Ingin Menang, Atau Takut Kalah?

Description KALMers, jika kamu pernah mendukung sebuah tim dalam pertandingan sepak bola, seorang penyanyi dalam kompetisi The Voice, atau seorang kandidat dalam suatu pemilu: kamu mungkin pernah merasakan euforia kemenangan dan kekecewaan karena kalah.

KALM tahu bahwa persaingan bisa menjadi alat yang luar biasa untuk mengembangkan diri kita.

Kita tidak perlu menjadi atlet untuk mengetahui bahwa daya saing dapat mendorong orang agar bekerja lebih keras demi mencapai tujuan mereka. Berkompetisi membantu mereka mengantisipasi imbalan dan hasil yang sukses, mendapatkan fokus yang terpacu adrenalin, dan merasakan sensasi seru yang sulit ditemukan di tempat lain.

Kompetisi membangun resiliensi, ketahanan mental, dan sikap sportif. Melalui kompetisi, kita dapat meningkatkan keterampilan, etos kerja, dan kegigihan kita.

Namun dalam olahraga, menang atau kalah sejelas hitam dan putih karena kemenangan ditentukan oleh skor dan poin. KALM memahami bahwa dalam kehidupan sehari-hari, mungkin tidak terasa seperti itu.

Menang / Kalah Dalam Hidup


Dalam hidup ada banyak hal yang terasa seperti persaingan - dengan para pemenang dan juga para pecundang.

Mungkin kamu baru saja putus dan ingin menunjukkan kepada mantan bahwa kamu sedang di dalam kondisi yang lebih baik dari mereka. Mungkin kamu terus menerus berdebat dengan saudaramu. Mungkin kamu telah bekerja keras untuk mencapai target penjualan untuk mengalahkan rekan-rekan supaya naik pangkat di tempat kerjamu.

Atau kamu melihat foto seorang teman dari SMA di Instagram yang sedang berpose di sebuah pulau indah di Italia, sementara kamu hanya bisa diam di rumah dengan cucian yang menumpuk - berpikir, Aku sungguh menyedihkan.

Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa untuk berhenti merasa buruk tentang diri kita sendiri, kita harus berhenti berpikir bahwa hidup adalah sebuah kompetisi. Tapi itu bukan masalah yang sebenarnya, KALMers.

Masalah yang sebenarnya adalah rasa takut. Kita melihat ada Pemenang dan Pecundang di dunia. Lalu rasa takut dicap sebagai Pecundang melebihi keinginan kita untuk menjadi salah satu Pemenang.

Masalah yang sebenarnya adalah rasa takut. Kita melihat ada Pemenang dan Pecundang di dunia. Lalu rasa takut dicap sebagai Pecundang melebihi keinginan kita untuk menjadi salah satu Pemenang.




Kamu Kalah Kalau Kamu Selalu Takut Untuk Kalah


Ketika kita dikendalikan oleh rasa takut menjadi seorang Pecundang, identitas kita bergantung kepada kinerja kita. Jika kita tidak cukup cantik, cukup pintar, menghasilkan cukup uang - identitas kitalah yang sedang diserang. Seseorang yang takut kalah akan melakukan apapun untuk melindungi perasaan dirinya dari apa yang Dr. Karl Albrecht sebut sebagai "Ego-Death". Karena itu, tujuan akhir dari tindakan mereka bukanlah untuk menjadi seorang Pemenang, namun supaya tidak kalah dari orang lain.

Seseorang yang dikendalikan oleh rasa takut kalah:

  • Tidak dapat fokus pada tujuan mereka - dia akan sulit untuk membuat suatu kemajuan untuk mencapainya

  • Lebih mungkin untuk berbohong, menipu, atau terlibat dalam perilaku tidak etis lainnya

  • Terburu-buru dan tidak berpikiran jernih dalam membuat keputusan

  • Tidak bisa menerima hasil yang tidak sesuai harapan dan tidak mau melihat kesalahan diri

  • Menyimpan kepahitan dalam hati terhadap orang lain

  • Suka menggunakan orang lain untuk keuntungan diri sendiri

  • Sulit belajar dari orang lain, terutama orang-orang yang dianggap saingan


KALMers, jika kita selalu takut dicap sebagai Pecundang, kita akan menderita dan tidak pernah merasa damai.

Pola Pikir Pemenang


Bandingkan pola pikir ini dengan pola pikir seorang atlet Olimpiade. Kita tidak akan melihat para atlet menengok kiri dan kanan ketika bertanding karena khawatir akan kalah. Mereka memusatkan seluruh perhatian pada tujuan akhir mereka: garis finish. Mereka memiliki pola pikir pemenang.

Seperti atlet Olimpiade, orang yang memiliki pola pikir pemenang:

Fokus untuk memperbaiki diri sendiri dan hal-hal yang ada dalam kendali mereka

  • Melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar menjadi lebih baik lagi

  • Tidak terlibat dalam perilaku tidak etis - Mereka ingin menang karena kemampuan mereka sendiri, bukan dengan mengorbankan pesaing lain

  • Fokus mencapai tujuan-tujuan kecil yang akan membantu mencapai tujuan besar mereka

  • Menghargai pesaing lain dan tidak takut untuk belajar dari mereka

  • Mau dan dengan senang hati membantu orang lain untuk berjuang menuju tujuan mereka masing-masing


KALMers, dapatkah kamu melihat perbedaan antara seseorang yang selalu takut kalah dan seseorang yang ingin menang?

Semuanya Adalah Pilihan


Pada akhirnya, setiap kemenangan dan kekalahan hanyalah sesuatu yang terjadi pada diri kita, bukan hal yang menentukan jati diri kita. Yang menentukan apakah kita adalah seorang Pemenang atau Pecundang adalah bagaimana kita menanggapi kekalahan dan kemenangan.

Jadi apa yang akan kamu pilih, KALMers? Menjadi seseorang yang terpacu untuk menang atau seseorang yang takut kalah?

Hanya kamu yang bisa memutuskannya.

Penulis: Evannia Handoyo

Sumber:

https://hbr.org/2018/12/when-competition-between-coworkers-leads-to-unethical-behavior

https://believeperform.com/performance/competitive-sport-are-you-motivated-to-win-or-just-to-avoid-failure/

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...