Tolong, Aku Fobia Jatuh Cinta! (Philophobia Part 1)

Description Kisah S, Sang Penderita Philophobia

S adalah seorang wanita yang pernah menderita trauma masa lalu. Ketika kecil ia sering melihat kekerasan dalam rumah tangga dan sang Ayah yang sering berselingkuh. Sebaliknya sosok ibu kandung S adalah seorang wanita yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Pengalaman ini lalu dibawanya sampai dewasa. Selama S beranjak tumbuh dewasa, ia selalu mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal dengan lawan jenis. S pernah menyukai lawan jenis tapi selalu dihantui oleh rasa takut yang menguasai dirinya. Kebutuhan akan dicintai dan disayangi dalam dirinya berseberangan dengan rasa sakit yang dialami di masa lalu yang membuat dia selalu menahan diri dan lebih memilih untuk menarik diri.

Kondisi yang S alami membuat kehidupan perkuliahannya terganggu karena pada saat ini ia bertemu dengan sosok lelaki yang ia sukai. Ketika S mendengar suara lelaki tersebut S menjadi sering berkeringat dingin, sulit menelan dan juga perutnya terasa mulas. S sadar bahwa kondisi yang ia alami tidak wajar dan akan sangat mengganggu, apalagi S berkeinginan untuk berkeluarga suatu hari nanti. S sangat ingin berubah tapi ia bingung hal apa yang ia bisa lakukan untuk mengatasi kondisinya.

Mengenal Philophobia


Apa yang dialami oleh S adalah gangguan yang disebut sebagai "philophobia". Ilmu kedokteran mendefinisikan philophobia sebagai rasa takut yang tidak normal, tidak beralasan dalam urusan jatuh cinta. Philophobia merupakan salah satu permasalahan psikologis/mental yang dialami seseorang dimana ia takut untuk jatuh cinta ataupun terlibat perasaan mendalam pada seseorang. Meski Philophobia bisa terjadi pada laki-laki maupun wanita, namun kenyataannya kondisi ini lebih banyak dialami oleh wanita.

Penyebab Philophobia


Umumnya gangguan ini dialami pada seseorang yang pernah merasakan jatuh cinta namun harus melewati kekecewaan yang sangat besar dari hubungan tersebut hingga berujung pada ketakutannya akan perasaan cinta. Selain itu, trauma masa kecil yang seseorang alami, misalnya tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis, juga dapat menyebabkan philophobia. Luka perasaan yang dialami karena ketidakharmonisan tersebut dapat membuat seseorang untuk membentengi diri untuk jatuh cinta agar bisa menghindari hal yang sama di hidupnya. Ini adalah juga penyebab philophobia yang dialami oleh S.

Dampak dari Philophobia


Seseorang yang mengalami gangguan ini sama halnya dengan orang yang mengalami fobia spesifik lainnya - yaitu ia merasa takut untuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan cinta dan hubungan lawan jenis, selalu menjauhkan diri/menghindari dirinya untuk tidak berhubungan ataupun terhubung dengan hal-hal yang berpotensi cinta. Pada kondisi tertentu bahkan penderita merasa sulit untuk mengontrol emosi. Ia menjadi merasa gugup, gelisah, sulit untuk bernafas, dan merasa benci ketika ia merasakan perasaan jatuh cinta.

Seseorang yang menderita Philophobia akan memiliki rasa takut yang berlebihan terhadap rasa jatuh cinta. Beberapa gejala psikosomatis yang bisa terjadi adalah perasaan sulit bernafas serta mual. Jika philophobia tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, hingga isolasi sosial.

Penanganan Philophobia


Lalu apa yang S, atau seseorang seperti dia yang mengalami gejala-gejala Philophobia bisa lakukan? Jika Penyebab utamanya adalah sebuah trauma, maka hal ini dapat diatasi dengan melakukan terapi kognitif dan perilaku yang dapat mengubah pemikiran negatif dari fobia yang dialami. Untuk melakukan hal ini, memang diperlukan pendampingan profesional. Hal ini penting dilakukan apalagi jika hal tersebut sudah mengganggu keseharianmu, KALMers!

Apabila KALMers ingin mencari pendampingan konseling profesional, KALMers bisa mencoba untuk menggunakan aplikasi KALM (link) dimana KALMers akan dipasangkan dengan salah satu dari 200+ konselor dan psikolog profesional yang bisa membantumu mengatasi masalah yang kamu hadapi. Kalau KALMers mau tahu lebih banyak apa itu KALM, KALMers bisa membaca lebih lanjut di sini (link).

Untuk S sendiri, penanganan dengan pendekatan CBT (Cognitif Behavioral Therapy) sangat membantu untuk keluar dari rasa takut dan trauma, meski belum sepenuhnya sembuh. Rasa insecure masih tetap ada tetapi sudah masuk dalam ambang wajar. Penanganannya pun tidak sebentar, butuh waktu hingga satu tahun. Namun dengan niat dan komitmen yang kuat S pelan-pelan bisa lepas dari fobia yang ia alami. S pun sekarang sudah berani jatuh cinta dan ketika artikel ini ditulis sedang dalam masa pertunangan.

Kalau kamu belum siap atau belum bisa mendapatkan konseling, ada beberapa hal yang bisa kamu coba terlebih dahulu di artikel KALM tentang Philophobia selanjutnya (link). Langsung baca aja sekarang, KALMers!

Penulis: Kalmselor Dwi Surya Purwanti, M. Psi., Psikolog(Kalmselors Code:DWI-888)

Note: Kamu bisa konseling dengan Kalmselor Dwi lewat aplikasiKALMdan menggunakan Kalmselors Code: DWI-888

Editor: Lukas Limanjaya

Daftar Pustaka

Atkinson, dkk. (2005). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Meva Nareza. (2020). Terapi Kognitif Perilaku untuk Menangani Berbagai Masalah Psikologis. Di akses pada hari Kamis pada tanggal 10 Desember 2020 dari https://www.alodokter.com/terapi-kognitif-perilaku-untuk-menangani-berbagai-masalah.

Yan Nurindra. (2013). Forgiveness Therapy : Teknik Yang Dapat Diterapkan Di Berbagai Kasus. Di akses pada hari Kamis pada tanggal 10 Desember 2020 dari https://www.hipnotis.net/forgiveness-therapy-teknik-yang-dapat-diterapkan-di berbagaikasus/#:~:text=Forgiveness%20Therapy%20dapat%20diartikan%20sebagai%20terapi%20pengampunan.&text=Pengampunan%20terhadap%20pihak%2Dpihak%20yang,berbuat%20kesalahan%20terhadap%20diri%20klien.

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...