Halo, KALMers! Apa kabar minggu ini? Artikel Kalmselor of the Month hadir kembali, nih. Kali ini saatnya Kalmselor Alfonza sebagai Kalmselor of the Month bulan September yang akan berbagi pengalaman dan pengetahuannya terkait topik overthinking!
Sebelum ke topik pembahasan, yuk kenalan dulu dengan Kalmselor Alfonza!
Mengenal Kalmselor Alfonza
Kalmselor Alfonza adalah Psikolog Klinis yang sudah menjadi Kalmselor di KALM sejak satu tahun yang lalu. Selama berpraktik menjadi psikolog, Kalmselor Alfonza sering menangani berbagai permasalahan terkait gangguan kecemasan, keluarga, parenting, dan perkembangan.
Nah, pada kesempatan kali ini Kalmselor Alfonza ingin berbagi ilmu dan wawasan terkait manfaat journaling untuk atasi overthinking. Gimana penjelasannya? Yuk simak artikel ini sampai selesai, ya!
Bagaimana Journaling dapat Membantu Overthinking?
Kalmselor Alfonza bilang kalau ternyata journaling dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi overthinking, KALMers. Journaling bisa membuat pikiran negatif yang berulang menjadi nyata bentuknya dalam sebuah tulisan. Pikiran negatif yang tidak dituangkan ke dalam tulisan akan “terbang dalam pikiran” dan hal ini berpotensi membuat seseorang semakin meyakini bahwa itu benar-benar terjadi. Padahal belum tentu pikiran negatif itu nyata. Pikiran negatif tersebut biasanya muncul karena adanya ketakutan akan masa depan, atau ketakutan yang bersumber dari masa lalu. Seseorang mungkin saja belum berdamai dengan masa lalunya sehingga muncul kecemasan kalau hal itu dapat terjadi lagi.
Salah satu bentuk journaling yang dapat membantu mengatasi overthinking misalnya adalah guided question. Guided question berguna untuk membuat seseorang memiliki pandangan yang lebih positif, seperti menyadari bahwa itu sebenarnya belum terjadi, jika hal tersebut sudah terjadi serta solusi apa yang dapat diberikan. Selain itu juga membuat seseorang lebih berani melihat kenyataan pahit dari suatu kejadian.
Apa yang Bisa Ditulis Ketika Journaling?
Journaling memiliki beberapa macam, contohnya Gratitude Journaling dan Reflective Journaling. Gratitude journaling adalah journaling yang dapat dilakukan untuk menuliskan hal-hal apa yang dapat kamu syukuri (kamu bisa memulai gratitude jounaling di aplikasi KALM secara gratis!), sedangkan Reflective Journaling adalah refleksi dari kegiatan yang telah kamu lakukan, apa yang kamu rasakan, dan apa yang kamu pelajari dari kegiatan tersebut.
Ketika sedang journaling, kamu dapat menuliskan pikiran negatif yang berulang dengan sangat detail, misal dalam bentuk kalimat atau cuplikan peristiwa, lalu siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut dan apa yang mereka lakukan. Setelah itu, kamu juga dapat menuliskan pikiran dan perasaan yang muncul.
Waktu Terbaik untuk Journaling….
Menurut Kalmselor Alfonza, waktu terbaik terbaik untuk journaling adalah ketika pikiran overthinking itu datang. Untuk mengurangi atau meredakan overthinking tersebut, lebih baik menuliskannya di buku atau kertas supaya ada gerakan yang dibuat. Dengan menulis, kita menggerakan jari dan otot-otot pada tangan, gerakan ini membantu kita menjadi lebih fokus dan mendalami apa yang kita tulis, apalagi menulis mengenai hal yang berbau perasaan. Namun jika dirasa merepotkan, kamu juga boleh journaling di platform digital seperti notes di handphone atau laptop.
Tips yang dapat Dilakukan Ketika Journaling
KALMers, berikut merupakan tips yang dapat kamu lakukan ketika ingin journaling:
1. Ketika pikiran itu muncul, sadari dan kenali pikiran tersebut muncul dalam bentuk apa; kalimat atau cuplikan peristiwa?
2. Akui bahwa memang pikiran tersebut ada dan hidup, KALMers. Jangan dihakimi atau disalahkan, beri dia nama kalau perlu cobalah untuk terima dan sapalah pikiran tersebut.
3. Lakukan journaling dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:
Pesan untuk KALMers
"Kesulitan kemarin, cukup untuk kemarin, berdamailah… Kesulitan hari ini, untuk hari ini saja… Kesulitan besok, biarlah untuk esok hari…"
Penulis: Balqis Aisyiyah
Editor: Rachma