Kalmselor Dina, secara psikologis, saat seseorang memasuki usia 20-an berarti memasuki fase perkembangan lanjutan dan salah satu tugas perkembangannya adalah menjalin relasi dengan lawan jenis. Selain itu, secara sosial ketika seseorang sudah mulai bekerja dan mampu hidup mandiri akan dinilai layak oleh masyarakat untuk mulai membangun rumah tangga. Hal ini berarti akan ada dorongan sosial untuk memiliki pasangan dan menuju jenjang yang lebih serius.
Dorongan sosial ini biasanya nampak dalam pertanyaan yang rutin terlontar saat momen kumpul keluarga atau bertemu tetangga. Misalnya, “Kapan nikah?” “Udah punya calon belum?” “Si X udah mau nikah tahun ini, kamu kapan?”. Sayangnya, pertanyaan itu kerap terasa seperti sindiran ya, KALMers? Hal ini tentu lama-lama membuat tertekan dan wajar saja ketika menjadi malas bergaul atau bertemu banyak orang saat lebaran, menutup diri, insecure, overthinking, bahkan hingga depresi.
Ada beberapa tips dari Kalmselor Dina agar kamu bisa tetap tenang dalam menghadapi situasi dan tuntutan ini. Apalagi saat jodoh tak kunjung datang dan kamu masih nyaman menjadi single. Beberapa tips yang bisa langsung kamu coba adalah:
Perlu jika memang merasa kewalahan mengelola stres dari tekanan atau tuntutan yang ada, atau merasa ragu-ragu untuk meninggalkan hubungan toxic karena terlalu takut tidak segera mendapat jodoh. Selain itu, apabila merasa kesulitan berdamai dengan situasi ini lalu cenderung mengurung diri dan muncul ketakutan atau kesulitan untuk menjalin hubungan akibat ada trust issue atau trauma, kamu juga perlu mengkonsultasikannya pada psikolog, KALMers.
Sebagaimana kata Kalmselor Dina kalau lelahnya menunggu jodoh tak sebanding dengan lelahnya menikah dengan orang yang salah. Karena menikah tak melulu tentang cinta, tapi tentang bersama orang yang bersedia berjuang bersamamu. Kamu bisa berkonsultasi lebih lanjut bersama Kalmselor Dina (DIN-962) di aplikasi KALM yang bisa kamu unduh di sini!
Penulis: Sofi Maharani Putri
Editor: Ama
Referensi:
Wulandari, Dina. (Maret, 2024). Berani Jadi High Quality Jomblo di Usia Matang. Retrieved from: Interview Kalmselor of the Month.