Quarter Life Crisis yang Menghantui Anak Muda

Description

Anak muda di awal usia 20-an mungkin tidak asing dengan krisis seperempat baya alias Quarter Life Crisis. Krisis yang muncul akibat kegalauan dan kegelisahan tentang tujuan hidup dan masa depan ini ternyata lumrah terjadi. Bahkan menurut penelitian Yale Medicine, 70% dari orang-orang berusia 20-40 tahun (dewasa muda) pernah mengalami krisis ini. Apakah kamu juga salah satu dari mereka, KALMers? Coba simak penjelasan ini untuk lebih kenal tentang Quarter Life Crisis.

Apa yang Sebenarnya Terjadi saat Quarter Life Crisis?


Quarter Life Crisis ini menggambarkan krisis yang dialami oleh seseorang di usia 20-an hingga awal 30-an saat menghadapi ketidakpastian masa depan. Masa yang harusnya jadi momen eksplorasi ini jadi penuh kegelisahan karena banyaknya realita yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Menurut Harvard Business Review, usia 20-an jadi cukup membingungkan dan kesepian karena berbagai fase krisis berikut:
  • Merasa terjebak dalam situasi “pura-pura jadi dewasa” karena harus berkomitmen pada pekerjaan, hidup mandiri, dan punya pasangan.
  • Mulai meninggalkan kehidupan yang lama, meninggalkan pekerjaan, pasangan dan teman yang membuat jadi sendirian dan kesepian.
  • Fase terberat yaitu refleksi dan mulai mengubah rencana masa depan. 
  • Mulai eksplorasi hobi, minat, dan lingkungan baru yang kemudian membuat kembali termotivasi dan hidup lebih bermakna.

Apa Saja Penyebab dari Quarter Life Crisis ini?


Menurut seorang Anxiety Coach, secara umum penyebab krisis ini terbagi menjadi 2 tipe. Tipe pertama, disebabkan karena terjebak dalam pilihan yang tidak sesuai keinginan. Sedangkan tipe kedua disebabkan karena kegagalan mencapai tujuan seperti menganggur atau gagal dapat pekerjaan. Lebih spesifiknya, beberapa tantangan hidup berikut juga bisa memicu munculnya krisis ini:

1. Tidak puas dengan pekerjaan atau pilihan karir

Setelah lulus kuliah, tidak semua orang bisa langsung mendapatkan karir impiannya. Krisis ini bisa muncul karena karir yang dijalani tidak sesuai keinginan atau ketika kehilangan pekerjaan pertama.

2. Masalah hubungan

Hubungan yang dimaksud bukan cuma percintaan, KALMers. Tapi juga bisa renggangnya hubungan pertemanan yang sudah terjalin lama karena mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Hal ini akhirnya bisa memicu stres dan perasaan kesepian.


3. Masalah keuangan (finansial)

Saat terlepas dari dunia perkuliahan, seseorang pasti diharapkan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja. Hidup mandiri ini memunculkan tekanan karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Misalnya kebutuhan makan, tempat tinggal, transportasi, dan lain sebagainya.


4. Ekspektasi dan tekanan sosial

Ekspektasi dari lingkungan sosial bisa begitu besar. Pertanyaan basa-basi yang muncul saat pertemuan keluarga besar menjadikan pencapaian hidup seakan-akan perlombaan. Hal ini kemudian jadi memicu seseorang untuk selalu membandingkan pencapaiannya dengan pencapaian orang lain terutama orang-orang seusianya. 


5. Tanggung jawab baru


Memasuki kehidupan dewasa berarti memikul berbagai tanggung jawab baru. Mulai dari komitmen hubungan serius, hidup mandiri, membangun rumah tangga dan punya anak, serta menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan. Beratnya tanggung jawab itu menimbulkan keraguan, “Benarkah ini hidup yang ingin dijalani hingga akhir hayat nanti?”.

Krisis ini semakin marak terjadi seiring akrabnya kita dengan media sosial, KALMers. Hal ini memudahkan kita untuk sering membandingkan hidup kita dengan kehidupan orang lain. Jika kamu merasa sepertinya sedang mengalami krisis ini, kamu bisa diskusikan bersama Kalmselor melalui aplikasi KALM, ya!

 

Penulis: Sofi Maharani Putri
Editor: Ama

Referensi:
Cherry, K. (2023, Agustus). Surviving Your Quarter Life Crisis: Strategies and Support. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/surviving-your-quarter-life-crisis-7642328
Moriarty, Colleen. (March, 2019). Having a Quarter-Life Crisis? How to Make Life Better for Future You. Retrieved from: https://www.yalemedicine.org/news/quarter-life-crisis-health 
Zilca, Ran. (March, 2016). Why Your Late Twenties is the Worst Time of Your Life. Retrieved from: https://hbr.org/2016/03/why-your-late-twenties-is-the-worst-time-of-your-life

Baca Artikel Lainnya

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

WHO Apresiasi Maybelline Brave Together dalam Mengatasi Isu Kecemasan dan Depresi Lewat 40 Ribu Sesi Konseling Gratis

8 Mei 2024 — Isu kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi kini semakin terbuka dibicarakan oleh banyak orang. Kesadaran akan pentingnya merawat kesehatan mental ini tak lantas terjadi begitu ...

Anxiety Bikin Asam Lambung Naik, Emang Bisa?

Selama ini yang kita tahu penyebab asam lambung naik itu makanan pedas, tapi ternyata bisa juga dari rasa cemas/anxiety berlebihan, lho! Asam lambung kambuh bukan lagi karena makan tidak teratur, t...