Baby Daddy Blues- Ketika Ayah Terkena Baby Blues

Description

Baby Blues Pada Laki-Laki?


Benar KALMers,baby blues ayah juga ada, lho!

Banyak pasangan muda yang menanti-nantikan saat seorang bayi mungil untuk menceriakan kehidupan rumah tangga mereka. Namun di saat yang sama, bagi sebagian para ayah, hal ini juga mendatangkan rasa khawatir - baik secara mental maupun finansial.

Ketakutan-ketakutan yang dirasakan oleh para ayah bisa saja akhirnya tidak terbukti. Tetapi di lain pihak ketakutan tersebut juga bisa semakin menguat. Tantangan-tantangan merawat seorang anak bisa membuat Ayah kewalahan. Mereka lalu merasa kesulitan beradaptasi dengan kehadiran si mungil. Hal ini membuat ketakutan mereka semakin berkembang. Jika tidak diolah dengan baik, pun bisa mengalami baby blues ayah pun bisa terjadi.

Apa itu Baby Blues Ayah?


Pada dasarnya, baby blues adalah mood dan perasaan negatif yang dimiliki oleh salah satu orang tua kepada anak mereka setelah kelahiran. Pada ibu, baby blues sering dipicu dan disebabkan oleh faktor hormonal. Sedangkan baby blues ayah, yang dikenal juga dengan sebutan daddy blues,biasanya disebabkan oleh kurang siapnya mereka dalam menghadapi kelahiran anak.

Lalu Bagaimana Menghindari Baby Blues Ayah?


Persiapan adalah kata kunci agar ayah baru bisa menghindar dari daddy blues. Mulailah persiapan sebagai seorang ayah sedini mungkin!

Kalmselor Wenny Aidina, M.Psi., Psikolog mengingatkan bahwa seorang suami memulai peran sebagai seorang ayah semenjak istri memberitahu kehamilannya. Pada masa kehamilan ini adalah waktu untuk belajar dan latihan. Belajar menjadi orangtua dan latihan mempersiapkan diri menjadi ayah dan ibu baru. Ketika masa belajar dan latihan ini tidak dimanfaatkan dengan efektif dan maksimal, maka baby blues hingga depresi pasca melahirkan bisa terjadi.

Berikut adalah saran Kalmselor Wenny untuk para ayah:

1. Persiapan Finansial


Memang tidak romantis dan canggung membicarakan tentang uang. Tapi persiapan finansial amat penting. Mulai siapkan dana untuk pengasuhan anak. Ayah dan ibu bisa berdiskusi tentang kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi, bagaimana cara pemenuhannya, dan pihak mana yang mampu berkontribusi sedini mungkin. Tuntaskan pembicaraan finansial tersebut sebelum bayi lahir.

2. Melatih Kebiasaan Baru


Akan ada banyak perubahan ketika kita menjadi seorang ayah. Tapi kita sudah bisa membiasakan diri sebelum tugas tersebut menjadi nyata. Mulailah berlatih untuk meluangkan waktu seakan-akan buah hati kita sudah hadir. Misalnya, membangun kebiasaan untuk mencium istri dan calon buah hati sejak dalam kandungan, mengajak janin berbicara, atau memberikan pijatan ringan kepada istri yang mengandung.

Kebiasaan ini sebaiknya dibangun agar ketika nanti sang bayi lahir, maka waktu yang biasanya diluangkan dengan istri dan anak sudah menjadi kebiasaan. Hal ini akan mengurangi resiko baby blues karena adanya perubahan yang akan terjadi ketika sang buah hati lahir.

3. Latihan Merawat Bayi


Jangan lupa untuk juga berlatih mengurus bayi, KALMers. Ayah juga sebaiknya belajar bersama ibu cara menggendong bayi, bagaimana mengganti popok, bagaimana cara memandikan, dan lain-lain. Latihan ini sebaiknya dipraktekan secara langsung lewat merawat bayi kerabat ataupun dengan boneka. Latihan seperti ini penting dilakukan agar ayah bisa lebih percaya diri ketika harus mengasuh anak.


4. Temani Ibu Ke Dokter Kandungan


Semenjak dalam kandungan, ayah sebaiknya sering-sering menemani istri ke dokter. Toh, setelah buah hati kita lahir, maka kita juga akan harus menemani istri kontrol dan imunisasi ke dokter. Latihan ini akan membuat kita terbiasa meluangkan waktu untuk menjalin kelekatan bersama anak dan istri. Hal ini berfungsi untuk membantu membangun support dan connection antara ayah, ibu, dan anak. Perasaan sayang, semangat, dan penantian akan saling terjalin.

5. Sering-Sering Berdiskusi


Komunikasi dengan pasangan merupakan poin kunci yang sangat penting dilakukan. Hal-hal yang harus dibicarakan adalah seputar pembagian waktu mengasuh anak, me time, dan pekerjaan rumah tangga. Hal ini penting untuk dibicarakan untuk mempersiapkan diri dengan perubahan yang akan terjadi dan kesiapan menjadi orangtua baru.

6. Terapkan hasil diskusi


Sejak istri mengandung, ayah baru sebaiknya mulai menerapkan hasil diskusi di poin 5. Diharapkan, ayah sudah nyaman dengan ritme baru ketika buah hati hadir dalam keluarga.

Jika ayah baru (maupun ibu) merasakan gejala baby blues tersebut semakin tidak terkontrol jangan ragu untuk mencari bantuan orang terdekat, bisa orang tua atau teman. Jika perlu, carilah bantuan konselor profesional untuk berkonsultasi secara langsung atau melalui aplikasi online seperti KALM.

Artikel ini adalah kerja sama antara KALM dengan Skata,sebuah inisiatif digital yang bertujuan untuk menunjang pemerintahan Indonesia untuk perencanaan keluarga yang lebih baik.

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...