Cinta? Apa itu? Sejenis wahana?
Sudah nggak terhitung lagi berapa lamanya sejak terakhir ngerasain yang namanya mencintai dan dicintai. Bahkan sempat terpikir, apakah cinta itu benar-benar ada? Jangan-jangan yang selama ini kita pikir adalah cinta, sebenarnya cuma ilusi. Atau mungkin ini karena mulai mati rasa, ya? Nah, supaya nggak keburu kelamaan mati rasa, coba simak penjelasan Kalmselor Ina lewat artikel kali ini!
Sudah bergabung cukup lama dengan KALM, Kalmselor Ina sering menangani klien berusia remaja dan dewasa muda. Biasanya yang memiliki keluhan berupa masalah stres, kecemasan, dan depresi, serta isu relasi dengan pasangan maupun keluarga.
“... rocker juga manusia. Punya rasa, punya hati…”
Pernah dengar lirik lagu itu? Pasti pernah, ya. Segitu akrabnya di telinga kita sampai-sampai mungkin pas baca sambil nyanyi dalam hati.
Atau pernah dengar ungkapan ini?
“Gue masih bisa sakit hati/baper/capek juga kali. Emangnya gue robot?”
Sederhana, tapi maknanya dalam. Kalau diperhatikan, kedua pernyataan barusan punya kesamaan. Keduanya sama-sama membicarakan perasaan dan menekankan pada kewajaran manusia dalam merasakan beragam emosi. Bahkan, rocker yang terkesan sangar juga punya perasaan. Jadi, bisakah seseorang benar-benar mati rasa?
Emotional numbness, atau mati rasa, mengacu pada keadaan seseorang yang tidak dapat mengekspresikan emosi yang dialami. Keadaan ini sebenarnya termasuk salah satu mekanisme pertahanan diri dari rasa sakit emosional maupun fisik yang cukup kuat. Ketakutan tersebutlah yang kemudian mendorong seseorang untuk menutupi yang sebenarnya sedang dirasakan.
Nah, supaya lebih kebayang, emotional numbness bisa dikenali dengan beberapa tanda berikut ini:
Biasanya emotional numbness disebabkan oleh rasa sakit fisik maupun emosional yang datang dari:
Sama seperti banyak hal lainnya dalam hidup, emotional numbness tidak bersifat permanen, asalkan ada upaya untuk mengatasinya. Jika tidak diatasi, emotional numbness dapat membatasi kemampuan untuk merasakan dan mengekspresikan emosi, bahkan memutus diri dari diri sendiri dan orang sekitar.
Supaya nggak terjadi seperti itu, kamu dapat perlahan mengenali emosi dan cara mengekspresikannya dengan baik. Akan lebih bagus lagi jika kamu lengkapi dengan rutin melakukan self-care, seperti istirahat yang cukup, olahraga rutin, berusaha meminimalisir sumber stres, dan mencari support system yang pas untuk kamu!
Jika dirasa berat untuk ditangani sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional, ya! KALMers dapat berkonsultasi dengan Kalmselor Ina melalui aplikasi KALM (unduh di sini) dengan menggunakan kode INA-374.
Penulis: Santiara
Editor: Rachma Fitria