Rasa cemas dan gangguan kecemasan memang sekilas sulit dibedakan. Bisa jadi seseorang mengira dirinya memiliki gangguan kecemasan tapi ternyata rasa cemasnya masih bisa dibilang wajar. Di sisi lain, bisa jadi seseorang yang merasa baik-baik saja, ternyata sebenarnya mengalami gangguan kecemasan. Oleh karena itu, yuk kita cari tahu perbedaannya melalui penjelasan berikut ini, KALMers!
Rasa cemas ini salah satu dari sekian emosi yang dimiliki manusia layaknya rasa senang, sedih, takut, khawatir, dan sebagainya. Rasa cemas adalah respon normal terhadap stres atau kondisi yang mengancam. Sehingga, wajar bagi siapa pun untuk merasa cemas. Perasaan ini sebenarnya sifatnya baik karena bertujuan melindungi diri dari ancaman. Munculnya rasa cemas ini membuat seseorang lebih waspada dan berhati-hati akan bahaya di sekitarnya. Misalnya, seseorang yang akan tampil di panggung merasa cemas karena takut melakukan kesalahan. Namun, rasa cemas ini akan mereda saat ia selesai tampil. Kecemasan jenis ini justru berguna karena memberi sinyal untuknya lebih mempersiapkan diri.
Nah, berbeda dengan perasaan cemas, gangguan kecemasan adalah perasaan cemas yang sudah berlebihan sampai mengganggu aktivitas harian seseorang. Kondisi ini bisa dipicu oleh adanya masalah pada fungsi otak yang mengatur rasa takut dan emosi.
Rasa cemas dan gangguan kecemasan sekilas sulit dibedakan karena gejala fisiknya yang hampir sama. Beberapa gejala tersebut seperti:
Bagi seseorang yang sering merasa cemas mungkin akan sulit membedakan rasa cemas yang masih dalam tahap wajar dan yang sudah menjadi gangguan kecemasan. Namun, ada beberapa poin yang bisa diperhatikan untuk membedakan keduanya. Kamu bisa membedakannya melalui jawaban dari pertanyaan ini, KALMers.
Rasa cemas itu sendiri muncul karena ada pemicunya. Biasanya karena adanya stres atau situasi yang tidak nyaman atau mengancam. Ketika pemicu ini hilang, maka rasa cemas akan perlahan reda dengan sendirinya. Sedangkan bagi penyintas gangguan kecemasan, rasa cemas tidak mereda walaupun pemicu tersebut sudah hilang, KALMers.
Gangguan kecemasan juga bisa terlihat dari proporsi rasa cemas yang berlebihan dibandingkan dengan pemicunya. Contohnya, seseorang yang akan menjalani ujian wajar jika merasa cemas lalu merasa jantungnya berdegup kencang atau tiba-tiba sakit perut. Namun, rasa cemas biasa akan mereda setelah ujian selesai. Berbeda dengan gangguan kecemasan yang bisa membuat seseorang cemas sejak jauh-jauh hari sebelum ujian bahkan sampai membuatnya kesulitan bernafas dan berkeringat dingin.
Rasa cemas yang normal tidak sampai mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Dengan kata lain, rasa cemas bisa dikatakan sebagai gangguan kecemasan jika sudah sampai mengganggu atau bahkan membuat kualitas hidup seseorang menurun. Gangguan ini terjadi karena rasa cemas yang konstan, bahkan saat tidak ada pemicu pasti. Misalnya, seseorang jadi tidak bisa leluasa beraktivitas dan kesulitan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu karena harus menghadapi gejala gangguan kecemasan yang dialaminya. Selain itu, penyintas gangguan kecemasan akan cenderung menghindari banyak aktivitas yang dirasa bisa memicu rasa cemas maupun yang mengandung unsur ketidakpastian.
Semoga artikel ini membantu kamu untuk mengenali rasa cemas kamu ya, KALMers. Apabila rasa cemas yang kamu rasakan mulai mengganggu, tidak perlu takut karena ada Kalmselor yang siap membantumu menghadapinya. Kamu tidak harus menghadapinya sendirian, kok. Kamu bisa berkonsultasi dengan Kalmselor kapan pun melalui aplikasi KALM yang bisa kamu unduh di sini!.
Penulis: Sofi Maharani Putri
Editor: Rachma Fitria
Referensi:
Herndon, MS, MPH, MFA, Jaime. (2021, Agustus). Having Anxiety vs. Feeling Anxious: What’s the Difference?. Retrieved from https://www.healthline.com/health/anxiety/anxiety-vs-anxious