Banyak kita temui korban KDRT yang kesulitan melepaskan diri dari hubungan yang terus menerus menyakitinya. Walaupun ia sadar bahwa selama ini tersakiti, namun tidak mudah untuk meninggalkan pasangan yang telah melukainya berulang kali. Bagi orang sekitarnya, mungkin bertanya-tanya: “Mengapa?”. Ternyata, salah satu penyebabnya adalah trauma bonding. Simak penjelasan Kalmselor Jessica Amelia Anna berikut!
Apa itu Trauma Bonding? Apa Penyebabnya?
Setiap orang yang memiliki kelekatan (attachment) pasti merasa aman dan nyaman berada di dekat figur lekatnya, seperti ayah, ibu, pasangan, sahabat, dan lain-lain. Namun, orang yang mengalami trauma bonding memiliki pola attachment pada figur yang melakukan kekerasan berulang kali padanya hingga menimbulkan trauma. Pola attachment ini biasanya muncul karena pengalaman diabaikan dan ditinggalkan saat masih kecil. Pengalaman tersebut kemudian berkembang menjadi trauma yang menyebabkan seseorang memiliki pola attachment tidak aman (insecure attachment). Akibatnya saat dewasa dan menjalin hubungan, perasaan takut dan khawatir mendominasi dan membuatnya tetap bertahan walaupun berulang kali disakiti oleh pasangannya.
Apa Tanda Seseorang yang Mengalami Trauma Bonding?
Berikut ini adalah tanda-tanda ketika seseorang terjerat trauma bonding dalam hubungannya:
- Merasa takut/khawatir yang sangat kuat, sehingga menahan dirinya untuk keluar dari relasi kekerasan tersebut.
- Meskipun sudah sadar bahwa hubungan ini tidak sehat, namun akhirnya tetap bertahan dan pasrah demi mempertahankan hubungan.
- Merasa bersalah, malu, tidak pantas, dan rendah diri akibat kekerasan yang dialami.
- Terbuai bujuk rayu dan janji manis setelah mengalami kekerasan.
- Mengabaikan pengalaman menyakitkan, dan membesar-besarkan perlakukan baik pelaku, dan menjadikannya alasan untuk tetap bertahan dalam hubungan.
- Menutupi pengalaman kekerasan yang dialaminya demi menjaga nama baik pelaku.
- Selalu berharap agar pelaku bisa berubah jadi lebih baik di masa yang akan datang.
Apa yang Perlu Dilakukan untuk Lepas dari Trauma Bonding?
Jika kamu mengalami ini, berikut langkah-langkah dan tips dari Kalmselor Jessica Amelia:
- Sadari dan ingatkan dirimu bahwa kamu berharga. Jadilah sosok lemah lembut pada diri sendiri. Kenali dan terima setiap emosi dan pikiranmu, jika perlu kamu bisa menuliskannya pada jurnal harian agar lebih mudah mengingatnya.
- Belajar untuk meminta tolong dan jujur pada orang sekitarmu tentang pengalaman kekerasan yang kamu alami. Dukungan dari orang sekitar akan membuatmu merasa lebih kuat untuk memutus relasi dengan pasangan abusive. Kalau perlu, masukkan kontak orang terdekat seperti keluarga atau teman sebagai kontak darurat di HP kamu agar kamu bisa menghubungi mereka sewaktu-waktu kamu mengalami kekerasan.
- Cari bantuan profesional apabila kamu merasa situasi ini mengganggu keseharianmu, seperti perasaanmu cenderung dipenuhi emosi negatif, pola tidur dan nafsu makan berubah, sulit fokus, menarik diri dari lingkungan, hingga muncul pikiran untuk menyakiti diri sendiri.
Demikian penjelasan dari Kalmselor Jessica Amelia Anna terkait trauma bonding. Apakah penjelasan ini membantumu, KALMers? Apabila kamu ingin mendiskusikan lebih lanjut terkait hal ini, jangan ragu menghubungi Kalmselor Jessica Amelia Anna melalui aplikasi KALM (download di sini), ya!
Penulis: Sofi Maharani Putri
Editor: Rachma Fitria