Cory Elisabeth: Desain Interior, Kewiraswastaan, dan Gangguan Depresi

Description Perkenalkan Cory Elisabeth.

Cory adalah pemilik Koen Design yang didirikan pada tahun 2015. Koen Design adalah perusahaan desain interior yang berfokus kepada desain-desain simpel dan playful. Kebanyakan dari klien Koen Design adalah perusahaan startup yang sedang naik daun seperti Taralite dan Berrybenka. Namun, pada 2016, ditengah-tengah kesibukan Cory menjalani dan memimpin Koen Design, ia didiagnosa dengan gangguan kecemasan dan beberapa kali mengalami depresi akut. Dua tahun setelah diagnosa, Cory sudah dapat merasa pulih dengan bantuan dari seorang konselor professional.

KALM sangat senang mendapat kesempatan untuk duduk dan berbicara dengan Cory mengenai perjalanannya pulih dari gangguan kecemasan dan depresi. KALM dan Cory berharap perbincangan ini dapat membantu memberi pencerahan mengenai topik yang masih sering dianggap tabu di Asia.

KALM: Hi Cory! Sebelum kita mulai, apa boleh Cory menceritakan sedikit mengenai diri Cory?


Hi. Nama saya Cory, saya adalah seorang interior designer. Saya dahulu bersekolah sebagai seorang arsitek, tapi saya sekarang menjalankan perusahaan desain interior. Saya sudah melakukannya selama tiga tahun belakangan ini.

Mungkin saya sekarang bisa bilang kalau saya sudah pulih dari depresi. Saya tidak yakin kalau ada orang yang bisa pulih 100% tapi saya memang sekarang sudah merasa sehat dan baik-baik saja.

Terima kasih atas perkenalannya. Jadi mari kita mulai interview kita. Pertama-tama, KALM ingin tahu apa yang membuat Cory akhirnya sadar Cory mengalami gangguan kecemasan dan depresi?


Sebenarnya saya sudah merasakan gangguan tersebut sejak lama, hanya saja saya tidak sadar. Tetapi saya sadar transisi terbesar terjadi ketika saya kembali dari Amerika Serikat pada tahun 2012.

Jadi ternyata saya sudah mengalami depresi sejak enam tahun lalu. Tetapi saya tidak tahu yang saya alami adalah gangguan depresi sampai tiga tahun yang lalu ketika akhirnya saya memutuskan untuk mendapatkan bantuan karena saya ingin menjadi sehat. Saya ingin membangun sebuah perusahaan tetapi saya tidak mau membahayakan kesehatan demi perusahaan saya. Itulah mengapa akhirnya saya mencoba mencari bantuan profesional.

Saya tidak tahu mengenai gangguan kecemasan dan depresi saya sampai ketika saya duduk dengan konselor saya. Ketika konselor saya mendiagnosa saya, dia mengatakan saya mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Lebih banyak gangguan kecemasan tapi saya juga menunjukan sedikit gejala-gejala depresi juga.

Apa Cory bisa menceritakan lebih banyak lagi tentang bagaimana proses pemulihan dari gangguan kecemasan dan depresi Cory?


Pertama kali saya mengalami depresi saya berhenti melakukan apapun selama setahun penuh. Itu terjadi pada tahun 2012. Tapi kemudian saya ingat pada Tahun Baru 2013 saya melihat kebelakang dan berkata pada diri saya sendiri, Saya tidak melakukan apa-apa setahun ini. Saya harus berubah.

Jadi, saya mendapat pekerjaan - dua pekerjaan yang berbeda, malahan. Pada tahun 2013-2014 saya bekerja. Tetapi isu sebenarnya tidak pernah ditangani sampai akhirnya saya memulai perusahaan saya dan merasa bahwa saya harus mulai bertanggung jawab terhadap kesehatan saya sendiri. Ketika saya bekerja untuk orang lain saya, saya bisa lebih molor. Saya bisa lebih santai. Meskipun kalau sampai saya tidak bisa menyelesaikan tanggung jawab saya, karena saya bekerja di sebuah perusahaan dan ada orang-orang lain di tim saya. Tetapi, dengan perusahaan saya sendiri, saya tahu saya harus menanggung semua tanggung jawab. Hal-hal yang saya lakukan atau tidak lakukan akan berpengaruh besar terhadap perusahaan.

Jadi, pada waktu itu support system dimana saya bisa membicarakan mengenai gangguan depresi saya adalah tim kepemimpinan -dimana saya juga ikut terlibat- di gereja. Pada waktu itu mereka tidak tahu seperti apa depresi itu. Jadi mereka tidak memberikan saya waktu rehat atau apapun, saya tetap melakukan apa yang menjadi tanggung jawab saya.

