KALMers, selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia!
Rasanya saat ini masyarakat semakin sadar akan isu kesehatan mental. Kalau kita lihat beberapa tahun yang lalu, kesehatan mental mungkin masih menjadi hal yang tabu dan nggak banyak dibicarakan. Jika mendengar kata “gangguan mental” atau “psikolog”, orang masih mengaitkannya dengan kata “gila”. Namun, saat ini dengan semakin mudahnya akses internet dan banyaknya konten edukasi, kesadaran masyarakat pun jadi semakin meningkat. Terlebih dengan adanya Pandemi Covid-19 yang memunculkan masalah terkait kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, depresi, dan lainnya. Orang-orang aktif mencari informasi terkait dengan kesehatan mental, menyuarakan kepedulian terkait isu tersebut di media sosial, serta mencari bantuan profesional dengan mengakses layanan konseling.
Meskipun kesadaran akan kesehatan mental sudah lebih baik, namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak yang menganggap kesehatan mental bukanlah hal yang penting nih, KALMers. Maka dari itu, perlunya kita menjadikan kesehatan mental sebagai hal yang diprioritaskan.
Kenapa ya kesehatan mental perlu dijadikan prioritas? Dan bagaimana caranya? Yuk, simak artikel ini sampai selesai!
KALMers, seperti yang kita ketahui, stigma terkait masalah kesehatan mental masih kuat hingga saat ini. Individu yang memiliki masalah kesehatan mental masih dipandang negatif oleh banyak orang. Mereka yang mengalami stres dan depresi sering dianggap lemah, baperan, kurang ibadah, bahkan caper. Stigma yang ada di masyarakat ini akhirnya memunculkan perilaku diskriminasi terhadap mereka. Ungkapan seperti “Ah, aku nggak mau pacaran sama A yang punya trauma, nanti nggak stabil lagi,” atau “Aku nggak mau temenan sama B soalnya bahaya dia lagi depresi”, merupakan bentuk diskriminasi yang mungkin dialami individu dengan masalah kesehatan mental.
Hal tersebut membuat individu yang memiliki masalah mental semakin takut dan malu mengungkapkan kondisi mereka. Mereka takut untuk bercerita dengan orang terdekat, ragu mencari bantuan profesional, dan enggan untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka merasa rendah diri dan terus terjebak pada kondisi yang ada. Bahkan, hal ini juga dapat memunculkan pikiran negatif seperti, “Apakah aku normal?” atau “Sepertinya aku nggak akan bisa keluar dari masalah ini.”
Anggapan negatif terkait masalah kesehatan mental memunculkan pandangan bahwa memiliki masalah kesehatan mental merupakan hal yang buruk. Padahal, masalah kesehatan mental merupakan hal yang umum dialami, lho. Berdasarkan data WHO, diketahui bahwa sekitar 1 dari 7 remaja di dunia mengalami gangguan mental. Selain itu, berdasarkan data terakhir oleh UN, diketahui hampir satu miliar penduduk dunia memiliki gangguan kesehatan mental. Jadi, kalau kamu sedang memiliki masalah terkait kesehatan mental, it’s okay, kamu nggak sendiri kok, KALMers! Yang terpenting adalah menyadari dulu kondisi kesehatan mental kamu saat ini. Karena hal tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap diri sendiri dan dapat menjadi langkah awal untuk kamu menangani masalahmu.
Kesehatan mental merupakan hal yang perlu diperhatikan selain kesehatan fisik. Hal ini dikarenakan kesehatan mental memengaruhi bagaimana cara kita berpikir, merasa, dan berperilaku sehari-hari. Maka dari itu, yuk kita prioritaskan kesehatan mental diri kita sendiri. Lalu, apa ya yang bisa kita lakukan?
Bicarakan masalah yang kamu miliki dengan orang terpercaya, baik itu teman, keluarga, atau rekan kerja. Dengan membicarakannya secara terbuka dengan orang terpercaya dan peduli padamu mungkin dapat membuatmu merasa lebih baik.
Menjaga kesehatan fisik ternyata dapat meningkatkan kesehatan mental dan well being-mu, lho. Hal ini dapat kamu lakukan dengan aktif bergerak minimal 30 menit setiap harinya, mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, serta memiliki waktu tidur yang cukup.
Cobalah untuk terus melakukan kegiatan yang bermakna dan menyenangkan bagimu, seperti memasak, berjalan di taman, membaca buku, menonton film kesukaan, dan lainnya. Dengan memiliki rutinitas teratur dengan aktivitas yang membuatmu bahagia, akan membantumu untuk menjaga kesehatan mental juga, lho.
Jangan menggunakan zat dan obat-obatan berbahaya maupun alkohol sebagai cara untuk mengatasi apa yang sedang kamu rasakan ya, KALMers. Meskipun dirasa dapat membantu dalam jangka pendek, namun hal tersebut sangat berbahaya untuk jangka panjang, seperti risiko penyakit dan adiksi.
Meluangkan waktu untuk fokus pada dunia sekitar dapat membantumu keluar dari pikiran yang terus berputar dan membuatmu stres. Hal ini dapat kamu lakukan dengan menggunakan semua indra untuk melihat, mendengar, mencium, merasa, dan menyentuh sesuatu yang ada di sekitarmu.
Jika kamu merasa tidak dapat mengatasi masalah yang dialami, carilah bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater. Ingatlah bahwa kamu tidak sendiri, KALMers. Ada orang yang dapat membantumu untuk mencari jalan keluar atas masalah yang kamu miliki.
Dalam rangka mendukung kesadaran kesehatan mental di Indonesia, Maybelline bersama KALM dan Rahasia Gadis bekerja sama menciptakan kampanye BRAVE TOGETHER. Melalui kampanye ini kamu bisa mendapatkan konseling secara gratis bersama Kalmselor di aplikasi KALM dengan menggunakan kode voucher BRAVE-33-33-33-33. Kamu bisa cek di sini: Tutorial Gratis Konseling di Aplikasi KALM Oleh Maybelline Brave Together untuk mengetahui cara menggunakan kode vouchernya, ya!
Ketahuilah KALMers, jika kamu perlu cerita KALM ada di sini untuk kamu.
Penulis: Ainan Salsabila
Editor: Rachma Fitria
Referensi
CDC. (n.d.). About Mental Health. Retrieved from here
Mayo Clinic. (n.d.). Mental Health: Overcoming the stigma of mental illness. Retrieved from here
United Nation. (2022). Nearly one billion people have a mental disorder: WHO. Retrieved from here
Universitas Ahmad Dahlan. (2022). Stigma Gangguan Jiwa dan Dinamika Kesehatan Jiwa di Masyarakat. Retrieved from here
WHO. (2021). 6 ways to take care of your mental health and well-being this World Mental Health Day. Retrieved from here
WHO. (2022). Mental Health. Retrieved from here