Dukacita sering kali dikaitkan dengan meninggalnya orang yang berharga dalam kehidupan kita. Nyatanya, perpisahan lain juga bisa menimbulkan dukacita, seperti berakhirnya pertemanan, putus hubungan, hingga kehilangan pekerjaan. Ketika mengalami perpisahan, kita cenderung mengalami perasaan yang tidak biasa. Rasa kaget, sedih, takut, marah, semua bercampur menjadi satu. Jadi, wajar saja kalau KALMers nggak bisa mendeskripsikan rasanya.
Dukacita bersifat personal dan tidak sama antar individu. Namun meskipun begitu ada beberapa kesamaan umum dirasakan saat orang sedang berduka. Yuk, kita simak satu per satu setiap tahapan berduka (5 Stages of Grief)!
Ketika menerima kabar duka, sangat wajar jika kamu merasa kaget dan sulit menerima kenyataan karena perubahan yang mendadak. Di saat-saat seperti ini kamu mungkin menolak untuk percaya bahwa sosok itu telah tiada. Perasaan ingin menolak kenyataan ini merupakan respons alami sebagai bentuk pertahanan diri terhadap rasa sakit yang diterima otak. Pada tahap ini, pikiranmu berusaha memperlambat proses untuk melewati peristiwa dukacita selangkah demi selangkah.
Beberapa contoh pikiran dan perkataan dalam tahap denial:
Rasa marah yang kamu rasakan adalah respon alami tubuh ketika berduka. Pikiranmu merespons kejadian tidak menyenangkan dengan mencari sosok yang dapat disalahkan. Kamu mungkin menyalahkan Tuhan, orang lain, dirimu sendiri, bahkan orang yang telah tiada tersebut. Kamu marah dengan dirimu sendiri karena tidak berhasil mempertahankan suatu hubungan, atau marah dengan dokter yang menangani anggota keluargamu sebelum meninggal, bahkan mungkin marah dengan Tuhan karena membiarkan hal-hal ini terjadi dalam hidupmu. Rasa marah yang muncul pun cenderung lebih kuat dibandingkan emosi lainnya seperti takut dan sedih. Hal ini karena orang lebih sulit mengekspresikan emosi yang terkesan lemah.
Beberapa contoh pikiran dan perkataan dalam tahap anger ketika…
Ketika mengalami kehilangan, sangat wajar jika pikiranmu berusaha keras untuk melakukan negosiasi atau tawar-menawar. Pikiran tawar-menawar ini muncul sebagai bentuk pertahanan diri dalam usaha mengontrol kejadian di sekitar kita. Pada tahap ini, kamu mungkin merasakan banyak penyesalan pribadi. Kamu juga berusaha memikirkan berbagai solusi yang seharusnya bisa kamu lakukan untuk mencegah kehilangan. Seandainya saja hal ini tidak terjadi, seandainya saja sebelumnya aku sudah mengantisipasi, dan sebagainya.
Beberapa contoh pikiran dan perkataan dalam tahap bargaining ini adalah…
Jika tahap sebelumnya bisa didefinisikan sebagai tahap yang cukup berisik. Berbagai solusi dan perandaian terus menghantui keseharian sehingga rasanya banyak hal yang perlu dipikirkan. Sebaliknya, tahap depression merupakan tahap yang hening. Pada tahap ini, kamu cenderung menjauh dari orang lain. Kamu berupaya menghindar dari pembahasan-pembahasan tentang kehilangan yang kamu alami. Kamu mungkin banyak menangis sendirian, berdiam diri, kehilangan selera makan, dan sebagainya.
Beberapa contoh pikiran dan perkataan dalam tahap depression:
Meskipun setiap tahap berduka bisa dialami berkali-kali, namun umumnya orang yang berduka akan menerima kenyataan pada akhirnya. Tahap ini bukan semata-mata berarti kamu langsung merasa senang dan melupakan duka yang sebelumnya membebanimu.
Pada tahap acceptance, kamu mulai melihat kedukaan ini sebagai salah satu bagian dari hidupmu. Penerimaan akan kenyataan yang berjalan membantumu untuk bisa melanjutkan hidup di hari-hari berikutnya. Rasa sedih, rindu, dan sedikit penyesalan mungkin masih akan muncul di kemudian hari, tetapi rasa marah, pikiran menyangkal dan tawar-menawar cenderung berkurang.
Beberapa contoh pikiran dan perkataan dalam tahap acceptance:
Setiap orang merespon kehilangan dalam hidupnya dengan cara yang berbeda-beda. Begitu juga dengan jangka waktunya, KALMers. Kamu mungkin saja mengalami tahap anger selama satu minggu, namun temanmu mengalaminya selama lima bulan. Kamu juga mungkin bolak-balik antara tahap bargaining dan juga tahap depression sebelum akhirnya memasuki tahap acceptance. Bahkan terkadang setelah memasuki tahap acceptance kamu bisa untuk beberapa saat mulai merasakan tahap anger kembali. Semua ini adalah hal yang normal dan bisa dimaklumi.
Baca juga: KALM untuk OVO Indonesia: Berduka Dengan Baik dan Ketika Mereka Sedang Berduka
Walaupun kamu sudah mengetahui cara untuk membantu orang terdekatmu yang sangat terpukul ketika mengalami kehilangan, kamu juga perlu ingat akan kapasitas dirimu, ya! Jangan ragu untuk meminta bantuan profesional. Kamu bisa menghubungi Kalmselor melalui aplikasi KALM.
Penulis: Tanita
Editor: Rachma Fitria & Lukas Limanjaya
Sumber:
Clarke, J. (February, 2021). The five stages of grief: Learning about emotions after loss can help us heal. Very Well Mind: https://www.verywellmind.com/five-stages-of-grief-4175361
Holland, K. (September 2018). What you should know about the stages of grief. Healthline: https://www.healthline.com/health/stages-of-grief
Pastan, L., & Beaman, S. L. (2018). The five stages of grief. In Grief and the Healing Arts (pp. 2-17). Routledge.