Salah satu dari mereka adalah bapak pendetanya sendiri. Kami bertemu sekali sebulan. Tapi hal tersebut tidak terlalu membantu karena dia tidak mengerti apa depresi itu. Dia hanya menemani saya untuk berbincang dan melihat bagaimana kabar saya. Dia hanya berusaha untuk peduli.

Support sistem yang lain adalah teman dekat saya di gereja. Dialah yang menanyakan kepada saya, Bagaimana kalau kamu mencari bantuan profesional? Saya rasa itu adalah titik balik saya. Cukup sulit untuk berpindah dari berbicara dengan seorang teman ke seorang profesional. Saya pikir saya tidak memerlukannya. Saya pikir berbicara dengan teman saja sudah cukup.

Jadi bagaimana proses Cory untuk bisa mendapatkan bantuan profesional yang teman Cory sarankan? KALM tahu mencari seorang psikolog tidak semudah mencari seorang dokter umum. Langkah-langkah apa saja yang Cory ambil?


Jadi pada dasarnya dari referensi. Saya harus terbuka dengan beberapa orang tentang depresi saya, dan mereka akan memberikan beberapa referensi untuk saya. Selanjutnya, saya lalu melakukan pemeriksaan latar belakang terhadap mereka juga. Saya menggunakan LinkedIn, Google, review online. Saya juga harus memeriksa biaya mereka. Dari sana, saya mempersempit pilihan saya dengan menggunakan common sense dan mencari yang kira-kira cocok dengan saya. Lalu saya coba saja.

Dari awal saya hanya mencari seorang psikoterapis atau serang psikologis karena saya tidak mau menggunakan obat-obatan. Tapi psikolog saya mengatakan bahwa dia akan menyarankan orang-orang dengan kondisi yang lebih berat seperti gangguan bipolar kepada psikiater karena pemulihan mereka perlu dibantu dengan obat-obatan.

Bisa juga ceritakan seperti apa pengalaman Cory ketika bertemu dengan seorang konselor profesional untuk pertama kalinya?


Pertama kali saya bertemu dengan konselor saya, saya sudah merasa nyaman berbicara dengan dia. Jadi, pada sesi pertama kita, konselor saya mendengarkan saya selama 50-55 menit, dan hanya berbicara pada 5 menit terakhir. Dari sana, dia dapat mengidentifikasi apa yang sedang terjadi, apa kesulitan, dan apa yang memicu kecemasan saya. Karena pada tiga tahun sebelumnya saya tidak pernah mendapatkan bantuan profesional dan keadaan saya masih bisa naik dari turun, dia menganggap saya masih bisa membantu diri saya sendiri. Mungkin sesi pertama tersebut membuat saya nyaman karena dia hanya mendengar dan memperhatikan daripada berusaha untuk menyelesaikan isu-isu saya.

Pada kali kedua, dia menunjukan kepada saya temuan-temuan dari evaluasi sesi pertama. Dia berkata sesuatu seperti,

Oke, coba ingat kembali pada sesi pertama kita kamu mengatakan ini dan hal tersebut memicu rasa cemas dan depresimu. Hal itu terjadi lagi, berarti hal ini adalah pemicumu dan kamu harus menjadi lebih awas akan hal tersebut. Kamu mungkin akan mengalami episode-episode kecemasan dan depresi sampai kamu belajar untuk beradaptasi

Saya, berpikir, Oh! Saya tidak tahu itu!

Pada sesi selanjutnya, dia akan berkata sesuatu seperti, Ingat kamu mencoba hal ini dan lalu kamu menjadi baik-baik saja? Apakah kamu pernah mencobanya kembali?

Dan saya menjawab, Tidak, aku tidak pernah mencobanya lagi.

Lalu dia balik bertanya, Bagaimana kalau kamu mencobanya lagi? dan memang hal itu berhasil!

Jadi saya rasa konselor saya melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam mendengarkan dan menunjukkan hal-hal apa yang bekerja dan yang tidak akan bekerja untuk saya. Apa yang membuatnya lebih membantu lagi adalah karena tidak ada satu set formula yang pasti bisa bekerja. Dia hanya menyuruh saya untuk memecahkan apa yang dapat bekerja untuk saya. Dia tidak membiarkan diri saya menjadi bergantung kepada dirinya. Dia mau saya untuk melatih diri saya sendiri untuk menjadi sehat dan menyediakan alat bantu untuk mencapainya

Luar biasa! Apakah bisa diberitahu hal apa saja yang bisa bekerja dan membantu Cory?


