Indonesia sering disebut-sebut jadi salah satu negara “fatherless” di dunia. Apa maksudnya fatherless dan gimana dampaknya ke anak? Coba kita pahami lebih lanjut fenomena ini bersama Kalmselor Kadek Pipit Puspita dalam penjelasan berikut, yuk!
Kata fatherless jika diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu yatim. Namun makna “yatim” di sini bukanlah makna sesungguhnya, tapi istilah yang diberikan pada anak yang tumbuh hanya dari pengasuhan Ibu saja, tanpa didampingi sosok ayah, baik secara fisik maupun psikologis. Seseorang bisa saja memiliki ayah, namun tidak merasakan adanya kelekatan dan kedekatan bersama ayahnya. Sosok ayahnya mungkin ia kenal sebagai seseorang yang galak, pemarah, atau suka menuntut sehingga membuatnya menyimpan memori tidak menyenangkan mengenai sang ayah.
Menurut penjelasan Kalmselor Kadek, seseorang yang tidak merasakan kehadiran sosok ayah di hidupnya bisa jadi merasakan berbagai dampak emosional tersendiri, misalnya seperti:
Kita memang tidak bisa memilih terlahir di keluarga seperti apa. Lalu apa yang bisa dilakukan supaya dampak-dampak di atas dapat diminimalisir?
“Jawaban yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan ini adalah untuk memeriksa kembali dampak-dampak yang mungkin saja kita alami. Misalnya, adanya hambatan dalam bersosialisasi dan hubungan interpersonal, sulit mengelola rasa cemas dan panik, kesulitan dalam mengelola rasa rendah diri hingga merasa diri tidak berharga,” jelas Kalmselor Kadek.
Jadi jangan ragu untuk menghubungi profesional saat dirasa dampak-dampak yang disebutkan di atas mengganggumu, ya KALMers. Apabila kamu merasa situasi ini sudah mengganggu keseharianmu, ada Kalmselor Kadek Pipit Puspita yang siap menjadi teman ceritamu di aplikasi KALM (download di sini).
Penulis: Sofi Maharani Putri
Editor: Rachma Fitria