Batasan Emosional Dengan Keluarga, Memangnya Perlu?
Hai KALMers! Meski pemerintah kita mulai melonggarkan peraturan-peraturan yang diterapkan karena Pandemi Covid-19, sepertinya ruang gerak kita masih terbatas daripada sebelumnya. Kita pun sekarang harus beradaptasi dengan segala perubahan yang ada. Salah satunya adalah kita diharuskan untuk lebih sering berada di rumah saja. Artinya kita semua akan lebih sering menghabiskan waktu kita bersama anggota keluarga, bukan?
Jika kita merasa nyaman dengan keluarga kita, berada di rumah tentunya akan terasa baik-baik saja. Tapi KALMers, bagaimana jika kita merasa tidak nyaman berada di tengah mereka? Bagaimana apabila ada anggota keluarga lain selalu menyuruh kita melakukan suatu aktivitas yang kita tidak sukai, terlalu ingin ikut campur masalah pribadi kita, memaksa mengikuti semua aktivitas secara bersama-sama, atau tidak memberikan kita ruang apapun ketika kita di rumah? Perbuatan-perbuatan ini bisa membuat kita merasa tidak nyaman bahkan mengganggu kesehatan mental dan emosi kita KALMers!
Lalu apa yang bisa kita lakukan dengan emosi-emosi negatif yang kita rasakan agar kita terbebas dari dampak negatif yang bisa hadir? Seperti salah satu artikel KALM katakan sebelumnya mengenai Emosi, kita harus Mengidentifikasi, Mengerti, dan Mengambil Tindakan. [Artikel bisa dibaca di sini]
Salah satu langkah Mengambil Tindakan yang harus lakukan adalah menerapkan batasanemosional atau emotional boundaries yang sehat antara diri kita dan anggota keluarga.
Apabila KALMers tidak yakin apa itu batasan emosional? Kamu bisa membacanya di artikel ini [link].
Bagaimana Menerapkan Batasan Emosional Dengan Keluarga?
Ada beberapa langkah yang bisa KALMers lakukan untuk membangun batasan emosional yang sehat dengan keluarga , diantaranya :
Identifikasi dan Buat Daftar
Hal pertama yang bisa KALMers lakukan untuk menerapkan batasan emosional dengan keluarga adalah mengidentifikasi apa saja hal-hal yang anggota keluargamu lakukan sehingga membuat kita merasa batasan emosional kita dilanggar. Pikirkan juga alasan mengapa hal tersebut membuatmu merasa batasan emosionalmu dilanggar. Dari sana KALMers bisa membuat daftar atau list mengenai perilaku atau aktivitas yang melanggar batasan emosionalmu ketika berada di tengah keluarga dan apa saja batasan yang ingin kita terapkan. Hal ini agar kita tahu secara konkret apa yang kita butuhkan untuk diri kita sendiri dan cara untuk mendapatkannya.
KALM Tips : Tidak yakin perbuatan apa saja yang bisa termasuk pelanggaran batasan emosionalmu? Cek post Instagram KALM mengenai batasan emosional di link ini untuk bisa membantumu mengidentifikasinya.
Cari Dukungan Dari Orang Yang Kamu Percayai
Menerapkan batasan emosional dengan anggota keluarga itu tidak mudah, KALMers! Karena itu tidak ada salahnya bagi kita untuk mencari dukungan dari orang lain di sekitar kita. Pikirkan apakah ada anggota keluarga yang kamu percayai yang bisa membantumu menerapkan batasan-batasan yang kamu ingin terapkan. KALMers juga bisa meminta saran dan masukan dari mereka mengenai cara untuk menyampaikan batasan-batasan itu kepada anggota keluarga yang lain.
KALM Tips: Apabila tidak ada satupun anggota keluarga yang bisa kamu percayai untuk melakukan hal ini, kamu juga bisa mencari dukungan dari seorang konselor profesional atau seorang psikolog. Kamu pun bisa mencari bantuan dari seorang Kalmselor (Konselor Online Profesional KALM) melalui aplikasi KALM.
Diskusikan Dengan Anggota Keluarga
Cari dan jadwalkan waktu untuk bisa duduk bersama-sama untuk bisa membicarakan keinginan KALMers dalam menerapkan batasan emosional dengan keluarga KALMers. Pastikan semua anggota keluarga nyaman ketika melakukan pembicaraan ini. Diskusikan dan ceritakan dari hati ke hati satu sama lain mengenai perasaan yang dirasakan KALMers ketika berada di antara anggota keluarga. Beritahu mereka batasan-batasan yang ingin kamu terapkan di dalam daftar yang telah kamu buat. Jangan lupa juga memasukan konsekuensi apa yang akan terjadi apabila batasan itu dilanggar.
KALM Tips: Gunakan pernyataan yang dimulai dengan kata aku daripada kamu agar tidak terkesan menyerang anggota keluarga. Contoh: Aku membutuhkan waktu sendirian pada malam hari antara jam 10-11 untuk menenangkan diriku, daripada, Kamu jangan masuk kamarku setelah jam 10-11.
Bersiap Untuk Menerapkan Komitmenmu
Ketika KALMers telah menentukan batasan-batasan apa yang ingin KALMers diterapkan di tengah keluarga maka KALMers juga harus siap untuk menerapkannya. Reaksi anggota keluarga tidak akan selalu baik dalam menerima dan menanggapi apa yang kita perbuat. Atau akan ada anggota keluarga yang setuju namun nantinya mencoba untuk melanggar batasan tersebut. Pada saat-saat seperti itu KALMers harus siap untuk memberikan konsekuensi tegas kepada anggota keluarga tersebut sesuai kesepakatan yang telah diambil.
KALM Tips : Ketika KALMers mencoba untuk menerapkan komitmen batasan emosional dengan keluarga dan memberikan konsekuensi kepada mereka ketika batasan itu dilanggar, hal ini bisa menjadi pengalaman yang sulit. Siapkan daftar strategi coping - hal-hal yang bisa membuatmu tenang kembali. Hal ini bisa berupa teknik pernapasan, mengambil waktu berjalan sejenak, atau mendengarkan selfKALM.
Sulit Tapi Perlu Dilakukan
KALMers, membangun emotional boundaries dengan keluarga tidak selalu mudah. Namun mempunyai batasan emosional dengan keluarga penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional kita. Ingat KALMers, Sayang bukan berarti nggak perlu batasan. Menetapkan batasan bukan berarti nggak sayang. Justru karena sayang maka batasan itu perlu ada.
Apabila KALMers masih merasa kesulitan atau membutuhkan bantuan untuk bisa membangun emotional boundaries yang baik dengan keluarga, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan profesional. Jangan ragu untuk menghubungi Kalmselor dengan menggunakan layanan aplikasi konseling online KALM.
Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...
Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...
Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...