Ada beberapa hal. Jadi konselor saya mengerti saya dan membantu saya untuk mencari tahu apa hal yang akan bekerja untuk saya. Lalu dia membantu untuk mengaplikasikannya.

Dia akan memberitahu saya, Oke, ingat ketika kamu cemas dan panik? Beritahu Henry - Henry adalah tunangan saya - untuk berhenti dan menyuruhmu untuk menarik nafas.

Jadi itu yang akan Henry lakukan ketika saya mendapat serangan panik, dia akan menyuruh saya untuk berhenti dan menarik nafas.

Untuk depresi, hal yang akan saya lakukan agak berbeda karena dengan depresi saya lebih merasa saya mengecam diri saya sendiri. Karenanya konselor saya mengatakan untuk menuangkan semua perasaan tersebut ke selembar kertas. Dia mengatakan,

Anggap seperti kamu sedang memukul seseorang tapi kali ini lakukanlah kepada kertas itu dengan semua kemarahan dan rasa frustrasimu. Lakukan apapun yang kamu mau kepada kertas itu.

Jadi saya benar-benar akan menumpahkan semua perasaan saya ke kertas itu. Setelah itu, saya bahkan tidak lagi ingat apa yang sudah saya tulis, jadi hal tersebut membantu saya untuk membuang semua pikiran-pikiran dan perasaan negatif saya. Sepertinya, ketika saya berkutat di dalam pikiran-pikiran negatif itu mereka akan selalu ada. Namun ketika saya menuangkannya ke atas kertas, mereka menjadi hilang.

Hal menarik lain yang saya sadar akan saya sendiri adalah bahwa rasa depresi saya biasanya muncul di pagi dan rasa cemas saya pada malam hari. Jadi bisa Anda lihat sendiri kalau masa produktif saya adalah di antara jam-jam tersebut. Pada waktu-waktu itulah saya mengharuskan diri untuk melakukan sebagian besar pekerjaan saya. Gameplan saya untuk rasa cemas pada malam hari adalah saya tidak boleh tidur lewat jam 12 malam. Ketika sudah mendekati tengah malam saya akan minum melatonin dan berbaring.

Jadi, secara garis besar, hal yang paling membantu bagi diri saya adalah mempunyai struktur.

Lalu, seberapa sering Anda menemui Konselor?


Pertama kalinya saya menemui konselor saya setiap 4 bulan sekali. Lalu saya bertemu 6 bulan sekali setelah saya merasa lebih baik. Tapi, karena hari pernikahan saya sudah dekat, saya lalu bertemu sebulan sekali. Tetapi saya merasa bertemu sebulan sekali terkadang jadi tidak membantu karena saya lalu berpikir terlalu banyak mengenai pertemuan tersebut.

Dia juga mengatakan untuk tidak tidak langsung menghubungi ketika saya mempunyai masalah. Dia mau saya untuk mengatasinya sendiri dan kemudian melakukan tindak lanjut beberapa minggu kemudian. Hal ini agar saya punya waktu untuk memprosesnya terlebih dahulu. Dia bukan tipe orang yang memberikan pelayanan on-call tapi dia mengatur jadwal berdasarkan seberapa darurat masalah seseorang. Klien dengan tendensi bunuh diri dapat langsung bertemu beberapa hari kemudian.

Terkadang dia juga memonitor saya lewat chat online. Contohnya, saya akan mengirimkan pesan, Hari ini berat sekali, dan dia akan membiarkan saya bercerita. Dia akan lalu berkata sesuatu seperti,

OK, bagaimana kalau kamu menenangkan diri dahulu. Jadwal saya kosong pada hari

Pada satu waktu ketika saya mengirimkan pesan kalau saya bahkan tidak merasa tidak bisa keluar dari rumah karena depresi dia merespon dengan mengatakan,

OK, bagaimana kalau 15 menit kedepan kamu mencoba untuk keluar dari ranjang? Cobalah untuk duduk. Lalu dalam waktu satu jam kedepan, bagaimana kalau kamu mencoba untuk mandi? Apakah kamu merasa kamu paling tidak bisa pergi lalu duduk di mobil?

Dia memecah-mecahkannya menjadi aktivitas-aktivitas kecil yang membuat saya berpikir, Ya, tentu saya bisa!

Ketika saya bertemu dengan konselor saya secara langsung kami lalu membuat sebuah gameplan.

Dia berkata, Mungkin kalau sesuatu seperti ini terjadi ketika aku tidak ada, kamu bisa membuat rencana jadwal yang akan bisa membuatmu pelan-pelan keluar dari rumah

Jadi saya membuat gameplan saya sendiri. Contohnya, pada pagi hari ketika saya benar-benar merasa berat saya memberi waktu sampai jam 9:30 pagi untuk sekedar bangun dari ranjang. Karena biasanya saya bangun pada jam 7:30, saya sudah punya banyak waktu untuk pelan-pelan bangun.

