Hai, KALMers! Buat kamu yang sudah bekerja saat ini, kira-kira pernah nggak kepikiran ingin resign? Kalau ya, mungkin sudah saatnya kamu mengenal Career Cushioning. Apa sih Career Cushioning itu? Pada kesempatan kali ini, Kalmselor Yudha Heka, yang merupakan seorang Psikolog Industri Organisasi akan menjelaskannya buat kamu!
Dalam Bahasa Indonesia, Career Cushioning berarti ‘bantalan’ karier. Hal ini merujuk pada upaya seseorang untuk melindungi karier dirinya dengan cara membuat ‘bantalan’ atau cadangan pekerjaan lain. Dalam lingkup profesional, Career Cushioning adalah usaha untuk menjaga karier dengan cara mempertahankan koneksi dengan recruiter perusahaan lain bahkan ketika seseorang sudah memiliki pekerjaan.
Menurut Kalmselor Yudha Heka, Career Cushioning sebenarnya merupakan fenomena yang sudah lama terjadi. Namun, istilah ini menjadi populer ketika dunia industri dan organisasi berada dalam fase perubahan cepat, ketidakpastian, kompleksitas, dan keambiguan atau disebut VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity). Contohnya seperti peralihan dari Work from Office menjadi Work from Home, krisis ekonomi, dan resesi ekonomi yang berdampak pada pengurangan karyawan secara besar-besaran.
Semua hal pasti memiliki nilai positif dan negatif ya, KALMers. Begitu juga dengan Career Cushioning ini.
“Salah satu kelebihan dari Career Cushioning misalnya jadi menumbuhkan kesadaran pada karyawan akan perubahan dan antisipasi risiko dalam kariernya. Dengan Career Cushioning, seseorang dapat melakukan antisipasi untuk melindungi kariernya apabila perusahaan tempat ia bekerja menghadapi masalah yang berdampak buruk pada pekerjaannya, misalnya PHK. Selain itu, Career Cushioning juga memberikan kesempatan untuk memperbaiki dan memperbanyak kompetensi, serta memperluas relasi,” jelas Kalmselor Yudha Heka.
“Akan tetapi, Career Cushioning juga memiliki nilai negatif jika dilihat dari sudut pandang HR atau recruiter. Seorang HR atau recruiter akan meninjau beberapa aspek kepada setiap kandidat. Kandidat yang belum cukup berperan pada perusahaan sebelumnya, atau sering berpindah-pindah pekerjaan dengan waktu yang singkat akan cenderung memberikan citra negatif kepada HR atau recruiter tempat ia melamar pekerjaan,” tutup Kalmselor Yudha.
Wah! Menarik ya, KALMers? Kalau menurutmu gimana? Tertarik melakukan Career Cushioning?
Kamu bisa mulai dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada dirimu sendiri mengenai kebutuhan dan kemampuanmu. Apakah perusahaanmu saat ini memberimu kepuasan dan rasa aman dalam kariermu? Apakah kebutuhan finansialmu terpenuhi? Apakah nilai-nilai perusahaanmu selaras denganmu?
Selain mengidentifikasi kebutuhan yang berkaitan dengan perusahaan, identifikasi juga kemampuan yang berkaitan dengan dirimu sendiri. Melihat kembali kekuatan dan kelemahan yang kamu miliki.
Setelah paham kemampuan dan kebutuhanmu, langkah selanjutnya adalah memperbaiki dan mempercantik CV. Mulai perbaiki CV ataupun resume yang kamu miliki. CV dan Resume yang baik adalah resume yang mampu memenuhi kebutuhan dan spesifikasi perusahaan dan kompetensi yang sesuai dengan bidang pekerjaan.
Membangun jejaring sosial bisa dilakukan dengan cara membuat akun dan aktif menggunakan platform media sosial profesional seperti LinkedIn, JobStreet, atau platform-platform serupa. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan peluang informasi mengenai posisi pekerjaan. Setelah itu coba bangun relasi secara aktif dengan HR dan recruiter. Dengan begitu, kamu akan mendapatkan lebih banyak informasi tentang karier yang kamu tuju.
Jadi gimana, KALMers? Apakah tips dari Kalmselor Yudha di atas cukup membantu? Jika kamu tertarik melakukan Career Cushioning namun masih bingung dengan langkah-langkah di atas, kamu bisa langsung mengkonsultasikannya bersama Kalmselor Yudha Heka di aplikasi KALM dengan menggunakan kode YUD-359!
Download aplikasi KALM di sini: bit.ly/KALMapp
Penulis: Luthfi Lesmana
Editor: Rachma Fitria