Tadi Cory sempat bilang bahwa Cory bertemu konselor lebih sering karena tanggal pernikahan sudah dekat. Tetapi kali ini Cory bertemu bahkan lebih sering dari ketika masih mengalami depresi. Satu bulan sekali dari empat bulan sekali. Boleh dijelaskan kenapa?


Mempersiapkan pernikahan itu pekerjaan berat. Masuk ke dalam sebuah pernikahan juga kita akan harus melalui banyak transisi. Jadi akan banyak stres yang akan kita alami. Inilah mengapa saya perlu lebih banyak lagi bantuan. Buat saya, konseling itu seperti berlatih di gym, ketika kamu sedang mempersiapkan untuk sebuah perlombaan, kamu harus lebih sering lagi berlatih!

Wow, itu adalah cara pandang yang baik sekali mengenai konseling. Bagaimana dengan Henry, tunangan Cory? Bagaimana cara dia membantu Cory melalui semua ini?


Saya kira hal yang paling membantu dari Henry adalah karena dia mau mendengarkan saya.

Kapanpun saya membutuhkan, dia akan mendengar dan benar-benar melaksanakan apa yang saya katakan. Ketika saya mengatakan saya butuh waktu sendiri, dia memberikan banyak waktu pada saya - tapi tidak terlalu lama. Dia akan datang dan menanyakan, apakah ini sudah cukup lama? dan saya akan menjawab, OK, ini sudah cukup lama, saya sudah bisa keluar sekarang.

Waktu menyendiri penting buat saya karena pada dasarnya saya seorang introvert. Jadi saya mengembalikan energi dengan menyediakan waktu untuk diri saya sendiri. Namun, ketika saya sendirian terlalu lama, saya juga menjadi depresi karena hal tersebut membuat saya merasa tidak ada yang peduli dan mengerti saya.

Hingga saat ini, terkadang Henry akan masih menanyakan keadaan saya.

KALM senang mendengar bahwa konseling telah sangat membantu dalam proses pemulihan Cory. KALM juga senang mengetahui ada orang-orang yang mencoba membantu Cory. Tetapi, adakah hal-hal yang mereka lakukan yang sebenarnya tidak membantu pada waktu itu?


Saya kira hal yang tidak membantu adalah ketika ada beberapa teman yang berusaha untuk menyembuhkan saya. Kata-kata seperti, Kenapa kamu tidak lakukan ini atau itu saja dan semuanya akan baik-baik saja?

Juga stigma yang ada. Gangguan depresi saya sering dianggap sebagai rasa malas, dia tidak bisa membereskan hidupnya, atau, dia terlalu emosional saja. Banyak orang yang menganggap saya lemah karena saya tidak bisa menangani rasa stres saya.

Apa yang Cory rasa bisa membuat pengalaman melalui gangguan kecemasan dan depresi lebih mudah?


Jujur saja saya tidak tahu.

Lalu, melihat ke belakang, apa yang akan Cory katakan pada diri Cory pada masa lalu?


Tidak apa-apa apabila terkadang kamu merasa sedih dan murung. Melihat ke belakang, saya pikir hal yang memicu depresi adalah rasa menghakimi diri sendiri. Saya begitu keras terhadap diri sendiri, jadi sayalah yang membuat diri sendiri depresi. Ketika saya mengijinkan diri saya untuk menerima kelemahan dan kekurangan saya, saya mengasihi diri saya. Saya juga tidak menghakimi diri sendiri terlalu keras. Jadi, ya begitulah, terimalah kondisi dimanapun kamu berada apa adanya dan kamu akan menjadi baik-baik saja.

Terima kasih, Cory. Kita sekarang sudah sampai di penghujung interview kita. Apakah ada pesan-pesan atau saran untuk mereka yang sedang mengalami apa yang pernah Cory alami?


Jangan takut mencari bantuan profesional.

Stigma yang ada saat ini adalah apabila Anda mencari seorang psikiater atau seorang psikoterapis berarti Anda gila. Itu salah! Anda hanya berusaha untuk menjadi sehat.

Ketika Anda sakit Anda akan ke dokter. Tetapi ketika Anda tidak sehat secara mental - saya tidak mengatakan bahwa anda sakit mental, tapi anggaplah ada perasaan tidak enak didalam diri Anda - Anda seharusnya mencari bantuan juga!


Pada saat artikel ini ditampilkan, Cory telah melangsungkan pernikahan dengan Henry. Selamat, Cory!

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...